Persiapan Wadah Bak, Aquarium dan Fiber Glass
Pada kegiatan pembelajaran ini anda akan mempelajari sanitasi
wadah pembenihan ikan, teknik sanitasi wadah pembenihan ikan, prinsip prinsip
media pembenihan, pembuatan
media pembenihan sesuai komoditas dan proses produksi, persyaratan optimal media pembenihan, penanganan media pembenihan sesuai komoditas dan proses produksi,
peralatan pendukung media pembenihan, teknik
pengelolaan media pembenihan sesuai komoditas dan proses
produksi
Setelah
anda menyiapkan wadah dan media pembenihan ikan, berarti anda telah memahami
beberapa langkah dalam kegiatan pembenihan. Sukses anda dalam persiapan wadah dan media pembenihan ikan berarti 40 -50% anda telah sukses dalam pembenihan ikan.
Sanitasi Wadah
Sanitasi wadah pembenihan ikan penting di lakukan sebelum
kegiatan pembenihan ikan di
mulai. Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan
maksud mencegah ikan bersentuhan langsung
dengan kotoran dan bahan buangan
berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan ikan.
Wadah yang akan digunakan untuk budidaya
ikan (bak) sebelum digunakan dibersihkan
dari kotoran yang menempel, agar tidak terdapat sisa-sisa kotoran yang dapat menyebabkan pembawa penyakit. Wadah
pembenihan ikan terdiri dari bak, fiberglass, akuarium dan kolam.
Proses sanitasi bak yang umum dilakukan
adalah dengan menyikat seluruh permukaan
dan dinding wadah menggunakan deterjen, Chlorin 200 ppm, Malachite green 100 ppm, Formalin 25 ppm dan alkohol 70%. Setelah itu, dilakukan pembilasan wadah dengan menggunakan air tawar untuk menghilangkan sisa
deterjen atau bahan lain yang menempel
dan menghilangkan bau dari bahan tersebut. Proses sanitasi ini dilanjutkan dengan pengeringan wadah selama 2 – 3 hari. Pengeringan atau penjemuran ini
dilakukan untuk menguapkan air sisa pembilasan, sehingga wadah benar-benar kering dan tidak berbau bahan sanitasi. Melalui
pengeringan atau penjemuran wadah tersebut, dapat mematikan siklus hidup penyakit
yang masih menempel atau tersisa.
Wadah
yang akan dipergunakan setelah disikat, dibersihkan dan diberi desinfektan kemudian dibersihkan kembali
dan wadah tersebut
dibiarkan kering udara agar
bahan beracun tersebut telah hilang menguap. Setelah dilakukan sanitasi diisi dengan
air untuk memeriksa kebocoran
bak.
Gambar Sanitasi Bak Pembenihan Ikan
Bak yang akan digunakan untuk
pemijahan, penetasan telur,
perawatan larva dan pendederan benih ikan harus bebas dari kotoran dan bibit penyakit.
Umumnya bibit
penyakit akan berkembang pada perairan yang mengandung
banyak bahan organik (kotoran).
Persiapan bak pemijahan meliputi mengeringkan, membersihkan bak dan sanitasi. Pengeringan bak pemijahan
dilakukan selama 1 – 2 hari untuk membasmi bibit
penyakit. Membersihkan bak dilakukan dengan mengeluarkan kotoran berupa sisa makanan dan kotoran ikan yang ada pada bak. Sanitasi dilakukan
dengan membasmi bibit penyakit yang terdapat di bak. Sanitasi
dilakukan dapat menggunakan formalin, kalium permanganat, methalyn blue, bio security dan sebagainya. Formalin dapat digunakan dengan dosis 10 ppm,
kalium permanganat 12 ppm. Selanjutnya bahan sanitasi
tersebut di bilas agar tidak berpengaruh terhadap
kualitas air pemeliharaan benih.
Media pembenihan ikan di kolam antara
satu parameter dengan parameter lain saling
mempengaruhi sehingga terjadi penurunan kualitas air satu dengan lainnya. Proses penurunan kualitas air tersebut
terjadi secara fluktuasi sesuai dengan kondisi
parameter kuaitas air.
Faktor utama terjadinya fluktuasi
kualitas air adalah suhu. Suhu merupakan key
point dalam perubahan kualitas air. Meningkatnya suhu media pembenihan
ikan akan mempercepat metabolisme bahan organik dalam air bak . Bahan
organik dalam air bak berasal dari kotoran ikan, sisa pakan dan
bahan organik yang terbawa air. Salah satu hasil
metabolisme (penguraian) bahan organik dalam
bak adalah amoniak dalam perairan.
