A. DISKRIPSI
Melakukan perhitungan laju pertumbuhan ikan pada pemeliharaan larva ikan adalah suatu uraian materi
tentang faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan, Teknik sampling
pertumbuhan ikan, Laju pertumbuhan harian ikan, Laju
pertumbuhan mutlak ikan, Survival rate ikan dan Pelaporan hasil pembesaran ikan.
B. KEGIATAN BELAJAR
1. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini peserta didik agar mampu melakukan perhitungan laju pertumbuhan ikan pada pembesaran ikan (secara tradisional, semi intensif dan intensif) dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan, Teknik sampling pertumbuhan ikan, Laju pertumbuhan harian ikan, Laju pertumbuhan mutlak ikan, Survival rate ikan dan Pelaporan hasil pembesaran ikan, jika disediakan alat yang memadahi dan bahan ikan yang dipelihara di kolam pembesaran ikan, dengan tingkat kebenaran 90 %.
2. Uraian Materi
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang dan atau bobot badan dalam periode waktu tertentu. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan, yaitu suhu, oksigen terlarut
dan keasaman air serta jumlah dan jenis makanan serta faktor daya cernanya dari ikan tersebut.
Pertumbuhan ikan hanya akan terajadi apabila energi yang
diserap oleh tubuh lebih besar dari pada energi yang digunakan
untuk melakukan aktifitas, proses pencernaan, dan yang
terbuang melalui proses ekskresi. Pertumbuhan merupakan
parameter penting dalam budidaya ikan terutama
yang bernilai ekonomis karena pertumbuhan akan menentukan nilai produksi.
Pertumbuhan dibedakan atas dua macam, yaitu pertumbuhan allometrik atau heterogenic adalah perubahan kecil dari bagian tubuh ikan atau
larva menuju bentuk yang lebih
sempurna, misalnya perubahan sementara yang berhubungan
dengan kematangan gonad, panjang sirip
dan kemontokan tubuh. Pertumbuhan isometrik atau isogenik adalah perubahan yang terjadi apabila pada ikan terdapat
perubahan yang terus menerus secara proporsional dalam
tubuhnya.
Pertumbuhan dan Kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar ikan. Faktor dalam ikan adalah faktor genetik, kesehatan serta keseragaman ukuran ikan tersebut. Sedangkan faktor luar meliputi kondisi kualitas air, serangan hama dan penyakit serta kondisi pakan ikan.
1) Genetis Ikan
Kecepatan pertumbuhan ikan ditentukan oleh gen. Gen tersebut merupakan sifat warisan dari induknya yang
dibawa melalui telur. Gen merupakan
bagian kecil dari kromosom merupakan penyimpan sifat- sifat individu tersebut.
Jika ikan memiliki sifat tahan terhadap serangan hama penyakit (sehat), pertumbuhannya cepat, maka induknyapun dan bahkan kelak keturunannya pun akan memiliki sifat yang demikian. Sehingga untuk mendapatkan ikan dengan pertumbuhan cepat maka perlu ditelusuri sifat induknya.
2) Kesehatan benih ikan
Kesehatan benih ikan besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan. Karena jika ikan sakit maka tahap pertama energi yang dipengaruhi oleh ikan tersebut akan digunakan sebagai penganti sel-sel yang rusak, serta anti toksin/kekebalan tubuhnya akan melawan penyakit yang ada. Dari persoalan ini jelas bahwa yang seharusnya energi dipergunakan sebagai pertumbuhan malah dipergunakan untuk penyembuhan, atau melawan penyakit sehingga otomatis pertumbuhannya terganggu, atau malah tidak sembuh. Jika penyakitnya ternyata kondisinya lebih kuat maka ikan tersebut tidak sembuh hingga mati.
