Rabu, 01 Februari 2012

laporan praktikum ikhtiologi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang

Ichtyologi merupakan suatu ilmu yang khusus mempelajari ikan dari segala aspek kehidupannya, termasuk di dalamnya bentuk luar (morfologi), anatomi, fisiologi, taksonomi serta identifikasinya. Ichtyologi berasal dari kata Yunani, yaitu ichthyes yang berarti ikan dan logos yang berarti ilmu. Sehingga secara singkat dapat dikatakan bahwa ichtylogi adalah ilmu yang mempelajari ikan dengan segala aspek kehidupannya. Ilmu ini merupakan salah satu cabang dari biologi ( Saanin,1968 ). Menurut Djuanda (1981), sekurang-kurangnya sepuluh abad sebelum masehi orang-orang Cina telah menyelidiki ikan dengan berhasil. Orang-orang Mesir, Yunani dan Romawi Kuno mencatat pengamatan terhadap ragam, kebiasaan dan kualitas berjenis-jenis ikan.
Menurut Lagler et. al. (1977), sejak abad 18 Ichtyologi telah berkembang meliputi beberapa cabang ilmu, antara lain :
1. Klasifikasi, yaitu melanjutkan mencatat semua jenis ikan yang masih ada maupun yang sudah berupa fosil dan memasukkannya kedalam taksa serta memberi nama ilmiahnya.
2. Anatomi, yaitu mempelajari tentang struktur ikan secara makroskopik, embriologik, serta perbandingan jenis ikan yang satu dengan ikan yang lain, termasuk fosil yang masih ada.
3. Evolusi dan genetik, yaitu mempelajari asal mula ikan, perkembangan ikan modern dan ikan sebelumnya serta mekanisme ciri-ciri mereka.
4. Natural history dan ekologi, yaitu mempelajari cara hidup dan habitat serta interaksi antara ikan yang satu dengan ikan yang lain dan dengan lingkungannya.
5. Fisiologi dan biokimia, yaitu mempelajari fungsi dan sistem organ, metabolisme, dan integrasi sistem pada tubuh.
Jumlah spesies ikan yang ada sekarang diperkirakan sekitar 15-20 ribu spesies, sedangkan yang masih belum terdeteksi diperkirakan sekitar 40 ribu spesies. Lebih lanjut dikatakan bahwa jumlah ikan merupakan jumlah terbanyak dari seluruh fauna di bumi ini ( 42,6 % ) ( Rahardjo, 1985 ).Ikan itu sendiri dapat didefinisikan sebagai binatang vertebrata yang berdarah dingin yang hidup dalam lingkungan air. Adapun pergerakan dan keseimbangan badannya menggunakan sirip dan umumnya bernafas dengan insang. Bentuk ikan akan beradaptasi dengan lingkungan tempat hidupnya. Dengan kata lain, habitat atau tempat hidup ikan akan berpengaruh terhadap bentuk tubuh dan fungsi alat tubuh. Sedangkan cara bergerak maupun tingkah lakunya akan berbeda dari satu habitat ke habitat lainnya. Ikan akan tnenyesuaikan diri dengan faktor fisika, kimia, dan biologinya dari habitat itu sendiri ( Saanin, 1968 ).
Dasar pelaksanaan praktikum ini adalah agar mahasiswa memahami tentang Ikhtiologi dan semua hal yang menyangkut di dalamnya. Dengan Ikhtiologi kita dapat mengetahui segala bentuk luar atau morfologi, anatomi, fisiologi, taksonomi, dan identifikasi dari ikan. Maka dari itu, Ikhtiologi dapat dijadikan landasan penguasaan ilmu perikanan.
Dengan adanya Ikhtiologi, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan serta menghubungkan ilmu-ilmu yang ada dalam perikanan di bidang pemanfaatan, pengolahan dan pelestarian sumberdaya alam. Dan kesemuanya itu, yang terpenting adalah kita akan memiliki bekal untuk melakukan praktikum yang selanjutnya.