Dengan demikian kandungan amoniak akan meningkat dalam air bak. Pada sisi lain meningkatnya kandungan amoniak bak akan menurunkan kandungan oksigen terlarut.
Meningkatnya suhu perairan maka
metabolisme atau penguraian bahan organik dalam air bak semakin
meningkat. Meningkatnya penguraian bahan organik dalam air bak maka semakin banyaknya ion hidrogen
dilepaskan kedalam air tersebut sehingga meningkatkan
kandungan pH dalam perairan. Jadi, peningkatan suhu air bak akan meningkatkan parameter kualitas
air lainnya.
Untuk menanggulangi perubahan kualitas air pada bak dapat dilakukan dengan menyipon bahan organik, penggantian air, pemasangan aerasi, kontrol pemberian pakan, dan resirkulasi air.
Menyipon Bahan Organik
Penyiponan merupakan membuang kotoran
berupa bahan organik
dari bak menggunakan selang ke luar bak. Tujuan
penyiponan selain agar bak bebas dari kotoran juga mengurangi bahan organik dalam bak sehingga
akibat metabolisme/penguraian
tidak terjadi penurunan kualitas air.
Penyiponan dilakukan dengan memasukkan salah satu ujung selang ke dalam air bak
selanjutnya ujung selang yang satu dihisap sampai keluar air. Ujung selang yang masuk kedalam air bak diarahkan
ke kotoran / bahan organik
yang terdapat dalam bak pembenihan ikan. Untuk menghindari ikan
keluar melalui selang sipon dilakukan dengan hati hati. Selain
itu dapat juga dilakukan cara memegang ujung
selang, jika ada ikan yang keluar
melalui selang maka dengan cepat ujung selang
ditutup menggunakan salah
satu jari tangan.
Gambar Penyiponan Bak Pembenihan Ikan
Kotoran
yang terdapat di bak di sipon sampai habis. Selanjutnya air yang dikeluarkan bersamaan dengan penyiponan di
ganti dengan memasukkan air bersih kedalam
bak pembenihan ikan. Penyiponan dilakukan dengan hati hati khususnya benih ikan
masih kecil.
Penggantian Air
Penggantian air merupakan salah satu
penanganan media pembenihan ikan agar lebih baik. Penggantian air bak dapat dilakukan melalui
selang sifon atau melalui pipa pengeluaran air. Penggantian air melalui selang sifon dapat dilakukan dengan memasang
saringan di ujung selang. Tujuan pemasangan saringan tersebut agar ikan tidak ikut keluar melalui selang.
Penggantian air melalui selang dapat juga dilakukan dengan memasang seser di atas sterefoam dimana
sterefoam tersebut diletakkan di atas air bak. Selang
sifon dimasukkan ke dalam seser
selanjutnya ujung selang
yang lain di hisap agar air
keluar.
Jumlah air yang dikeluarkan dari bak
pembenihan ikan tergantung ukuran ikan. Hal
ini berhubungan dengan daya tahan tubuh dan kecepatan beradaptasi benih ikan terhadap
air yang baru pengganti air yang dikeluarkan. Jika ikan dalam bak berukuran
larva maka jumlah
air yang dikeluarkan sebanyak 1/3 – ½ total air bak. Jika ikan yang ada dalam bak benih berukuran > 2 cm penggantian air dapat dilakukan
sebanyak ½ -
⅔ total air dalam bak. Selanjutnya air bersih ditambahkan sebanyak air yang dikeluarkan.
Gambar Penggantian Air Bak Kolam
Penggantian air tersebut
bertujuan memperbaiki kualitas
air yang terdapat
di bak
. Penggantian air dapat dilakukan secara periode pada saat
kualitas air bak . kolam telah
menurun. Penambahan air ke dalam bak dilakukan hati hati agar larva / benih ikan tidak teraduk
oleh gerakan air. Cara penambahan air adalah dengan menempatkan ujung selang pada salah satu dinding bak
pembenihan ikan sehingga tekanan air tidak
deras dan menyebar ke seluruh bak.
Penggantian air dapat juga dilakukan dengan mengalirkan air ke dalam bak secara terus menerus. Penggantian air dengan cara ini dilakukan jika ikan dalam bak telah berukuran > 2 cm. Jika ikan dalam bak masih berukuran larva sebaiknya jangan mengalirkan air teru menerus. Debit air yang di masukkan ke dalam bak sebesar 0,5– 1 liter/menit. Selama mengalirkan air pipa pengeluaran air di pasangan saringan agar ikan tidak keluar bak.