3) Keseragaman ukuran benih ikan
Keseragaman ukuran benih ikan secara keseluruhan jelas akan mempengaruhi produksi total. Bagaimana tidak, jika benih satu sama lain tidak sama ukurannya sudah barang tentu benih yang kecil pertumbuhannya akan lebih lambat untuk periode tertentu atau malah terus hingga panen. Banyak terjadi benih yang ukurannya lebih kecil
pada periode setarter
tetap lebih kecil ukurannya tetapi setelah melewati periode grower pertumbuhannya
menjadi seimbang. Hal ini disebabkan
bahwa laju pertumbuhan ikan dari waktu ke waktu atau periode ke periode
berbeda. Ada tiga periode pertumbuhan yaitu starter, grower dan finisher.
4) Faktor air
Kualitas air mempunyai 3 faktor yaitu faktor fisika, kimia
dan biologi. Yang termasuk
faktor fisika adalah suhu, kecerahan
dan kekeruhan. Faktor kimia meliputi
kelarutan oksigen, CO2, NH3 – N dan pH. Sedangkan faktor biologi adalah kandungan plankton
dan lain-lain. Apabila suhu berubah maka faktor kimia air
akan berubah, serta apabila suhu
naik maka segala proses dipercepat hingga pada batas tertentu. Termasuk metabolisme dipercepat. Sudah
menjadi gejala alam apabila kondisi cuaca cerah, intensitas cahaya matahari tinggi,
suhu air meningkat (nafsu makan meningkat) sehingga
pertumbuhan ikan pun cepat. Hal itu
terjadi kebalikan apabila kondisi cuaca mendung, suhu air menurun
akibatnya nafsu makan ikan menurun
atau kondisi air kekurangan
oksigen sehingga pertumbuhan ikan terhambat.
Kondisi kualitas air akan selalu direspon oleh ikan. Apabila
kondisi kualitas airnya optimal untuk kehidupan ikan tersebut maka sudah barang tentu pertumbuhannya juga optimal. Apabila
air tingkat kekeruhannya tinggi maka supsensi
tersebut akan menempel
pada lamela insang sehingga
akan mengganggu pernafasan. Apabila pH air rendah
maka lendir ikan akan menggumpal. Begitu contoh persoalan kondisi
kualitas air yang akan langsung
mempengaruhi pertumbuhan.
Kualitas air akan
menurun seiring dengan bertambah banyaknya sisa pakan , feces dan juga urin ikan. Hal ini akan Nampak jika
dipelihara dalam bak tertutup terutama
dalam pemeliharaan system intensif maupun superintensif. Proses penurunan
kualitas air tersebut seperti di bawah ini, nampak akibat terakhir adalah HNO3 diproduksi sebagai racun.
1. Organik karbon dan Nitrogen Ammonia dan Karbondioksida |
CH2(NH2)COOH + 3/2 H2O NH3 + 2 CO2 + H2O |
2. Pada langkah
berikutnya amonia dioksidasi |
a. NH3 + 3/2 O2 NHO2 + H2O b.
HNO2 + ½ O2 HNO3 NH3 + H2O HNO3 + H2O |
5) Serangan hama dan penyakit
Hama dan penyakit akan muncul jika lingkungan media
memungkinkan, biasanya lingkungan tidak menguntungkan bagi ikan. Akibat dari kondisi
lingkungan media yang tidak sesuai maka lama kelamaan stamina
ikan akan menurun
sehingga rentan dan mudah terserang
penyakit. Sebagai akibat pertama adalah nafsu makan ikan menurun. Dibutuhkan energi untuk menaikkan
stamina bahkan penyembuhan penyakit tersebut. Dengan demikian sudah jelas energi tidak
digunakan untuk pertumbuhan. Ikan tidak tumbuh.
Jika serangan hama dan penyakit
lebih kuat dari stamina ikan maka ikan akan mati. Untuk menghindari kematian ikan usahakan kualitas
air tetap baik.
6)
Kondisi pakan ikan
Pada perairan umum secara liar atau dipelihara secara tradisional
tidak begitu masalah pemberian
pakannya. Tetapi pada pemeliharaan sisitem instensif
pemberian pakan mesti instensif yaitu jumlah dan pemberian pakannya harus teratur. Apabila jumlah
pakan yang diberikan kurang maka energi yang dibutuhkan tdak terpenuhi sehingga
perutumbuhannya terhambat. Begitu juga kandungan
proteinnya apabila kurang dari
20% maka pertumbuhannyapun akan terhambat. Kondisi
protein ini bisa diakibatkan karena rusak oleh jamur sehingga kandungan
protein menurun.
Jumlah pakan yang dimakan ikanpun kadang-kadang kurang
akibat cara pemberian pakan kurang baik, bisa karena frekuensi pemberian
pakannya berkurang atau pembagian pakan per frekuensinya tidak imbang.
Pakan ikan adalah campuran dari berbagai bahan, baik nabati
maupun hewani yang diolah sehingga
mudah dimakan dan sekaligus merupakan sumber
nutrisi bagi ikan. Dengan kata lain,
pakan ikan adalah makanan yang khusus
diproduksi agar mudah dan tersedia untuk dimakan dan dicerna oleh sistem pencernaan ikan sehingga ikan menghasilkan
energi yang dapat digunakan untuk aktivitas hidupnya
dan dipakai untuk pertumbuhan yang disimpan dalam bentuk daging.
Pakan yang dibutuhkan adalah pakan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan yang dipelihara. Zat-zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh ikan terdiri dari protein
dengan asam amino esensial, lemak
dengan asam lemak esensial, karbohidrat, vitamin dan mineral. Kandungan
gizi pakan lebih berperan dibandingkan dengan jumlah pakan yang diberikan. Beberapa komponen yang harus terdapat
dalam pakan yang diberikan untuk
ikan adalah protein,
lemak, dan
karbohidrat. Hal ini disebabkan karena secara alami, semua
energi yang digunakan oleh ikan berasal dari protein,
yang kemudian digunakan untuk
pertumbuhan maupun pemeliharaan tubuh. Jadi, adanya protein di dalam makanan
merupakan suatu hal yang esensial
dan harus tersedia bagi ikan. Kandungan protein yang
optimal didalam makanan akan menghasilkan pertumbuhan yang maksimal
bagi ikan yang mengkonsumsinya.
Selain protein, untuk pemeliharaan tubuh dapat digunakan
energi yang berasal dari lemak dan
karbohidrat. Oleh karena itu, secara terbatas
lemak dan karbohidrat dapat digunakan untuk menggantikan peran protein sebagai
sumber energi dalam pemeliharaan tubuh. Dengan demikian,
protein akan lebih terarah untuk sumber energi pertumbuhan. Penggunaan lemak dan karbohidrat yang berlebihan dapat menimbulkan masalah gizi. Timbunan
lemak di dalam hati juga bisa terjadi apabila ikan terlalu banyak makan
lemak.
Pakan yang diberikan akan dicerna di dalam tubuh ikan.
Selama proses pencernaan, karbohidrat
akan diubah menjadi glukosa, protein diubah menjadi asam amino, dan lemak diubah menjadi asam lemak dan gliserol. Komponen
pakan yang sudah dicerna dan mudah diserap oleh tubuh kemudian dialirkan ke seluruh tubuh melalui peredaran
darah. Komponen pakan yang belum
sempurna proses perombakannya akan dikeluarkan kembali oleh tubuh ikan. Kemungkinan ketidaksempurnaan perombakan komponen pakan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (1) pakan sulit dicerna oleh ikan karena adanya selulosa dan chitin; (2) jumlah dan jenis enzim
pencernaan yang terdapat
dalam saluran pencernaan kurang memadai; atau
(3) kondisi
lingkungan yang tidak menunjang.
Selain itu, terdapat
pula komponen lainnya
yang harus diperhatikan kandungannya, misalnya serat
kasar, abu dan air.
Pertumbuhan ikan akan baik dan cepat jika faktor internal dan external ikan seimbang
saling bersinergi.
b.
Teknik Sampling Pertumbuhan Ikan
Di atas telah dijelaskan bahwa pertumbuhan adalah
pertambahan panjang maupun bobot dari ikan yang dipeliharan pada satuan waktu tertentu, misal mingguan. Jadi untuk mengetahui
pertambahan panjang atau bobot tersebut
perlu dilakukan pengukuran atau penimbangan. Mengingat jumlah populasi
ikan yang dipelihara di dalam kolam yang luas adalah banyak
maka untuk melakukan ini disarankan dengan menggunakan pendekatan sampling. Teknik sampling hampir sama
dengan sampling pada saat untuk menentukan
jumlah pakan yang diberikan setiap harinya. Teknik sampling tersebut
adalah sebagai berikut:
Contoh Sampling
Langkah sampling:
1)
Membaca data awal (luas kolam, padat penebaran, luas alat, panjang
dan bobot benih pada saat awal,)
2) Menghitung populasi
awal
3)
Menentukan 5 titik secara
acak dikolam untuk
ditangkap ikannya dengan menggunakan alat tangkap tersebut
4)
Menghitung ikan tertangkap tiap titik dan menimbang bobot
ikan tiap titik
5)
Menghitung jumlah ikan pada 5 titik
dan bobot ikan pada 5 titik
6)
Menghitung rataan jumlah ikan per titik dan bobot ikan pertitik
atau menghitung bobot ikan per individu
7) Menghitung jumlah
populasi ikan dengan
rumus:
8)
Menghitung bobot biomass = Jumlah ikan atau populasi
ikan di kolam kali bobot ikan per individu.
9)
Lakukan mulai nomor 3 sampai no 8 setiap minggu.
10) Tuangkan kedalam
Tabel, dan perlu dituangkan kedalam
gambar grafik.
Data hasil sampling
Sampling |
Titik |
Jumlah Ikan |
Bobot Ikan
(gr) |
Minggu 1 |
1 2 |
12 11 |
240 230 |
|
3 |
13 |
250 |
|
4 |
15 |
340 |
|
5 |
10 |
240 |
Rataan Bobot |
|
||
Minggu 2 |
1 |
13 |
320 |
|
2 |
11 |
290 |
|
3 |
10 |
270 |
|
4 |
11 |
280 |
|
5 |
12 |
300 |
Rataan Bobot |
|
||
Minggu 3 |
1 |
11 |
310 |
|
2 |
9 |
300 |
|
3 |
10 |
310 |
|
4 |
10 |
320 |
|
5 |
12 |
360 |
Rataan Bobot |
|
Setelah dicari rataan pada bobot perminggu nya , maka bisa nampak penambahan bobot dari minggu ke minggu.
Selisih rataan bobot itulah hasil perhitungan
pertumbuhan ikan.
c.
Laju Pertumbuhan harian dan Laju Pertumbuhan Mutlak
Untuk menghasilkan pertumbuhan, makanan diproses terlebih
dahulu agar dihasilkan energi.
Hasil energi tersebut
akan digunakan untuk proses- proses fisiologi dan sisa energi digunakan untuk pertumbuhan.
Proses-proses fisiologi yang terjadi adalah:
1) Metabolisme
Ikan memerlukan energi untuk pertumbuhan, aktivitas hidup dan reproduksi. Energi yang diperoleh
dari hasil pembakaran oksigen disebut metabolisme. Nialai yang diperoleh
saat penggunaan energi tersebut
disebut Laju metabolisme (Metabolisme rate). MR dipengaruhi: suhu, jenis ikan, ukuran ikan, aktivitas, waktu
lapar dan lingkungan (O2
terlarut, CO2, pH, Salinitas dll).
Pada semua jenis ikan laju metabolisme per satuan bobot
badan akan menurun seiring
dengan bertambahnya ukuran ikan. Hubungan
tersebut digambarkan dengan
rumus:
2) Pembentukan tenaga
Semua hewan membutuhkan energi untuk kerja mekanik (aktivitas otot), kerja kimiawi
(fungsi biokimia), kerja elektrik (rangsangan syaraf) dan kerja osmotis (mempertahankan keseimbangan terhadap garam biologis). Total energi yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi
adalah Gross Energy (GE). Tidak semua
energi yg dihasilkan makanan dapat
diserap oleh ikan. Energi yg dapat diserap ikan disebut Digestible Energy (DE). Jadi DE adalah GE dikurang energi yg
hilang bersama kotoran. Energi digunakan
juga untuk metabolisme, pernafasan, pencernaan, pembentukan urine. Dengan demikian
Energi metabolisme (ME) adalah:
ME adalah DE – (Energi dalam feces + pernafasan + pencernaan + energi dalam urine)
3)
Pertumbuhan
Jumlah energi yang digunakan untuk pertumbuhan,
dipengaruhi: jenis ikan, umur ikan,
kondisi lingkungan dan komposisi makanan. Semua factor
tersebut akan berpengaruh pada metabolisme dasar atau standar.
Energi untuk pemeliharaan tubuh merupakan gabungan
antara metabolisme dasar dan
dinamika kegiatan spesifik / Specific dynamic
action (SDA). SDA adalah
jumlah panas yang dihasilkan dan merupakan tambahan
pada metabolisme sebagai hasil pencernaan makanan. SDA untuk pencernaan protein
lebih besar dari SDA untuk pencernaan Karbohidrat dan lemak.
Secara umum energi untuk pertumbuhan ikan adalah dari
protein. Pada saat laju pertumbuhan
mencapai titik mulai menurun, umumnya pada saat itu ikan
di panen.
Ketiga komponen
diatas mempengaruhi konsumsi harian ikan/udang. Konsumsi harian adalah jumlah makanan yang harus dikonsumsi
setiap hari oleh ikan, agar dapat memenuhi
kebutuhan kalori untuk pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan menggantikan kalori
yang hilang berupa panas. Kegiatan
ikan yang menyebabkan kehilangan panas
kedalam lingkungannnya berhubungan dengan luas permukaan tubuhnya. Luas permukaan
tubuh dinyatakan dengan bobot badan pangkat 0,67 dibagi
10.
|
W 0.67 |
L = |
10 |
4)
Laju pertumbuhan harian/ GR (Growth Rate)
Pengukuran pertumbuhan ikan terdapat dua parameter yaitu laju pertumbuhan ikan harian dan pertumbuhan mutlak ikan Laju pertumbuhan harian adalah kecepatan
pertumbuhan ikan perhari.
Sedangkan pertumbuhan mutlak adalah selisih pertumbuhan dua waktu tertentu.
Rumus laju pertumbuhan harian adalah:
Keterangan:
Wx =
Rata-rata bobot akhir ikan (mg) Wo = Rata-rata bobot awal ikan (mg) a = Laju pertumbuhan harian (%)
t =
Lama pemeliharaan (hari) Rumus laju pertumbuhan mutlak adalah:
Keterangan:
W = Pertumbuhan pada periode
waktu tertentu Wt2 = Bobot rata-rata
pada hari akhir
Wt1 = Bobot rata-rata hari awal
Gambar 41. Mengukur pertumbuhan
(berdasarkan panjang dan bobot)
d.
Survival Rate (SR) atau Sintasan atau Kelangsungan Hidup
Survivak Rate (SR) atau Sintasan atau Kelangsungan Hidup
adalah salah satu dari unsur yang
harus dievaluasi dalam pembesaran ikan. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan
balikan dari kegiatan tersebut , apakah kegiatan
yang dikakukan sudah benar, atau kurang benar.
Jika kegiatan yang dilakukan
kurang benar maka segera dilakukan perbaikan, apa yang salah. Untuk menelusuri hal tersebut perlu diketahui indicator
keberhasilannya. Indikator keberhasilan tersebut adalah apabila:
Survival Rate (SR) atau Sintasan nya
telah baik (≥90%), Growth Rate (GR) telah dianggap
cepat/normal atau Feed Convertion Ratio (FCR) telah mencapai target.
e.
SR (Survival Rate) /Kelangsungan Hidup/Sintasan Ikan
Ikan akan tumbuh apabila hidup. Jadi persyaratan untuk
hidup ikan mesti terpenuhi, diantaranya adalah lingkungan media
yang cocok bagi spesies
ikan tersebut. Masing-masing spesies ikan menghendaki
lingkungan media yang berbeda.
Tetapi apa mau dikata jika kita memelihara ikan dalam jumlah yang besar kemungkinan ikan mati pasti ada. Kematian
ikan tersebut biasanya
diakibatkan oleh saingan antar ikan itu sendiri, karena lingkungan media tidak cocok, atau bahkan serangan
hama penyakit. Kematian ikan akibat saingan antar ikan
itu sendiri terjadi apabila jumlah pakan
yang diberikan kurang. Demikian terjadi terus menerus, hingga ikan yang kecil tersebut
mati. Kejadian lain apabila kondisi
ikan lapar maka kecenderungan ikan akan saling menyerang, hal ini juga berakibat menambah
potensi menaikkan angka
kematian.
Ikan hidup membutuhkan kondisi kualitas air tertentu
sehingga apabila salah satu
dari parameter kualitas air tersebut tidak sesuai hingga diluar batas toleransinya maka ikan tersebut akan
mati. Ikan mampu merespon perubahan
suhu tidak lebih dari 5 oc, hal ini juga dilakukan bertahap, tidak bisa drastis. pH 11 dan 4 juga merupakan titik kematian ikan.
Begitu juga serangan hama penyakit adalah masalah. Dari hari ke hari kematian
ini semakin banyak, hingga populasi
ikan akan habis apabila tanpa perlakuan yang baik. Mengetahui angka kematian ikan merupakan awal untuk mengetahui angka kelangsungan hidup ikan. Bagaimana
caranya menghitung angka kelangsungan hidup ikan, lihat rumus di bawah ini:
Keterangan:
SR = Angka kelangsungan hidup
Nt
= Jumlah ikan pada hari ke t (saat ini) No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan
f.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan apabila pembesaran ikan telah memenuhi
kreteria atau disesuaikan dengan
kebutuhan. Contoh dalam pembesaran ikan mas bisa
dipanen apabila telah mencapai ukuran konsumsi yaitu 4-5 ekor/kg, atau telah mencapai umur 2.5 bulan dari
pembesaran dilakukan atau bisa juga
dengan ukuran 1-1.5 kg per ekor diperuntukkan kolam pemancingan atau induk.
Hasil panen Ikan
mas baiasanya akan menguntungkan secara ekonomis apabila telah mencapai target yaitu apabila FCR 1.4 yang berarti
setiap 1.4 kg pakan telah
menghasilkan daging ikan sebanyak 1 kg, atau 1.4 ton pakan mengahasilkan daging 1 ton. Untuk ikan patin FCR 0.9 yang berarti setiap
0.9 kg pakan yang diberikan akan menghasilkan 1 kg daging,
hal ini bisa terjadi karena patin mampu memanfaatkan pakan alami lebih banyak, begitu
juga ikan bawal.
Jika dilihat perbandingan FCR antara Ikan Mas 1.4 dan Patin
0.9 maupun Bawal jelas ikan Patin dan
Bawal lebih sedikit membutuhkan pakan buatan,
hal ini bisa diartikan pemeliharaan ikan patin dan bawal ada kemungkinan akan mendapatkan
keuntungan yang lebih tinggi.
Cara panen dilakukan pada pagi atau sore hari pada saat
suhu air tidak panas, dengan cara
wadah atau kolam dikeringkan secara perlahan-lahan. Setelah air surut ikan akan berkumpul di kemalir atau kobakan,
di tempat itulah ikan mulai ditangkap
kemudian ditampung dalam kolam penampungan. Jika pemeliharaan dijaring
apung maka teknik pemanen akan lain lagi, dengan cara sisipkan tali
atau bambu dari tepi mengarah ketepi
yang lain hingga ikan berkumpul pada sudut jaring apung tertentu, pada saat itula
ikan bisa dipanen.
g.
Membuat Laporan
Setelah mengerjakan suatu materi ajar maka diperlukan penyusunan laporan.
Laporan untuk dilaporkan dan bahan diskusi antar kelompok atau antar individu sebagai
pengayaan pengetahuan dan akan saling mengkoreksi apabila
ada yang salah dan kadang menampilkan keberhasilan.
Laporan minimal memuat data hasil praktek atau kerja,
metodologi, analisa usaha dan
kesimpulan. Laporan ini untuk
disampaikan kepada publik atau teman sekelas,
dan hasil itulah bisa dikatakan pengetahuan.
