Senin, 11 Oktober 2021

3.12 Melakukan persiapan wadah pemeliharaan larva komoditas perikanan di komoditas perikanan di bak, aquarium dan fiber glass

 

Persiapan Wadah Bak, Aquarium dan Fiber Glass

Pada kegiatan pembelajaran ini anda akan mempelajari sanitasi wadah pembenihan ikan, teknik sanitasi wadah pembenihan ikan, prinsip prinsip media pembenihan, pembuatan media pembenihan sesuai komoditas dan proses produksi, persyaratan optimal media pembenihan, penanganan media pembenihan sesuai komoditas dan proses produksi, peralatan pendukung media pembenihan, teknik pengelolaan media pembenihan sesuai komoditas dan proses produksi

Setelah anda menyiapkan wadah dan media pembenihan ikan, berarti anda telah memahami beberapa langkah dalam kegiatan pembenihan. Sukses anda dalam persiapan wadah dan media pembenihan ikan berarti 40 -50% anda telah sukses dalam pembenihan ikan.


Sanitasi Wadah

Sanitasi wadah pembenihan ikan penting di lakukan sebelum kegiatan pembenihan ikan di mulai. Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah ikan bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan ikan.

Wadah yang akan digunakan untuk budidaya ikan (bak) sebelum digunakan dibersihkan dari kotoran yang menempel, agar tidak terdapat sisa-sisa kotoran yang dapat menyebabkan pembawa penyakit. Wadah pembenihan ikan terdiri dari bak, fiberglass, akuarium dan kolam.

Proses sanitasi bak yang umum dilakukan adalah dengan menyikat seluruh permukaan dan dinding wadah menggunakan deterjen, Chlorin 200 ppm, Malachite green 100 ppm, Formalin 25 ppm dan alkohol 70%. Setelah itu, dilakukan pembilasan wadah dengan menggunakan air tawar untuk menghilangkan sisa deterjen atau bahan lain yang menempel dan menghilangkan bau dari bahan tersebut. Proses sanitasi ini dilanjutkan dengan pengeringan wadah selama 2 3 hari. Pengeringan atau penjemuran ini dilakukan untuk menguapkan air sisa pembilasan, sehingga wadah benar-benar kering dan tidak berbau bahan sanitasi. Melalui pengeringan atau penjemuran wadah tersebut, dapat mematikan siklus hidup penyakit yang masih menempel atau tersisa.

Wadah yang akan dipergunakan setelah disikat, dibersihkan dan diberi desinfektan kemudian dibersihkan kembali dan wadah tersebut dibiarkan kering udara agar bahan beracun tersebut telah hilang menguap. Setelah dilakukan sanitasi diisi dengan air untuk memeriksa kebocoran bak.

Gambar Sanitasi Bak Pembenihan Ikan


Bak yang akan digunakan untuk pemijahan, penetasan telur, perawatan larva dan pendederan benih ikan harus bebas dari kotoran dan bibit penyakit. Umumnya bibit


penyakit akan berkembang pada perairan yang mengandung banyak bahan organik (kotoran). Persiapan bak pemijahan meliputi mengeringkan, membersihkan bak dan sanitasi. Pengeringan bak pemijahan dilakukan selama 1 – 2 hari untuk membasmi bibit penyakit. Membersihkan bak dilakukan dengan mengeluarkan kotoran berupa sisa makanan dan kotoran ikan yang ada pada bak. Sanitasi dilakukan dengan membasmi bibit penyakit yang terdapat di bak. Sanitasi dilakukan dapat menggunakan formalin, kalium permanganat, methalyn blue, bio security dan sebagainya. Formalin dapat digunakan dengan dosis 10 ppm, kalium permanganat 12 ppm. Selanjutnya bahan sanitasi tersebut di bilas agar tidak berpengaruh terhadap kualitas air pemeliharaan benih.

 Penanganan Media Pembenihan Ikan

Media pembenihan ikan di kolam antara satu parameter dengan parameter lain saling mempengaruhi sehingga terjadi penurunan kualitas air satu dengan lainnya. Proses penurunan kualitas air tersebut terjadi secara fluktuasi sesuai dengan kondisi parameter kuaitas air.

Faktor utama terjadinya fluktuasi kualitas air adalah suhu. Suhu merupakan key point dalam perubahan kualitas air. Meningkatnya suhu media pembenihan ikan akan mempercepat metabolisme bahan organik dalam air bak . Bahan organik dalam air bak berasal dari kotoran ikan, sisa pakan dan bahan organik yang terbawa air. Salah satu hasil metabolisme (penguraian) bahan organik dalam bak adalah amoniak dalam perairan. Dengan demikian kandungan amoniak akan meningkat dalam air bak. Pada sisi lain meningkatnya kandungan amoniak bak akan menurunkan kandungan oksigen terlarut.

Meningkatnya suhu perairan maka metabolisme atau penguraian bahan organik dalam air bak semakin meningkat. Meningkatnya penguraian bahan organik dalam air bak maka semakin banyaknya ion hidrogen dilepaskan kedalam air tersebut sehingga meningkatkan kandungan pH dalam perairan. Jadi, peningkatan suhu air bak akan meningkatkan parameter kualitas air lainnya.

Untuk menanggulangi perubahan kualitas air pada bak dapat dilakukan dengan menyipon bahan organik, penggantian air, pemasangan aerasi, kontrol pemberian pakan, dan resirkulasi air.

Menyipon Bahan Organik


Penyiponan merupakan membuang kotoran berupa bahan organik dari bak menggunakan selang ke luar bak. Tujuan penyiponan selain agar bak bebas dari kotoran juga mengurangi bahan organik dalam bak sehingga akibat metabolisme/penguraian tidak terjadi penurunan kualitas air.

Penyiponan dilakukan dengan memasukkan salah satu ujung selang ke dalam air bak selanjutnya ujung selang yang satu dihisap sampai keluar air. Ujung selang yang masuk kedalam air bak diarahkan ke kotoran / bahan organik yang terdapat dalam bak pembenihan ikan. Untuk menghindari ikan keluar melalui selang sipon dilakukan dengan hati hati. Selain itu dapat juga dilakukan cara memegang ujung selang, jika ada ikan yang keluar melalui selang maka dengan cepat ujung selang ditutup menggunakan salah satu jari tangan.

 


Gambar Penyiponan Bak Pembenihan Ikan

Kotoran yang terdapat di bak di sipon sampai habis. Selanjutnya air yang dikeluarkan bersamaan dengan penyiponan di ganti dengan memasukkan air bersih kedalam bak pembenihan ikan. Penyiponan dilakukan dengan hati hati khususnya benih ikan masih kecil.

Penggantian Air

Penggantian air merupakan salah satu penanganan media pembenihan ikan agar lebih baik. Penggantian air bak dapat dilakukan melalui selang sifon atau melalui pipa pengeluaran air. Penggantian air melalui selang sifon dapat dilakukan dengan memasang saringan di ujung selang. Tujuan pemasangan saringan tersebut agar ikan tidak ikut keluar melalui selang. Penggantian air melalui selang dapat juga dilakukan dengan memasang seser di atas sterefoam dimana sterefoam tersebut diletakkan di atas air bak. Selang sifon dimasukkan ke dalam seser selanjutnya ujung selang yang lain di hisap agar air keluar.


Jumlah air yang dikeluarkan dari bak pembenihan ikan tergantung ukuran ikan. Hal ini berhubungan dengan daya tahan tubuh dan kecepatan beradaptasi benih ikan terhadap air yang baru pengganti air yang dikeluarkan. Jika ikan dalam bak berukuran larva maka jumlah air yang dikeluarkan sebanyak 1/3 ½ total air bak. Jika ikan yang ada dalam bak benih berukuran > 2 cm penggantian air dapat dilakukan sebanyak ½ -

total air dalam bak. Selanjutnya air bersih ditambahkan sebanyak air yang dikeluarkan.

 


Gambar Penggantian Air Bak Kolam


Penggantian air tersebut bertujuan memperbaiki kualitas air yang terdapat di bak

. Penggantian air dapat dilakukan secara periode pada saat kualitas air bak . kolam telah menurun. Penambahan air ke dalam bak dilakukan hati hati agar larva / benih ikan tidak teraduk oleh gerakan air. Cara penambahan air adalah dengan menempatkan ujung selang pada salah satu dinding bak pembenihan ikan sehingga tekanan air tidak deras dan menyebar ke seluruh bak.

Penggantian air dapat juga dilakukan dengan mengalirkan air ke dalam bak secara terus menerus. Penggantian air dengan cara ini dilakukan jika ikan dalam bak telah berukuran > 2 cm. Jika ikan dalam bak masih berukuran larva sebaiknya jangan mengalirkan air teru menerus. Debit air yang di masukkan ke dalam bak sebesar 0,5– 1 liter/menit. Selama mengalirkan air pipa pengeluaran air di pasangan saringan agar ikan tidak keluar bak.

Pemasangan Aerasi

Pemasangan aerasi bertujuan untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut dalam air pembenihan ikan. Udara yang dihembuskan oleh blower / aerator melalui selang masuk ke dalam air selanjutnya oksigen yang terdapat dalam udara direduksi oleh air.

Penanganan larva sesuai sifat dan karakter jenis ikan

Sebagian besar perkembangan morfologi larva ikan yang baru menetas adalah mulut belum terbuka, cadangan kuning telur dan butiran minyak masih sempurna dan larva yang baru menetas bersifat pasif. Hari ke dua mulut mulai terbuka. Selanjutnya benih mulai berusaha. Selanjutnya memasuki hari ke tiga, larva ikan mulai mencari makan, pada saat tersebut cadangan kuning telurnya pun telah menipis yaitu tinggal 25 – 30% dari volume awal.

Perkembangan Larva Ikan

 Fase larva memiliki perkembangan anatomi dan morfologi yang lebih cepat dibandingkan dengan ikan yang lebih dewasa. Sebagian besar perkembangan larva ikan yang baru menetas adalah mulut belum terbuka, cadangan kuning telur dan butiran minyak masih sempurna dan larva yang baru menetas bersifat pasif. Hari ke dua mulut mulai terbuka. Selanjutnya memasuki hari ke tiga, larva ikan mulai mencari makan, pada saat tersebut. cadangan kuning telurnya pun telah menipis yaitu tinggal 25 30% dari volume awal.

Telur ikan yang baru menetas dinamakan larva, tubuhnya belum sempurna baik organ luar maupun organ dalamnya. Larva akan terus berkembang untuk menyempurnakan bentuk dan fungsi dari masing-masing organ. Perkembangan larva secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu :

Prolarva, larva yang masih memiliki kuning telur, tubuhnya transparent dengan beberpa butir pigmen yang fungsinya belum diketahui. Sirip dada dan ekor sudah ada tetapi bentuknya belum sempurna. Kebanyakan prolarva yang baru keluar dari cangkangnya tidak memiliki sirip perut yang nyata melainkan berupa tonjolan saja. Mulut dan rahang belumberkembang dan ususnya masih merupakan tabung yang lurus. Sistempernafasan dan peredaran darah belum sempurna. Makanan diperoleh dari cadangan kuning telur yang belum habis diserap. Pergerakan larva ikan yang baru menetas relative sedikit, sehingga masih mudah terbawa arus. Perkembangan prolarva sangat cepat sehingga morfologi dan proporsi bagian tubuhnya cepat berubah. Post larva, masa larva dari hilangnya cadangan kuning telur hingga terbentuknya organ-organ baru atau selesainya tahap penyempurnaan bentuk dan fungsi organ. Sehingga post larva telah dapat bergerak lebih aktif untuk memenuhi kebutuhannya dalam mencari makanan, meskipun


pergerakannya masih terbatas. Pada ikan mas post larva biasa dikenal dengan sebutan lokal kebul. Post larva masih mengandalkan pakan alami untuk memenuhi kebutuhannya. Perpindahan tahap prolarva menjadi post larva merupakan masa kritis bagi perkembangan larva, hal ini disebabkan karena adanya perpindahan atau masa transisi habisnya kuning telur. Pada masa prolarva makanan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan perkembangan tubuh diperoleh dari cadangan kuning telur melalui proses absorbsi dalam tubuh (indogenous feeding), setelah kuning telur habis terserap maka larva sudah harus mulai mencari makanan dari luar tubuhnya (eksogenous feeding). Menjelang hari ke 2 akan terbentuk pigmentasi pada mata kemudian dibarengi dengan terbukanya mulutMulai D-3 biasanya larva sudah aktif mencari mangsa, kuning telur habis diserap dan gelembung minyak mulai menipis. Setelah larva berumur sekitar satu minggu, duri punggung mulai berkembang dan pigmentasi di seluruh badan mulai tampak. Kuning telur ikan patin, mas, lele, baung dan sebagainya habis terserap pada hari ke 3. Sedangkan ikan nila, gurame, bawal kuning telurnya terserap setelah umur 4 hari

Pemberian Pakan Larva

 

Jenis pakan yang diberikan ukuran larva sebaiknya pakan alami. Karena pakan alami memiliki kandungan protein yang tinggi dan lengkap. Persyaratan pakan yang diberikan pada larva ikan adalah memiliki kandungan protein yang tinggi, ukuran lebih kecil dari bukaan mulut larva, mudah dicerna, gerakan lambat dan mudah didapat Banyak pembenih ikan patin lebih cenderung memberi pakan alami jenis naupli artemia. Karena jenis pakan alami ini lebih mudah disediakan baik dalam jumlah maupun kontinuitas. Sedangkan pakan alami jenis rotifera maupun daphnia sulit menyediakan secara kontinu. Larva patin yang berumur 4 - 15 hari diberi pakan cacing tubifex. Pemberian pakan larva dilakukan sebanyak 5 - 8 kali perhari Hal yang perlu diperhatikan adalah saat pertukaran jenis pakan dari artemia ke cacing tubifex

Penentuan Jumlah pemberian pakan ikan

 

Kebutuhan pakan ikan per hari berubah sesuai dengan permintaan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pakan adalah energy, kebutuhan pakan itu untuk aktivitas, pertumbuhan dan reproduksi.

Apabila menggunakan sistem periodik, maka pakan diberikan dengan dosis 3 – 5% dari biomassa, dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari, yaitu pada pagi, siang dan sore hari. Pada dasarnya, jumlah pakan yang diberikan tersebut harus


disesuaikan dengan pertambahan bobot ikan dan populasi. Pertumbuhan bobot ikan dan populasi dapat diperoleh melalui sampling

Padat tebar larva ( usia 0-1 minggu, ukuran1-2 cm : 2000 ekor / liter air Padat tebar larva ( usia 1-2 minggu, ukuran 2-3 cm : 1000 ekor / liter air Padat tebar larva ( usia 2-3 minggu, ukuran 3-4 cm : 500 ekor / liter air Padat tebar larva ( usia 3-4 minggu, ukuran 4-5 cm : 200 ekor / liter air Padat tebar larva ( usia 4-5 minggu, ukuran 5-6 cm : 100 ekor / liter air Padat tebar larva ( usia 5-6 minggu, ukuran 6-7 cm : 75 ekor / liter air Padat tebar larva ( usia 7-8 minggu, ukuran 7-8 cm : 50 ekor / liter air

Kebutuhan pakan harian dinyatakan sebagai tingkat pemberian pakan (feeding rate) per hari yang ditentukan berdasarkan persentase dari bobot ikan. Tingkat pemberian pakan ditentukan oleh ukuran ikan. Semakin besar ukuran ikan maka feeding rate-nya semakin kecil, tetapi jumlah pakan perharinya semakin besar.

Frekuensi pemberian pakan (Feeding Frequency) merupakan berapa kali pakan diberikan dalam sehari. Frekuensi ini terkait dengan waktu pemberian pakan. Umumnya, semakin besar ukuran ikan maka frekuensi pemberian pakannya semakin jarang. Ikan kecil sebaiknya diberi pakan lebih sering dibandingkan dengan ikan besar.

Feeding time atau waktu pemberian pakan adalah waktu yang tepat untuk melakukan pemberian pakan pada setiap jenis ikan. ... Oleh karena itu pada kelompok ikan yang mempunyai aktivitas makan pada malam hari, maka dalam 98 melakukan manajemen pemberian pakan, waktu pemberian pakannya sebaiknya lebih banyak pada malam hari.

FCR sering kali dijadikan indikator kinerja teknis dalam mengevaluasi suatu usaha budidaya ikan. Faktor yang digunakan dalam perhitungan FCR bukan penambahan berat daging ikannya, melainkan bobot panennya yang merupakan bobot hidup atau bobot basah ikan pada waktu panen.

FCR = jumlah kg pakan / jumlah kg ikan yang dihasilkan


Misalnya, sebuah kolam dapat dipanen ikan sebanyak 1250 kg. Untuk ikan sebanyak itu telah digunakan pakan sebanyak 2000 kg selama masa pemeliharaan maka nilai FCR dari pakan yang diberikan adalah 2000 kg / 1250 kg = 1,6

Laju pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan terkait dengan faktor luar dan dalam tubuh ikan. Selain lingkungan perairan, salah satu faktor luar yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan adalah makanan.

Hama dan penyakit akan muncul jika lingkungan media memungkinkan, biasanya lingkungan tidak menguntungkan bagi ikan. Akibat dari kondisi lingkungan media yang tidak sesuai maka lama kelamaan stamina ikan akan menurun sehingga rentan dan mudah terserang penyakit. Sebagai akibat pertama adalah nafsu makan ikan menurun. Dibutuhkan energi untuk menaikkan stamina bahkan penyembuhan penyakit tersebut. Dengan demikian sudah jelas energi tidak digunakan untuk pertumbuhan. Ikan tidak tumbuh. Jika serangan hama dan penyakit lebih kuat dari stamina ikan maka ikan akan mati. Untuk menghindari kematian ikan usahakan kualitas air tetap baik.

Survivak Rate (SR) atau Sintasan atau Kelangsungan Hidup adalah salah satu dari unsur yang harus dievaluasi dalam pembesaran ikan



 




SR = Angka kelangsungan hidup

Nt = Jumlah ikan pada hari ke t (saat ini) No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan

 

 

Selasa, 21 September 2021

Menghitung laju pertumbuhan ikan

 

A.     DISKRIPSI

Melakukan perhitungan laju pertumbuhan ikan pada pemeliharaan larva ikan adalah suatu uraian materi tentang faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan, Teknik sampling pertumbuhan ikan, Laju pertumbuhan harian ikan, Laju pertumbuhan mutlak ikan, Survival rate ikan dan Pelaporan hasil pembesaran ikan.


B.     KEGIATAN BELAJAR

1.      Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini peserta didik agar mampu melakukan perhitungan laju pertumbuhan ikan pada pembesaran ikan (secara tradisional, semi intensif dan intensif) dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan, Teknik sampling pertumbuhan ikan, Laju pertumbuhan harian ikan, Laju pertumbuhan mutlak ikan, Survival rate ikan dan Pelaporan hasil pembesaran ikan, jika disediakan alat yang memadahi dan bahan ikan yang dipelihara di kolam pembesaran ikan, dengan tingkat kebenaran 90 %.

2.      Uraian Materi

a.      Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang dan atau bobot badan dalam periode waktu tertentu. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan, yaitu suhu, oksigen terlarut dan keasaman air serta jumlah dan jenis makanan serta faktor daya cernanya dari ikan tersebut.

Pertumbuhan ikan hanya akan terajadi apabila energi yang diserap oleh tubuh lebih besar dari pada energi yang digunakan untuk melakukan aktifitas, proses pencernaan, dan yang terbuang melalui proses ekskresi. Pertumbuhan merupakan parameter penting dalam budidaya ikan terutama yang bernilai ekonomis karena pertumbuhan akan menentukan nilai produksi.

Pertumbuhan dibedakan atas dua macam, yaitu pertumbuhan allometrik atau heterogenic adalah perubahan kecil dari bagian tubuh ikan atau larva menuju bentuk yang lebih sempurna, misalnya perubahan sementara yang berhubungan dengan kematangan gonad, panjang sirip dan kemontokan tubuh. Pertumbuhan isometrik atau isogenik adalah perubahan yang terjadi apabila pada ikan terdapat perubahan yang terus menerus secara proporsional dalam tubuhnya.

Pertumbuhan dan Kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar ikan. Faktor dalam ikan adalah faktor genetik, kesehatan serta keseragaman ukuran ikan tersebut. Sedangkan faktor luar meliputi kondisi kualitas air, serangan hama dan penyakit serta kondisi pakan ikan.


1)    Genetis Ikan

Kecepatan pertumbuhan ikan ditentukan oleh gen. Gen tersebut merupakan sifat warisan dari induknya yang dibawa melalui telur. Gen merupakan bagian kecil dari kromosom merupakan penyimpan sifat- sifat individu tersebut.

Jika ikan memiliki sifat tahan terhadap serangan hama penyakit (sehat), pertumbuhannya cepat, maka induknyapun dan bahkan kelak keturunannya pun akan memiliki sifat yang demikian. Sehingga untuk mendapatkan ikan dengan pertumbuhan cepat maka perlu ditelusuri sifat induknya.

2)    Kesehatan benih ikan

Kesehatan benih ikan besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan. Karena jika ikan sakit maka tahap pertama energi yang dipengaruhi oleh ikan tersebut akan digunakan sebagai penganti sel-sel yang rusak, serta anti toksin/kekebalan tubuhnya akan melawan penyakit yang ada. Dari persoalan ini jelas bahwa yang seharusnya energi dipergunakan sebagai pertumbuhan malah dipergunakan untuk penyembuhan, atau melawan penyakit sehingga otomatis pertumbuhannya terganggu, atau malah tidak sembuh. Jika penyakitnya ternyata kondisinya lebih kuat maka ikan tersebut tidak sembuh hingga mati.

3)    Keseragaman ukuran benih ikan

Keseragaman ukuran benih ikan secara keseluruhan jelas akan mempengaruhi produksi total. Bagaimana tidak, jika benih satu sama lain tidak sama ukurannya sudah barang tentu benih yang kecil pertumbuhannya akan lebih lambat untuk periode tertentu atau malah terus hingga panen. Banyak terjadi benih yang ukurannya lebih kecil

 

pada periode setarter tetap lebih kecil ukurannya tetapi setelah melewati periode grower pertumbuhannya menjadi seimbang. Hal ini disebabkan bahwa laju pertumbuhan ikan dari waktu ke waktu atau periode ke periode berbeda. Ada tiga periode pertumbuhan yaitu starter, grower dan finisher.

 

 

4)    Faktor air

 

Kualitas air mempunyai 3 faktor yaitu faktor fisika, kimia dan biologi. Yang termasuk faktor fisika adalah suhu, kecerahan dan kekeruhan. Faktor kimia meliputi kelarutan oksigen, CO2, NH3 N dan pH. Sedangkan faktor biologi adalah kandungan plankton dan lain-lain. Apabila suhu berubah maka faktor kimia air akan berubah, serta apabila suhu naik maka segala proses dipercepat hingga pada batas tertentu. Termasuk metabolisme dipercepat. Sudah menjadi gejala alam apabila kondisi cuaca cerah, intensitas cahaya matahari tinggi, suhu air meningkat (nafsu makan meningkat) sehingga pertumbuhan ikan pun cepat. Hal itu terjadi kebalikan apabila kondisi cuaca mendung, suhu air menurun akibatnya nafsu makan ikan menurun atau kondisi air kekurangan oksigen sehingga pertumbuhan ikan terhambat.

Kondisi kualitas air akan selalu direspon oleh ikan. Apabila kondisi kualitas airnya optimal untuk kehidupan ikan tersebut maka sudah barang tentu pertumbuhannya juga optimal. Apabila air tingkat kekeruhannya tinggi maka supsensi tersebut akan menempel pada lamela insang sehingga akan mengganggu pernafasan. Apabila pH air rendah maka lendir ikan akan menggumpal. Begitu contoh persoalan kondisi kualitas air yang akan langsung mempengaruhi pertumbuhan.


 

Kualitas air akan menurun seiring dengan bertambah banyaknya sisa pakan , feces dan juga urin ikan. Hal ini akan Nampak jika dipelihara dalam bak tertutup terutama dalam pemeliharaan system intensif maupun superintensif. Proses penurunan kualitas air tersebut seperti di bawah ini, nampak akibat terakhir adalah HNO3 diproduksi sebagai racun.

 

 

1.   Organik karbon dan Nitrogen                   Ammonia dan Karbondioksida

CH2(NH2)COOH + 3/2 H2O                        NH3 + 2 CO2 + H2O

2. Pada langkah berikutnya amonia dioksidasi

a.       NH3 + 3/2 O2                                         NHO2 + H2O

b.      HNO2 + ½ O2                                          HNO3

NH3 + H2O                         HNO3 + H2O


5)    Serangan hama dan penyakit

 

Hama dan penyakit akan muncul jika lingkungan media memungkinkan, biasanya lingkungan tidak menguntungkan bagi ikan. Akibat dari kondisi lingkungan media yang tidak sesuai maka lama kelamaan stamina ikan akan menurun sehingga rentan dan mudah terserang penyakit. Sebagai akibat pertama adalah nafsu makan ikan menurun. Dibutuhkan energi untuk menaikkan stamina bahkan penyembuhan penyakit tersebut. Dengan demikian sudah jelas energi tidak digunakan untuk pertumbuhan. Ikan tidak tumbuh. Jika serangan hama dan penyakit lebih kuat dari stamina ikan maka ikan akan mati. Untuk menghindari kematian ikan usahakan kualitas air tetap baik.


 

6)    Kondisi pakan ikan

 

Pada perairan umum secara liar atau dipelihara secara tradisional tidak begitu masalah pemberian pakannya. Tetapi pada pemeliharaan sisitem instensif pemberian pakan mesti instensif yaitu jumlah dan pemberian pakannya harus teratur. Apabila jumlah pakan yang diberikan kurang maka energi yang dibutuhkan tdak terpenuhi sehingga perutumbuhannya terhambat. Begitu juga kandungan proteinnya apabila kurang dari 20% maka pertumbuhannyapun akan terhambat. Kondisi protein ini bisa diakibatkan karena rusak oleh jamur sehingga kandungan protein menurun.

Jumlah pakan yang dimakan ikanpun kadang-kadang kurang akibat cara pemberian pakan kurang baik, bisa karena frekuensi pemberian pakannya berkurang atau pembagian pakan per frekuensinya tidak imbang.

Pakan ikan adalah campuran dari berbagai bahan, baik nabati maupun hewani yang diolah sehingga mudah dimakan dan sekaligus merupakan sumber nutrisi bagi ikan. Dengan kata lain, pakan ikan adalah makanan yang khusus diproduksi agar mudah dan tersedia untuk dimakan dan dicerna oleh sistem pencernaan ikan sehingga ikan menghasilkan energi yang dapat digunakan untuk aktivitas hidupnya dan dipakai untuk pertumbuhan yang disimpan dalam bentuk daging.

Pakan yang dibutuhkan adalah pakan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan yang dipelihara. Zat-zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh ikan terdiri dari protein dengan asam amino esensial, lemak dengan asam lemak esensial, karbohidrat, vitamin dan mineral. Kandungan gizi pakan lebih berperan dibandingkan dengan jumlah pakan yang diberikan. Beberapa komponen yang harus terdapat dalam pakan yang diberikan untuk ikan adalah protein, lemak, dan


 

karbohidrat. Hal ini disebabkan karena secara alami, semua energi yang digunakan oleh ikan berasal dari protein, yang kemudian digunakan untuk pertumbuhan maupun pemeliharaan tubuh. Jadi, adanya protein di dalam makanan merupakan suatu hal yang esensial dan harus tersedia bagi ikan. Kandungan protein yang optimal didalam makanan akan menghasilkan pertumbuhan yang maksimal bagi ikan yang mengkonsumsinya.

Selain protein, untuk pemeliharaan tubuh dapat digunakan energi yang berasal dari lemak dan karbohidrat. Oleh karena itu, secara terbatas lemak dan karbohidrat dapat digunakan untuk menggantikan peran protein sebagai sumber energi dalam pemeliharaan tubuh. Dengan demikian, protein akan lebih terarah untuk sumber energi pertumbuhan. Penggunaan lemak dan karbohidrat yang berlebihan dapat menimbulkan masalah gizi. Timbunan lemak di dalam hati juga bisa terjadi apabila ikan terlalu banyak makan lemak.

Pakan yang diberikan akan dicerna di dalam tubuh ikan. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan diubah menjadi glukosa, protein diubah menjadi asam amino, dan lemak diubah menjadi asam lemak dan gliserol. Komponen pakan yang sudah dicerna dan mudah diserap oleh tubuh kemudian dialirkan ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Komponen pakan yang belum sempurna proses perombakannya akan dikeluarkan       kembali       oleh       tubuh       ikan.                                                                                                   Kemungkinan ketidaksempurnaan perombakan komponen pakan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (1) pakan sulit dicerna oleh ikan karena adanya selulosa dan chitin; (2) jumlah dan jenis enzim pencernaan yang terdapat dalam saluran pencernaan kurang memadai; atau

(3) kondisi lingkungan yang tidak menunjang.

Selain itu, terdapat pula komponen lainnya yang harus diperhatikan kandungannya, misalnya serat kasar, abu dan air.


 

Pertumbuhan ikan akan baik dan cepat jika faktor internal dan external ikan seimbang saling bersinergi.

 

 

b.      Teknik Sampling Pertumbuhan Ikan

 

Di atas telah dijelaskan bahwa pertumbuhan adalah pertambahan panjang maupun bobot dari ikan yang dipeliharan pada satuan waktu tertentu, misal mingguan. Jadi untuk mengetahui pertambahan panjang atau bobot tersebut perlu dilakukan pengukuran atau penimbangan. Mengingat jumlah populasi ikan yang dipelihara di dalam kolam yang luas adalah banyak maka untuk melakukan ini disarankan dengan menggunakan pendekatan sampling. Teknik sampling hampir sama dengan sampling pada saat untuk menentukan jumlah pakan yang diberikan setiap harinya. Teknik sampling tersebut adalah sebagai berikut:

Contoh Sampling

 

 

 



 

Langkah sampling:

1)     Membaca data awal (luas kolam, padat penebaran, luas alat, panjang dan bobot benih pada saat awal,)

2)     Menghitung populasi awal

3)     Menentukan 5 titik secara acak dikolam untuk ditangkap ikannya dengan menggunakan alat tangkap tersebut

4)     Menghitung ikan tertangkap tiap titik dan menimbang bobot ikan tiap titik

5)     Menghitung jumlah ikan pada 5 titik dan bobot ikan pada 5 titik

6)     Menghitung rataan jumlah ikan per titik dan bobot ikan pertitik atau menghitung bobot ikan per individu

7)     Menghitung jumlah populasi ikan dengan rumus:

 

 

 


 

 

 

8)     Menghitung bobot biomass = Jumlah ikan atau populasi ikan di kolam kali bobot ikan per individu.

9)     Lakukan mulai nomor 3 sampai no 8 setiap minggu.

10) Tuangkan kedalam Tabel, dan perlu dituangkan kedalam gambar grafik.


 

Data hasil sampling

 

 

Sampling

Titik

Jumlah Ikan

Bobot Ikan (gr)

Minggu 1

1

2

12

11

240

230

 

3

13

250

 

4

15

340

 

5

10

240

Rataan Bobot

 

Minggu 2

1

13

320

 

2

11

290

 

3

10

270

 

4

11

280

 

5

12

300

Rataan Bobot

 

Minggu 3

1

11

310

 

2

9

300

 

3

10

310

 

4

10

320

 

5

12

360

Rataan Bobot

 

 

Setelah dicari rataan pada bobot perminggu nya , maka bisa nampak penambahan bobot dari minggu ke minggu. Selisih rataan bobot itulah hasil perhitungan pertumbuhan ikan.

 

 

c.       Laju Pertumbuhan harian dan Laju Pertumbuhan Mutlak

 

Untuk menghasilkan pertumbuhan, makanan diproses terlebih dahulu agar dihasilkan energi. Hasil energi tersebut akan digunakan untuk proses- proses fisiologi dan sisa energi digunakan untuk pertumbuhan.


 

 

Proses-proses fisiologi yang terjadi adalah:

 

1)    Metabolisme

 

Ikan memerlukan energi untuk pertumbuhan, aktivitas hidup dan reproduksi. Energi yang diperoleh dari hasil pembakaran oksigen disebut metabolisme. Nialai yang diperoleh saat penggunaan energi tersebut disebut Laju metabolisme (Metabolisme rate). MR dipengaruhi: suhu, jenis ikan, ukuran ikan, aktivitas, waktu lapar dan lingkungan (O2 terlarut, CO2, pH, Salinitas dll).

Pada semua jenis ikan laju metabolisme per satuan bobot badan akan menurun seiring dengan bertambahnya ukuran ikan. Hubungan tersebut digambarkan dengan rumus:

 

 

2)    Pembentukan tenaga

 

Semua hewan membutuhkan energi untuk kerja mekanik (aktivitas otot), kerja kimiawi (fungsi biokimia), kerja elektrik (rangsangan syaraf) dan kerja osmotis (mempertahankan keseimbangan terhadap garam biologis). Total energi yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi adalah Gross Energy (GE). Tidak semua energi yg dihasilkan makanan dapat diserap oleh ikan. Energi yg dapat diserap ikan disebut Digestible Energy (DE). Jadi DE adalah GE dikurang energi yg hilang bersama kotoran. Energi digunakan juga untuk metabolisme, pernafasan, pencernaan, pembentukan urine. Dengan demikian Energi metabolisme (ME) adalah:

ME adalah DE – (Energi dalam feces + pernafasan + pencernaan + energi dalam urine)


 

3)    Pertumbuhan

 

Jumlah energi yang digunakan untuk pertumbuhan, dipengaruhi: jenis ikan, umur ikan, kondisi lingkungan dan komposisi makanan. Semua factor tersebut akan berpengaruh pada metabolisme dasar atau standar.

Energi untuk pemeliharaan tubuh merupakan gabungan antara metabolisme dasar dan dinamika kegiatan spesifik / Specific dynamic action (SDA). SDA adalah jumlah panas yang dihasilkan dan merupakan tambahan pada metabolisme sebagai hasil pencernaan makanan. SDA untuk pencernaan protein lebih besar dari SDA untuk pencernaan Karbohidrat dan lemak.

Secara umum energi untuk pertumbuhan ikan adalah dari protein. Pada saat laju pertumbuhan mencapai titik mulai menurun, umumnya pada saat itu ikan di panen.

Ketiga komponen diatas mempengaruhi konsumsi harian ikan/udang. Konsumsi harian adalah jumlah makanan yang harus dikonsumsi setiap hari oleh ikan, agar dapat memenuhi kebutuhan kalori untuk pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan menggantikan kalori yang hilang berupa panas. Kegiatan ikan yang menyebabkan kehilangan panas kedalam lingkungannnya berhubungan dengan luas permukaan tubuhnya. Luas permukaan tubuh dinyatakan dengan bobot badan pangkat 0,67 dibagi 10.

 

 

 

 

 

W 0.67

L    =

10


 

4)    Laju pertumbuhan harian/ GR (Growth Rate)

 

Pengukuran pertumbuhan ikan terdapat dua parameter yaitu laju pertumbuhan ikan harian dan pertumbuhan mutlak ikan Laju pertumbuhan harian adalah kecepatan pertumbuhan ikan perhari. Sedangkan pertumbuhan mutlak adalah selisih pertumbuhan dua waktu tertentu.

Rumus laju pertumbuhan harian adalah:

Text Box: Wx = Wo (1 + 0.01 a)t

 

Keterangan:

 

Wx            = Rata-rata bobot akhir ikan (mg) Wo    = Rata-rata bobot awal ikan (mg) a     = Laju pertumbuhan harian (%)

t                 = Lama pemeliharaan (hari) Rumus laju pertumbuhan mutlak adalah:

Text Box: W = Wt2 - Wt1

 

Keterangan:

 

W        = Pertumbuhan pada periode waktu tertentu Wt2                        = Bobot rata-rata pada hari akhir

Wt1           = Bobot rata-rata hari awal


 

Gambar 41. Mengukur pertumbuhan (berdasarkan panjang dan bobot)

 

d.      Survival Rate (SR) atau Sintasan atau Kelangsungan Hidup

 

Survivak Rate (SR) atau Sintasan atau Kelangsungan Hidup adalah salah satu dari unsur yang harus dievaluasi dalam pembesaran ikan. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan balikan dari kegiatan tersebut , apakah kegiatan yang dikakukan sudah benar, atau kurang benar. Jika kegiatan yang dilakukan kurang benar maka segera dilakukan perbaikan, apa yang salah. Untuk menelusuri hal tersebut perlu diketahui indicator keberhasilannya. Indikator keberhasilan tersebut adalah apabila: Survival Rate (SR) atau Sintasan nya telah baik (≥90%), Growth Rate (GR) telah dianggap cepat/normal atau Feed Convertion Ratio (FCR) telah mencapai target.

 

 

e.      SR (Survival Rate) /Kelangsungan Hidup/Sintasan Ikan

 

Ikan akan tumbuh apabila hidup. Jadi persyaratan untuk hidup ikan mesti terpenuhi, diantaranya adalah lingkungan media yang cocok bagi spesies


 

ikan tersebut. Masing-masing spesies ikan menghendaki lingkungan media yang berbeda. Tetapi apa mau dikata jika kita memelihara ikan dalam jumlah yang besar kemungkinan ikan mati pasti ada. Kematian ikan tersebut biasanya diakibatkan oleh saingan antar ikan itu sendiri, karena lingkungan media tidak cocok, atau bahkan serangan hama penyakit. Kematian ikan akibat saingan antar ikan itu sendiri terjadi apabila jumlah pakan yang diberikan kurang. Demikian terjadi terus menerus, hingga ikan yang kecil tersebut mati. Kejadian lain apabila kondisi ikan lapar maka kecenderungan ikan akan saling menyerang, hal ini juga berakibat menambah potensi menaikkan angka kematian.

Ikan hidup membutuhkan kondisi kualitas air tertentu sehingga apabila salah satu dari parameter kualitas air tersebut tidak sesuai hingga diluar batas toleransinya maka ikan tersebut akan mati. Ikan mampu merespon perubahan suhu tidak lebih dari 5 oc, hal ini juga dilakukan bertahap, tidak bisa drastis. pH 11 dan 4 juga merupakan titik kematian ikan. Begitu juga serangan hama penyakit adalah masalah. Dari hari ke hari kematian ini semakin banyak, hingga populasi ikan akan habis apabila tanpa perlakuan yang baik. Mengetahui angka kematian ikan merupakan awal untuk mengetahui angka kelangsungan hidup ikan. Bagaimana caranya menghitung angka kelangsungan hidup ikan, lihat rumus di bawah ini:

 

Text Box: SR =	Nt	X 100%
No

Keterangan:

SR = Angka kelangsungan hidup

Nt = Jumlah ikan pada hari ke t (saat ini) No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan


 

f.        Pemanenan

 

Pemanenan dilakukan apabila pembesaran ikan telah memenuhi kreteria atau disesuaikan dengan kebutuhan. Contoh dalam pembesaran ikan mas bisa dipanen apabila telah mencapai ukuran konsumsi yaitu 4-5 ekor/kg, atau telah mencapai umur 2.5 bulan dari pembesaran dilakukan atau bisa juga dengan ukuran 1-1.5 kg per ekor diperuntukkan kolam pemancingan atau induk.

Hasil panen Ikan mas baiasanya akan menguntungkan secara ekonomis apabila telah mencapai target yaitu apabila FCR 1.4 yang berarti setiap 1.4 kg pakan telah menghasilkan daging ikan sebanyak 1 kg, atau 1.4 ton pakan mengahasilkan daging 1 ton. Untuk ikan patin FCR 0.9 yang berarti setiap

0.9 kg pakan yang diberikan akan menghasilkan 1 kg daging, hal ini bisa terjadi karena patin mampu memanfaatkan pakan alami lebih banyak, begitu juga ikan bawal.

Jika dilihat perbandingan FCR antara Ikan Mas 1.4 dan Patin 0.9 maupun Bawal jelas ikan Patin dan Bawal lebih sedikit membutuhkan pakan buatan, hal ini bisa diartikan pemeliharaan ikan patin dan bawal ada kemungkinan akan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi.

Cara panen dilakukan pada pagi atau sore hari pada saat suhu air tidak panas, dengan cara wadah atau kolam dikeringkan secara perlahan-lahan. Setelah air surut ikan akan berkumpul di kemalir atau kobakan, di tempat itulah ikan mulai ditangkap kemudian ditampung dalam kolam penampungan. Jika pemeliharaan dijaring apung maka teknik pemanen akan lain lagi, dengan cara sisipkan tali atau bambu dari tepi mengarah ketepi yang lain hingga ikan berkumpul pada sudut jaring apung tertentu, pada saat itula ikan bisa dipanen.


 

Gambar 42.Teknik pemanenan dengan dieret menggunakan jaring

 

 

DSCF1783

Gambar 43. Teknik pemenenen di jaring apung


 

g.      Membuat Laporan

 

Setelah mengerjakan suatu materi ajar maka diperlukan penyusunan laporan. Laporan untuk dilaporkan dan bahan diskusi antar kelompok atau antar individu sebagai pengayaan pengetahuan dan akan saling mengkoreksi apabila ada yang salah dan kadang menampilkan keberhasilan.

Laporan minimal memuat data hasil praktek atau kerja, metodologi, analisa usaha dan kesimpulan. Laporan ini untuk disampaikan kepada publik atau teman sekelas, dan hasil itulah bisa dikatakan pengetahuan.

Hasil praktek atau kerja dari kegiatan pembesaran ikan diantaranya adalah data SR; GR; dan FCR kemudian dilanjutkan dengan penghitungan untung dan rugi dari kegiatan pembesaran ikan tersebut.

Untuk mengetahui SR maka dibutuhkan pencatatan mortalitas (angka kematian) jadi ikan yang mati harus selalu dicatat, walau demikian dikarenakan jumlah populasi ikan di dalam kolam atau wadah pemeliharaan itu banyak maka untuk mengetahui jumlah populasi saat itu perlu dilakukan dengan teknik sampling.

Begitu juga untuk menghitung FCR perlu pencatatan jumlah pakan yang diberikan setiap hari hingga diketahui jumlah pakan yang diberikan setiap minggu atau per sampling. Jika jumlah pakan yang diberikan telah diketahui maka tinggal menghitung FCR dengan membandingkan dengan bobot biomass saat itu per sampling.

Untuk memantau sampai sejauh-mana ikan itu tumbuh maka diperlukan analisis GR, jika pada suatu periode ternyata pertumbuhannya kurang baik maka diperlukan evaluasi keseluruhan, apakah pemberian pakannya telah baik atau tidak atau lingkungannya sudah mendukung atau belum. Hal ini


 

perlu segera diketahui untuk kemudian diambil tindakan, apakah yang terjadi dalam pemelihaaran ikan tersebut.

Pada akhirnya yang namanya usaha seharusnya menguntungkan, kegiatan pembesaran ikan tersebut sebaiknya harus menguntungkan. Hal ini adalah indikator bahwa dari sisi teknis dihasilkan dengan baik dan dari sisi ekonomis juga dihasilkan dengan baik.

Untuk menghitung analisis usaha harus menghitung pengeluaran baik yang bersifat investasi, maupun biaya operasional (biaya benih, biaya pakan dan biaya tenaga kerja) serta mendapatkan hasil berapa (bobot ikan panen, harga ikan per kg serta mendapatkan uang berapa dari penjualan ikan tersebut). Kemudian diperhitungkan hingga menyimpulkan apakah kegiatan pembesaran ikan tersebut untung atau rugi.

Contoh perhitungan untung dan rugi kegiatan pembesaran ikan mas Pengeluaran

 

 

a. Pembelian benih ikan mas ukuran 8-12 cm. sebanyak 300 kg @ Rp. 40.000

b.    Pembelian Pakan 7.000 kg x Rp. 8.000

c.    Biaya operasional

d.    Upah tenaga kerja

Rp. 12.000.000

 

Rp. 56.000.000

Rp    7.000.000

Rp. 2.500.000

JUMLAH

Rp. 77.500.000

 

 

Penerimaan

 

1)     Hasil penjualan 6,860 kg dengan ukuran per kg 3-4 ekor @Rp. 15.000 (mortalitas 15%) selama 3 bulan pemeliharaan: Rp. 102.900.000,-

2)     keuntungan dari hasil penjualan: Rp. 102.900.000 Rp. 77.500.000 = Rp. 25.400.000.


 

3)     Dengan demikian selama 3 bulan perusahaan dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp. 25.400.000 (Dua Puluh lima Juta Empat Ratus Ribu Rupiah).

 

Laporan bisa juga dihargai sebagai karya ilmiah dengan syarat tertentu, untuk itulah sebaiknya laporan sudah merupakan karya ilmiah. Agar laporan bisa dihargai sebagi karya ilmiah maka sebaiknya laporan minimal memuat:

·            Halaman judul

·            Lembar pengesahan

·            Kata Pengantar

·            Pendahuluan

-          Latar belakang

-          Tujuan

-          Manfaa

·            Tinjauan Pustaka

·            Metodologi

-          Waktu dan Tempat

-          Teknik Pelaksanaan

·            Hasil dan Pembahasan

·            Kesimpulan dan Saran

·            Lampiran (data hasil)

3.12 Melakukan persiapan wadah pemeliharaan larva komoditas perikanan di komoditas perikanan di bak, aquarium dan fiber glass

  Persiapan Wadah Bak, Aquarium dan Fiber Glass Pada kegiatan pembelajaran ini anda akan mempelajari sanitasi wadah pembe...