Pemasangan Aerasi
Pemasangan aerasi bertujuan untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut dalam air pembenihan ikan. Udara yang dihembuskan oleh blower / aerator melalui selang masuk ke dalam air selanjutnya oksigen yang terdapat dalam udara direduksi oleh air.
Penanganan larva sesuai
sifat dan karakter jenis
ikan
Sebagian besar perkembangan morfologi larva ikan yang baru
menetas adalah mulut belum terbuka,
cadangan kuning
telur dan butiran
minyak masih sempurna
dan larva yang
baru menetas bersifat pasif. Hari ke dua mulut mulai terbuka.
Selanjutnya benih mulai berusaha. Selanjutnya memasuki hari ke tiga, larva ikan mulai
mencari makan, pada saat tersebut
cadangan kuning telurnya pun telah menipis
yaitu tinggal 25 – 30% dari volume awal.
Perkembangan Larva Ikan
Telur ikan yang baru menetas dinamakan larva, tubuhnya
belum sempurna baik organ luar maupun
organ dalamnya. Larva akan terus berkembang untuk menyempurnakan bentuk dan fungsi dari masing-masing
organ. Perkembangan larva secara garis besar
dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu :
Prolarva, larva yang masih memiliki kuning telur, tubuhnya
transparent dengan beberpa butir
pigmen yang fungsinya belum diketahui. Sirip dada dan ekor sudah ada tetapi bentuknya belum sempurna. Kebanyakan
prolarva yang baru keluar dari cangkangnya tidak
memiliki sirip perut yang nyata melainkan berupa tonjolan saja. Mulut dan
rahang belumberkembang dan ususnya
masih merupakan tabung yang lurus. Sistempernafasan dan peredaran darah belum sempurna. Makanan diperoleh dari
cadangan kuning telur yang belum
habis diserap. Pergerakan larva ikan yang baru menetas relative sedikit, sehingga masih mudah terbawa arus.
Perkembangan prolarva sangat cepat sehingga morfologi
dan proporsi bagian tubuhnya cepat berubah. Post larva, masa larva dari hilangnya cadangan kuning telur hingga
terbentuknya organ-organ baru atau selesainya
tahap penyempurnaan bentuk
dan fungsi organ.
Sehingga post larva telah dapat bergerak lebih aktif untuk memenuhi kebutuhannya dalam mencari makanan,
meskipun
pergerakannya masih terbatas. Pada ikan mas post larva
biasa dikenal dengan sebutan lokal kebul.
Post larva masih mengandalkan pakan alami untuk memenuhi kebutuhannya. Perpindahan tahap prolarva
menjadi post larva merupakan masa kritis bagi perkembangan larva, hal ini disebabkan karena adanya
perpindahan atau masa transisi habisnya kuning
telur. Pada masa prolarva makanan
untuk memenuhi kebutuhan hidup dan perkembangan tubuh diperoleh dari cadangan kuning telur melalui
proses absorbsi dalam tubuh (indogenous feeding), setelah kuning telur
habis terserap maka larva sudah harus mulai mencari
makanan dari luar tubuhnya (eksogenous feeding). Menjelang hari ke 2 akan terbentuk
pigmentasi pada mata kemudian dibarengi
dengan terbukanya mulutMulai D-3 biasanya larva
sudah aktif mencari mangsa, kuning telur habis diserap dan gelembung minyak mulai menipis. Setelah larva
berumur sekitar satu minggu, duri punggung mulai berkembang dan pigmentasi di seluruh badan mulai tampak.
Kuning telur ikan patin, mas, lele,
baung dan sebagainya habis terserap pada hari ke 3. Sedangkan ikan nila,
gurame, bawal kuning telurnya terserap
setelah umur 4 hari
Pemberian Pakan Larva
Jenis pakan yang diberikan ukuran larva sebaiknya pakan
alami. Karena pakan alami memiliki
kandungan protein yang tinggi dan lengkap. Persyaratan pakan yang diberikan pada larva ikan adalah memiliki
kandungan protein yang tinggi, ukuran lebih kecil dari bukaan mulut larva, mudah dicerna,
gerakan lambat dan mudah didapat
Banyak pembenih ikan patin lebih
cenderung memberi pakan alami jenis naupli artemia. Karena jenis pakan alami ini lebih mudah
disediakan baik dalam jumlah maupun kontinuitas. Sedangkan pakan alami jenis rotifera
maupun daphnia sulit menyediakan secara
kontinu. Larva patin yang berumur
4 - 15 hari diberi
pakan cacing tubifex.