Hasil praktek atau kerja dari kegiatan pembesaran ikan
diantaranya adalah data SR; GR; dan FCR kemudian dilanjutkan
dengan penghitungan untung dan rugi dari kegiatan pembesaran ikan tersebut.
Untuk mengetahui SR maka dibutuhkan pencatatan mortalitas (angka kematian) jadi ikan yang mati harus selalu dicatat,
walau demikian dikarenakan jumlah populasi ikan di dalam kolam atau wadah pemeliharaan itu banyak maka untuk
mengetahui jumlah populasi saat itu perlu dilakukan dengan teknik sampling.
Begitu juga untuk menghitung FCR perlu pencatatan jumlah
pakan yang diberikan setiap hari
hingga diketahui jumlah pakan yang diberikan setiap minggu atau per sampling. Jika jumlah pakan yang diberikan
telah diketahui maka tinggal
menghitung FCR dengan membandingkan dengan bobot biomass
saat itu per sampling.
Untuk memantau sampai sejauh-mana ikan itu tumbuh maka
diperlukan analisis GR, jika pada
suatu periode ternyata pertumbuhannya kurang baik maka diperlukan evaluasi keseluruhan, apakah pemberian pakannya
telah baik atau tidak atau lingkungannya sudah mendukung atau belum. Hal ini
perlu segera diketahui
untuk kemudian diambil
tindakan, apakah yang terjadi dalam
pemelihaaran ikan tersebut.
Pada akhirnya yang namanya usaha seharusnya menguntungkan,
kegiatan pembesaran ikan tersebut
sebaiknya harus menguntungkan. Hal ini adalah
indikator bahwa dari sisi teknis dihasilkan dengan baik dan dari sisi ekonomis juga dihasilkan
dengan baik.
Untuk menghitung analisis usaha harus menghitung
pengeluaran baik yang bersifat
investasi, maupun biaya operasional (biaya benih, biaya pakan dan biaya tenaga kerja) serta mendapatkan hasil berapa (bobot ikan panen,
harga ikan per kg serta mendapatkan uang berapa dari penjualan ikan tersebut). Kemudian
diperhitungkan hingga menyimpulkan apakah kegiatan
pembesaran ikan tersebut
untung atau rugi.
Contoh perhitungan untung dan rugi kegiatan pembesaran ikan mas Pengeluaran
a. Pembelian
benih ikan mas ukuran 8-12 cm. sebanyak 300 kg
@ Rp. 40.000 b.
Pembelian Pakan 7.000
kg x Rp. 8.000 c.
Biaya operasional d.
Upah tenaga kerja |
Rp. 12.000.000 Rp. 56.000.000 Rp 7.000.000 Rp. 2.500.000 |
JUMLAH |
Rp. 77.500.000 |
Penerimaan
1)
Hasil penjualan 6,860 kg dengan ukuran
per kg 3-4 ekor @Rp. 15.000 (mortalitas 15%) selama 3 bulan
pemeliharaan: Rp. 102.900.000,-
2)
keuntungan dari hasil penjualan: Rp. 102.900.000 – Rp. 77.500.000 = Rp. 25.400.000.
3)
Dengan demikian selama 3 bulan perusahaan dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp. 25.400.000 (Dua
Puluh lima Juta Empat Ratus Ribu Rupiah).
Laporan bisa juga dihargai sebagai karya ilmiah dengan
syarat tertentu, untuk itulah sebaiknya laporan
sudah merupakan karya ilmiah. Agar laporan
bisa dihargai sebagi karya ilmiah maka sebaiknya laporan minimal memuat:
·
Halaman judul
·
Lembar pengesahan
·
Kata Pengantar
·
Pendahuluan
-
Latar belakang
-
Tujuan
-
Manfaa
·
Tinjauan Pustaka
·
Metodologi
-
Waktu dan Tempat
-
Teknik Pelaksanaan
·
Hasil dan Pembahasan
·
Kesimpulan dan Saran
·
Lampiran (data hasil)