1.2  Tujuan
Tujuan Praktikum Ikhtiologi ini adalah:
1. Mempelajari dan mengetahui struktur morfologi (bentuk luar) tubuh ikan dari berbagai jenis habitat (tawar, payau dan laut) balk dari ikan osteichtyes (teleostei) .
2. Mempelajari dan mengetahui beberapa sistem organ tubuh pada beberapa jenis ikan secara section anatomis, antara lain:
a. Sistem digestoria
b. Sistem muscularia
c. Sistem skeleton
d. Sistem urogenitalia
e. Sistem respiratoria
3. Membuat dan mengetahui suatu deskripsi tentang ciri-ciri luar yang tampak serta pengukurannya antar bagian tubuh ikan serta membandingkannya sebagai kunci identifikasi, antara lain:
a. Rumus sirip
b. Bentuk dan tipe sisik
c. Bentuk dan tipe ekor
d. Bentuk dan tipe mulut
e. Bentuk dan jumlah filamen pada insang.
f. Perbandingan antara bagian tubuh ikan seperti fork lenght,standar length, total lenght,diameter mata, panjang dan lebar kepala, panjang predorsal, tinggi badan, tinggi batangekor serta ukuran panjang sirip-siripnya.
4. Mengidentifikasi ikan

1.3  Waktu dan Tempat
Waktu : Sabtu, 10 Desember 2011
Tempat : Laboratorium Kimia, Universitas Pekalongan


















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1              Morfologi tubuh ikan
Menurut Saanin (1968), bentuk tubuh ikan beradaptasi dengan cara, tingkah laku, dan kebiasaan hidup di dalam suatu habitat hidup ikan. Dengan kata lain, habitat atau lingkungan dimana ikan itu hidup akan berpengaruh terhadap bentuk tubuh; sedangkan cara bergerak maupun tingkah lakunya akan berbeda dari satu habitat ke habitat lainnya. Ikan akan menyesuaikan diri terhadap faktor-faktor fisika, kimia, biologi dari habitat ikan yang bersangkutan, misalnya kedalaman air, suhu air, arus air, pH, salinitas, dan makhluk-makhluk lainnya seperti plankton, jasad-jasad renik, benthos, dan sebagainya (Saanin H,1968).
Ikan yang hidup di dalam lumpur diantara bebatuan, tumbuhan air, misalnya ikan belut dan ikan sidat akan memiliki bentuk tubuh memanjang seperti ular. Sedangkan pada ikan perenang cepat seperti tengiri, tongkol dan tuna mempunyai bentuk stream line (Djuanda, 1981).
Tubuh ikan pada umumnya mempunyai atau terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian kepala, badan, dan ekor. Ikan umumnya berbentuk simetris bilateral namun ada juga yang berbentuk tidak simetris bilateral yaitu ikan ilat-ilat (Cyonoglossus monopus) dan yang lainnya (Rahardjo, 1985).
Pada bagian kepala (caput) ikan, terdapat organ mata (organon visus), mulut (rima oris), lekuk hidung (fovea nasalis), dan tutup insang (operculum). Pada sebagian ikan juga terdapat sungut dan antena. Fungsi hidung pada ikan bukan untuk pernafasan melainkan untuk penciuman. Operculum atau tutup insang yang terdapat diantara kepala dan tubuerguna untuk melindungi insang. Ikan elasmobranchia tidak mempunyai tutup insang (Rahardjo, 1985).

2.1.1.Bentuk  Sirip
Sirip pada ikan berfungsi sebagai keseimbangan ubuh dan alat gerak. Sirip yang tidak berpasangan seperti sirip punggung dan sirip anus berfungsi sebagai penjaga keseimbangan. Sirip yang berjumlah sepasang fungsinya sebagai alat gerak, sedangkan sirip ekor untuk kemudi (Rahardjo, 1985).

2.1.2. Bentuk dan tipe ekor
Menurut Rahardjo (1985), bentuk ekor ikan ditentukan oleh beberapa ruang vertebrata yang paling belakang. Ekor ikan dibagi menjadi tiga macam yaitu:
1.      Protocercal
Ruas-ruas vertebrata menyokong sirip ekor tanpa mengalami perubahan bentuk. Sirip ekor simetri antara bagian atas dan bawah. Tipe ini dimiliki oleh ikan kelas cephalaspidomorphi.
2.      Heterocercal
Bentuk ekor tidak simetri. Bagian atas ujung ekor melengkung ke atas dan disokong oleh ruas tulang punggung dan bagian ujung tulang ekor lebih pendek dan disokong oleh beberapa jari-jari sirip ekor. Tipe ini terdapat pada kelas chondrictyes dan ikan bertulang sejati tingkat rendah.
3.      Homocercal
Bentuk ekor simetri, bagian atas sama dengan bagian bawah dan disokong oleh jari-jari sirip ekor. Dua ruas terakhir tulang punggung mengalami perubahan bentuk dan terdapat beberapa potong tulang tambahan.

2.1.3. Bentuk tubuh
Menurut Rahardjo (1985), Bentuk tubuh ikan akan beradaptasi dengan cara tingkah laku dan kebiasaan hidup di dalam habitat ikan tersebut. Ikan yang hidup di daerah dasar perairan mempunyai bentuk perut datar dan punggung mengelembung. Sedangkan untuk ikan-ikan pelagis mempunyai bentuk bagian tubuh yang mengelembung pada bagian perut maupun punggung. Bentuk tubuh ikan terdiri dari:
1.      Bentuk Torpedo
Bentuk tubuh ramping dengan potongan melintang, badannya berbentuk elips dan bentuk ekor sempit tepat di depan sirip ekor. Bentuk tubuh ini dimiliki oleh ikan tuna, selar dan kembung betina.
2.      Bentuk seperti ular
Bentuk tubuh memanjang dengan penampang melintang bundar. Terdapat pada belut dan sidat.
3. Bentuk Pipih
a. Pipih secara lateral
Ikan bentuk ini dalam keadaan biasa berenang dengan lambat dan bila ada bahaya
mampu berenang dengan cepat. Misalnya ikan mas.
b. Pipih secara dorsoventral
Bentuk tubuh ini cocok dengan ikan yang hidup di dasar perairan misalnya genus
Rajidae mobulidae.
4.      Bentuk Tubuh Benang
Terdapat pada famili Nemichtydae.
5.      Bentuk Membulat
Bentuk tubuh ikan ini bulat akan semakin tampak apabila dalam keadaan bahaya
karena ikan akan mengembangkan tubuhnya semakin maksimal. Terdapat pada famili Tetraodentidae dan Diodontidae.
6.      Bentuk Tubuh Pita
Terdapat pada famili Trachypterydae dan Trichiuridae.
7.      Bentuk Kombinasi
Famili Claridae dan Pangasidae mempunyai kepala yang picak, badan bundar dan ekor
yang pipih.

            2.1.4 Sisik ikan
Menurut Rahardjo (1985), berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung didalamnya, sisik ikan dibedakan menjadi :
1.      Ganoid
Terdiri dari garam-garam saponim, bentuknya seperti belah ketupat.
2.      Placoid
Sisik dari tonjolan kulit bentuknya seperti duri halms dan terletak rebah ke belakang dibawah kulit.
3.      Cycloid
Disebut juga sisik lingkaran, mempunyai bentuk bulat, tipis transparan dan mempunyai lingkaran pada belakang bergirigi.
4.      Ctenoid
Disebut juga sisik sisir, mempunyai bentuk agak persegi.
5.      Cosmoid
Pada ikan terdapat lima macam bentuk sirip yaitu sirip tunggal (sirip punggung, sirip dada dan sirip dubur), sirip berpasangan (sirip perut dan sirip dada). Sirip punggung terdapat pada ikan teleostei disokong oleh tulang rawan dalam pectoral girdle yang kuat walaupun rapuh atau lunak dan disebut caracos sapula. Pada sirip dada ikan teleostei, gelang bahu terdiri dari tulang rawan dan tulang demersal yang berasal dari tulang rawan adalah tulang ceracoid yang berpasangan, seapul dan empat pasang tulang radial. Sirip perut elasmobranchia disokong oleh tulang rawan pelvic yaitu tulang rawan tempat menempelnya tulang basipterygum. Sirip perutnya menempel pada tulang ini. Pada ikan jantan, di ujung rawan basal terdapat organ clasper yang digunakan dalam pcmijahan untuk membantu menyalurkan sperma. Pada kelas ostheichtyes, gelang bahu dan perut juga dibentuk dari tulang rawan yang disebut basipterygum (Rahardjo, 1985).
Menurut Rahardjo (1985), pada umumnya ikan memiliki tipe mulut yang berbeda tergantung dari lingkungan, cara makan dan jenis makanan yang dikonsumsi. Tipe mulut ikan yang dimaksud antara lain:
1.      Tipe Terminal
Yaitu letak mulut ikan terletak diujung depan kepala.
2.      Tipe Subterminal
Yaitu letak mulut ikan terletak didekat ujung depan kepala.
3.      Tipe Superior
Yaitu letak mulut ikan terletak diujung bagian atas.
4.      Tipe Inferior
Yaitu letak mulut ikan terletak dibawah kepala.

2.2              Anatomi tubuh ikan
2.2.1  Sistem digestoria
Menurut Rahardjo (1985), sistem digestoria meliputi 2 bagian yaitu:
1.      Pencernaan
Saluran pencernaan ikan dimulai dari mulut, faring, oesophagus, lambung kemudian usus sampai ke anus. Organ saluran pencernaan ikan meliputi :
a.       Rongga mulut (rima oris)
Terdiri dari bibir, dasar mulut, langit-langit dan gigi.
b.      Oesophagus
Oesophagus pada ikan pendek dan mempunyai kemampuan untuk menggelembung, berbentuk kerucut dan terletak di belakang insang.
c.       Lambung (ventriculus)
Lambung menunjukkan beberapa adaptasi diantaranya adalah adaptasi dalam bentuknya. Pada ikan pemakan ikan, lambung semata-mata berbentuk memanjang seperti ikan bowfin (amira). Sebagian besar ikan mempunyai lambung. Adanya lambung dapat dicirikan oleh rendahnya pH dan adanya pepsine diantara getah pencernaan. Pada beberapa ikan seringkali bagian depan ususnya membesar menyerupai lambung sehingga dinamakan lambung palsu, misalnya pada ikan mas (Cyprinus carpio).
d.      Usus (intestinum)
Usus mempunyai banyak variasi pula. Pada ikan carnivora ususnya pendek karena makanan berdaging dapat dicerna dengan lebih mudah. Sebaliknya usus ikan herbivora panjang dan teratur di dalam satu lipatan atau kumparan.

2.      Kelenjar pencernaan
Kelenjar pencernaan terdiri dari :
a.       Hati (hepar)
Hati termasuk kelenjar yang besar pada ikan misalnya pada ikan pari. Pada hati terdapat kantung empedu yang menyalurkan cairan empedu. Disamping itu hati berperan sebagai gudang penyimpanan lemak dan glikogen.
b.      Pankreas (pancreas)
Pankreas mensekresikan beberapa enzim yang berfungsi dalam pencernaan makanan. Pada ikan bertulang sejati biasanya menyebar di sekeliling hati, bahkan pada ikan berjari-jari sirip keras, pankreas dan hati menyatu menjadi hepatopankreas. Pada ikan cucut dan ikan pari pankreas merupakan dua buah organ yang kompak.

                              Sistem muscolaria

Menurut Rahardjo (1985). pada umumnya otot ikan mempunyai otot utama, yaitu otot polos, otot jantung, dan otot rangka (otot skeletal). Jika ditinjau dari sifatnya ada yang bersifat voluntary yaitu otot yang sifatnya dipengaruhi oleh kemauan syaraf sadar dan involuntary yaitu otot yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh kemauan syaraf sadar.
Menurut Rahardjo (1985), otot ikan dibagi menjadi 3 yaitu :
1.      Otot rangka
Susunan otot rangka pada badan mempunyai sifat kokoh dan berfungsi membentuk tubuh dan bergerak. Berkas-berkas otot badan bagian lateral (myomore), akan nam¬pak sebagai daging jika ikan dikuliti atau dipotong se¬cara melintang. Myomore diikat oleh suatu bagian yang merupakan bagian otot yang tipis (membraneous) yang di¬sebut myocoma.
2.      Otot jantung
Tersusun atas otot dan jaringan-jaringan pengikat, otot jantung berwarna merah gelap. Hal ini berbeda dengan otot bagian badan yang biasanya berwarna coklat. Susu¬nan otot jantung (mycocardium) dibungkus oleh sesuatu selaput, yaitu bagian luar disebut pericardium dan ba¬gian dalam disebut endocardium. Sifat otot ini involun¬tary (tidak dipengaruhi saraf sadar).
3.      Otot polos
Otot yang mempunyai sifat involuntary ini terdapat bebe¬rapa bagian organ, antara lain, saluran pencernaan, gelembung renang, saluran reproduksi dan ekskresi, mata dan sebagainya (Djuanda, 1981).


2.2.2        Sistem skeleton

Rangka pada ikan berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang atau menyokong organ-organ tubuh, melindungi organ-organ tubuh ikan dan berfungsi pula dalam pembentuk¬kan butir darah merah (Rahardjo, 1985).
Menurut Rahardjo (1985), rangka ikan dapat dibedakan menjadi 3 bagian :
1.      Rangka axial
Terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung dan-tu¬lang rusuk.
2.      Rangka visceral
Terdiri dari semua bagian tulang lengkung insang dan derivatnya.
3.      Rangka appendicular
Terdiri dari sisik dan perekat-perekatnya. Sedangkan pada tulang punggung pada ikan, berkembang dari scelerotome yang terdapat di sekeliling notochorda dan batang saraf. Setiap pasang dari scelerotome berkembang menjadi empat pasang arcualia. Pada beberapa ikan, pem¬bentukan pusat tulang punggung (centrum) bukan semata-mata dari arcualia, melainkan oleh sel mesenchyme yang merapat dan berkumpul di sekitar notochorda, yang ke¬mudian bersama-sama arcularia membentuk centrum.

2.2.4 Sistem respiratoria
Menurut Rahardjo (1985), organ utama untuk pernafasan dari dalam media air pa¬da ikan adalah insang. Udara pernafasan diambil melalui mulut dan keluar melalui dubur. Insang terdapat di dalam rongga insang yang berasal dari kantong insang. Pada wak¬tu embrio, kantong merupakan sepasang penonjolan ke arah luar dari lapisan endodermal di daerah anterior saluran pencernaan embrio.
1.      Insang pada ikan elasmobranchia
Pada ikan ini belum terdapat tutup insang, sehing¬ga celah insang langsung berhubungan dengan lingkungan. Celah insang berjumlah 5 pasang, pada jenis-jenis ter¬tentu sering dijumpai 6-7 pasang celah insang.Pada keadaan biasa air masuk dari mulut melalui insang di dalam rongga insang kemudian dikeluarkan me¬lalui celah insang. Pertukaran oksigen dan karbondiok-sida, terjadi di dalam lamela insang. Setiap lengkung insang pada elasmobranchia disokong oleh rangka yang melengkung, terdiri dari :
a. Tapis insang, terdapat pada dasar lengkung insang mengarah ke dalam rongga pharing. Berfungsi untuk menapis bahan makanan yang terbawa bersama air per¬nafasan, yang kemudian diteruskan ke dalam oesophagus.
b. Jari-jari insang, melekat pada bagian luar dari leng¬kung insang mengarah ke permukaan tubuh sebagai penguat struktur insang.
c. Lamela insang, berupa rambut yang halus terbungkus oleh epithelium tipis dengan satu ujungnya melekat pada jari-jari insang penuh dengan kapiler darah. Di sini terjadi proses pernafasan di dalam insang.
2. Insang pada ikan osteichthyes
Pada ikan ini operculum yang tersusun atas 4 po¬tong tulang dermal, yaitu operculum, properculum, interculum, dan sub operculum. Selaput tipis bekerja se-bagai klep pada celah insang. Bagian depan dari sela¬put melekat pada operculum, sedangkan pada bagian belakangnya terlepas bebas. Selaput kulit tipis ini disebut membran branchiostegii yang disokong oleh beberapa potong yang terletak pada dinding ventral pharing dise¬but radii branchiostegii. Septum insang hanya satu saja dan tidak menonjol keluar dari lamela insang, ser¬ta kadang-kadang insang tidak ada. Jari-jari insang selalu ada sepasang untuk setiap lengkung insang ber-jumlah 5, tetapi lengkung insang 1 dan 5 berupa hemibranchia, hanya lengkung kedua, tiga dan empat saja yang berupa holobranchia. Lamela insang pada lengkung pertama hanya ada pada bagian belakang lengkung insang dan pada lengkung insang kelima pada bagian depan
saja.

2.2.5                          Sistem urogenitalia

Merupakan gabungan antara sistem urinaria dan sistem genitalis. Akan tetapi dalam praktikum ini hanya sistem genitalis saja yang dilihat (Rahardjo, 1980).
Ikan termasuk hewan heteroseksual, artinya perbedaan antara sel kelamin jantan dan betina jelas. Perbedaan se¬cara mikro dapat diketahui, misalnya dengan kita memijat pada bagian di atas porus urogenotalis pada jantan, maka ikan mengeluarkan cairan putih seperti susu. Sedangkan pada ikan betina akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan. Secara anatomis perbedaan tersebut akan terlihat jelas karena pada ikan jantan di dekat ginjal terdapat kantong berbentuk memanjang putih keruh, sedangkan pada ikan be¬tina lebih besar dari pada ikan jantan. Alat perkembangbiakkan ikan yaitu gonad, gonad pada jantan disebut testis dan pada betina disebut ovarium (Djatmiko, 1986).

2.3        Taksonomi

Menurut Subani (1978), taksonomi atau sistematika adalah suatu ilmu menge-nai klasifikasi dari jasad-jasad. Istilah taksonomi ber¬asal dari kata Yunani taxis yang berarti susunan dan pengaturan. Dan dari kata nomos atau hukum dan istilah ini diusulkan oleh Candolle pada tahun 1813 untuk teori mengklasifikasikan tumbuh-tumbuhan.
Identifikasi merupakan salah satu dari tiga tugas po¬kok ahli taksonomi, dimana ini merupakan tingkatan anali¬tis. Tugas pokok seorang ahli sistematika adalah mengelompokkan jasad yang telah begitu beraneka ragam dari alam ke dalam berbagai kelompok yang sudah dikenal untuk mene¬tapkan ciri-ciri penting dari kelompok ini dan untuk senan¬tiasa mencari perbedaan yang tetap di antara kelompok itu. Disamping itu ahli ini harus memberikan nama ilmiah kepa¬da kelompok-kelompok itu untuk memungkinkan pemberian nama pengakuan kepadanya oleh ahli-ahli lain di seluruh dunia. Kronologi geologis dari jasad tergantung dari ketetapan identifikasi dari fosil. Tiap survei ekologi yang bersifat ilmiah harus diselesaikan dengan mengidentifikasikan semua spesies yang ekologis penting (Subani, 1978).Juga ahli biologi telah menyadari pentingnya identifikasi yang tepat. Banyak sekali generasi yang memiliki spe¬sies yang secara morfologis tidak berbeda. Perbedaannya terletak di dalam sifat fisiologisnya (Subani, 1978).
Membuat klasifikasi adalah tugas kedua dari ahli taksonomi. Pada umumnya untuk menyusun suatu klasifikasi ada¬lah dengan menetapkan suatu definisi dari suatu kelompok atau kategori-kategori menurut skala hirarki. Tiap-tiap kategori meliputi satu atau beberapa kelompok lebih rendah yang terdekat yang merupakan kategori berikutnya. Hasilnya adalah bahwa semua binatang dapat diklasifikasikan ke dalam suatu hirarki taksonomi yang terdiri dari satu rentetan kategori-kategori yang meningkat dari species hingga kingdom, tiap-tiap kategori berikutnya meliputi satu atau beberapa kategori sebelumnya.
Satu hal yang perlu diingat bahwa klasifikasi pada pokoknya harus praktis. Dari semua kategori-kategori ter¬sebut akan mempunyai arti khas atau spesifik dari semua jenis ikan yang ditemukan (Saanin H, 1968).
Kategori-kategori yang saat ini dipakai adalah :
Kingdom
Filum
Sub-filum
Kelas
Sub-kelas
Ordo
Famili
Genus
Species
Kategori-kategori tersebut yang sekarang dipakai da¬lam penyusunan klasifikasi. Terkadang ada beberapa buku yang memasukkan unsur sub-ordo ke dalamnya (Saanin H, 1968).













BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 Materi
      3.1.1  Materi
      Table 1. Alat yang digunakan dalam praktikum
      No
      Alat
      Ketelitian
      Kegunaan
      1.
      2.
      3.
      4.
      5.
      6.
      7.
      8.
      9.
      10.
      Styrofoam
      Gunting
      Pinset
      Pisau bedah
      Lup
      Alat tulis
      Tissue/kapas
      Penggaris
      Laporan se,entara
      Mikroskop
      -
      -
      -
      -
      -
      -
      -
      1mm
      -
      -
      Tempat preparat ikan
      Membedah ikan
      Mengambil sisik ikan
      Membedah ikan
      Mengamati anatomi ikan
      Mencatat data
      Membersihkan lender/darah
      Mengukur tubuh ikan
      Mencatat laporan sementara
      Mengamati bentuk dan tipe sisik
       
      3.1.2 Bahan
   Ikan-ikan yang diamati dalam praktikum ini adalah :
1.      Ikan bawal air laut
2.      Ikan kakap merah
3.      Ikan bandeng
4.      Ikan mujair
3.2 Metode
   3.2.1. Pengamatan morfologi
            Cara kerja pengamatan pada morfologi ikan adalah:
   1. Meletakkan ikan pada bak paravin dan menatanya sesuai pola.
   2. Mengamati dan menggambar bentuk luar tubuh ikan pada kertas yang telah disiapkan
   beserta keterangannya dari tiap bagian.
   3. Mengukur panjang tubuh dan mencatat bagian-bagiannya.
   4. Mengamati dan menggambar bentuk dan perbandingan tubuh.
5. Menghitung jari-jari keras dan lunak dari sirip dada, punggung, perut dan dubur dari Ikan yang diamati dan mencatatnya.
   6. Mengamati dan menggambar bentuk dan tipe sisik ikan.
   7. Mengamati dan menggambar letak sirip perut terhadap sirip dada.
   8. Menghitung dan menggambar jumlah sisik.
   9. Mengamati dan menggambar letak dan tipe mulut.
   10. Mengamati dan menggambar bentuk dan tipe ekor.
   11. Mengamati dan menggambar tulang tambahan tutup insang.

   3.2.2. Pengamatan anatomi
            Prosedur pengamatan anatomi ikan adalah:
1. Melakukan sectio pada perut ikan dimulai dari anus kemudian terus menyusuri tulang belakang sampai tutup insang
2. Memilih organ dalam ikan agar dapat dilihat secara keseluruhan menggunakan pinset.
3. Mengamati dan menggambar bentuk organ secara keseluruhan beserta keterangannya.
   4. Mengamati dan menggambar organ yang termasuk dalam sistem digestoria beserta
   keterangannya.
5. Mengamati dan menggambar organ yang termasuk dalam sistem muscularia beserta keterangannya.
6. Mengamati dan menggambar bentuk kerangka tulang punggung ikan yang termasuk dalam sistem sceleton beserta keterangannya.
7. Mengamati dan menggambar bagian-bagian jantung yang termasuk dalam sistem circulatoria beserta keterangannya.
8. Mengamati dan menggambar organ yang termasuk dalam sistem respiratoria beserta keterangannya.
9. Mengamati dan menggambar bentuk mata ikan sebagai sistem optik beserta keterangannya.
10. Mengamati dan menggambar ginjal dan gonade termasuk sistem urogenitalia beserta keterangannya.
   3.2.3. Pengamatan taksonomi
            Prosedur pengamatan taksonomi ikan adalah:
   1. Mencatat bentuk dan ciri-ciri morfologi ikan yang akan diidentifikasi.
2. Mencari dan mencocokkan data hasil pengamatan dengan data yang telah ada dalam buku identifikasi yang digunakan.
3. Membuat tingkatan klasifikasi dari ikan. Data yang diperoleh menjadi acuan untuk membuat pangklasifikasian ikan tersebut beserta keterangannya dari tingkatan kingdom sampai tingkatan spesies.

3.12 Melakukan persiapan wadah pemeliharaan larva komoditas perikanan di komoditas perikanan di bak, aquarium dan fiber glass

  Persiapan Wadah Bak, Aquarium dan Fiber Glass Pada kegiatan pembelajaran ini anda akan mempelajari sanitasi wadah pembe...