Pemberian pakan larva dilakukan
sebanyak 5 - 8 kali perhari Hal yang perlu diperhatikan adalah saat pertukaran jenis
pakan dari artemia ke cacing
tubifex
Penentuan Jumlah
pemberian pakan ikan
Kebutuhan pakan ikan per hari berubah sesuai dengan
permintaan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pakan adalah energy,
kebutuhan pakan itu untuk aktivitas, pertumbuhan dan reproduksi.
Apabila menggunakan sistem periodik, maka pakan diberikan
dengan dosis 3 – 5% dari biomassa,
dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari, yaitu pada pagi, siang dan sore hari. Pada dasarnya, jumlah pakan yang diberikan tersebut
harus
disesuaikan dengan pertambahan bobot ikan dan populasi. Pertumbuhan bobot ikan dan populasi dapat diperoleh melalui sampling
Padat
tebar larva ( usia 0-1 minggu, ukuran1-2 cm : 2000 ekor / liter air Padat tebar larva ( usia 1-2 minggu, ukuran
2-3 cm : 1000 ekor / liter air Padat
tebar larva ( usia 2-3 minggu, ukuran 3-4 cm : 500 ekor / liter air Padat tebar larva ( usia 3-4 minggu,
ukuran 4-5 cm : 200 ekor / liter air Padat
tebar larva ( usia 4-5 minggu, ukuran 5-6 cm : 100 ekor / liter air Padat tebar larva ( usia 5-6 minggu,
ukuran 6-7 cm : 75 ekor / liter air Padat tebar larva ( usia 7-8 minggu, ukuran 7-8 cm : 50 ekor / liter air
Kebutuhan pakan harian dinyatakan sebagai tingkat pemberian
pakan (feeding rate) per hari yang
ditentukan berdasarkan persentase dari bobot ikan. Tingkat pemberian pakan ditentukan oleh ukuran ikan. Semakin besar
ukuran ikan maka feeding rate-nya semakin kecil, tetapi jumlah pakan perharinya semakin besar.
Frekuensi pemberian pakan (Feeding Frequency) merupakan berapa kali pakan diberikan dalam sehari. Frekuensi ini terkait dengan waktu pemberian
pakan. Umumnya, semakin besar ukuran ikan maka frekuensi pemberian
pakannya semakin jarang.
Ikan kecil sebaiknya diberi pakan lebih sering dibandingkan dengan ikan besar.
Feeding time atau waktu pemberian pakan adalah waktu yang
tepat untuk melakukan pemberian pakan
pada setiap jenis ikan. ... Oleh karena itu pada kelompok ikan yang mempunyai aktivitas makan pada malam hari,
maka dalam 98 melakukan manajemen pemberian pakan,
waktu pemberian pakannya
sebaiknya lebih banyak
pada malam hari.
FCR sering kali dijadikan indikator kinerja teknis dalam
mengevaluasi suatu usaha budidaya ikan. Faktor yang digunakan dalam perhitungan FCR bukan penambahan berat daging ikannya,
melainkan bobot panennya yang merupakan bobot hidup atau bobot basah ikan
pada waktu panen.
FCR = jumlah kg pakan / jumlah
kg ikan yang dihasilkan
Misalnya, sebuah kolam dapat dipanen ikan sebanyak 1250 kg.
Untuk ikan sebanyak itu telah digunakan
pakan sebanyak 2000 kg selama
masa pemeliharaan maka nilai FCR dari pakan
yang diberikan adalah 2000 kg / 1250 kg = 1,6
Laju pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun
panjang ikan dalam periode waktu
tertentu. Pertumbuhan terkait dengan faktor luar dan dalam tubuh ikan. Selain lingkungan perairan, salah satu
faktor luar yang sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan adalah makanan.
Hama dan penyakit
akan muncul jika lingkungan media memungkinkan, biasanya
lingkungan tidak menguntungkan bagi ikan. Akibat dari kondisi lingkungan
media yang tidak sesuai
maka lama kelamaan
stamina ikan akan menurun sehingga
rentan dan mudah terserang penyakit.
Sebagai akibat pertama
adalah nafsu makan ikan menurun.
Dibutuhkan energi untuk menaikkan stamina bahkan penyembuhan penyakit
tersebut. Dengan demikian sudah jelas
energi tidak digunakan untuk pertumbuhan. Ikan tidak tumbuh. Jika serangan hama dan penyakit lebih kuat dari stamina
ikan maka ikan akan mati. Untuk menghindari kematian ikan usahakan kualitas
air tetap baik.
Survivak Rate (SR) atau Sintasan atau Kelangsungan Hidup
adalah salah satu dari unsur yang harus dievaluasi dalam pembesaran ikan
SR = Angka kelangsungan
hidup
Nt = Jumlah ikan
pada hari ke t (saat ini) No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan