Pengukuran Pendugaan Populasi, Hubungan Berat Dan
Panjang, Fekunditas Ikan
Laporan Praktikum Biologi Perikanan
Disusun oleh :
PROGRAM STUDI BUDI DAYA
PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2013
Kata Pengantar
Puji dan
syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan mata kuliah
Biologi Perikanan. Laporan ini di susun dalam rangka memenuhi Nilai praktikum
mata kuliah tersebut.
Dalam menyusun
laporan ini, penulis banyak memperoleh
bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Bapak Ir. Basuki Rahardjo, M.Si selaku dosen mata Biologi
Perikanan.
2. Orang tua tercinta yang selalu mendukung, mendoakan
dan memberikan bantuan baik moril maupun materil.
4. Seluruh
teman – teman yang telah banyak membantu penulis.
5. Serta semua pihak yang telah membantu penulis.
Penulis
menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
sempurnanya laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Pekalongan, Januari 2013
Penulis
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Memanfaatkan
dan mengelolah sumberdaya perikanan perlu memahami beberapa hal ilmu mengenai biologi
perikanan, ilmu biologi perikanan dapat mendukung usaha perikanan dan perikanan
yang berkelanjutan. Biologi perikanan adalah studi mengenai ikan sebagai sumber
daya yang dapat dipanen oleh manusia. Biologi perikanan mempelajari daur hidup
ikan, mulai dari lahir sampai mati. Biologi ikan khusus mempelajari tentang
kehidupan ikan-ikan yang berupa pertumbuhan ikan, tentang bagaimana ikan-ikan
dalam suatu populasi melakukan pemijahan, tumbuh dan menentukan kebiasaan
makanan. Dinamika populasi ikan khusus mempelajari perubahan populasi ikan,
tentang bagaimana kecepatan populasi ikan tumbuh, mati dan memperbanyak
keturunan, selain itu dapat menentukan penyebaran, mengetahui jumlah telur dan
tingkat kematangan gonad ikan. Dengan mengetahui ilmu biologi perikanan dapat
menjadi acuan sebagai peluang yang sangat besar bagi pengembangan usaha-usaha
perikanan baik berupa usaha budidaya ataupun penangkapan
Tujuan
memahami biologi perikanan adalah untuk memelihara keseimbangan populasi ikan
dalam suatu perairan tertentu, dimana penangkapan ikan yang dilakukan harus
mengikuti norma-norma konservasi dengan mengusahakan hasil tangkapan yang
paling menguntungkan secara lestari dan berkelanjutan.
Berdasarkan
latar belakang di atas maka perlu diadakan praktikum laboratorium untuk
mengetahui pengukuran pendugaan populasi, hubungan berat dan panjang dan
fekunditas.
1.2 Tujuan
Tujuan
dari praktikum ini adalah :
1.
Untuk Mengetahui
metode pengukuran pendugaan populasi dengan metode petterson atau sensus ganda.
2.
Untuk mengetahui
hubungan berat dan panjang ikan.
3.
Untuk mengetahui
fekunditas ikan mujair.
1.3 Manfaat
Manfaat
dari praktikum ini adalah:
1.
Mahasiswa dapat
memahami cara pendugaan populasi dengan metode sensus ganda.
2.
Mahasiswa dapat
memahami hubungan berat dan panjang ikan.
3.
Mahasiswa dapat
menghitung fekunditas telur ikan.
BAB II
Tinjaun Pustaka
2.1.
Biologi dan Habitat Ikan Layang
Klasifikasi
ikan layang menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut :
Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Kelas
: Actinopterygii
Ordo
: Perciformes
SubOrdo
: Percoidei
Famili
: Carangidae
Genus
: Decapterus
Spesies
: Decapterus russelli RUPPELL
Gambar 1. Ikan Layang
Ikan
layang (Decapterus russelli) mempunyai nama umum round scad (Nurhakim, 1987).
Ikan layang merupakan ikan yang mempunyai kemampuan bergerak dengan cepat di
air laut. Tingginya kecepatan tersebut dapat dicapai karena bentuk tubuhnya
yang seperti cerutu dan mempunyai sisik yang sangat halus (Burhanuddin et. al.
1981).
Ikan
layang (Decapterus russelli) bentuk tubuh seperti cerutu tetapi agak pipih,
sirip dada lebih pendek dari panjang kepala, maxilla hampir mencapai lengkung
mata terdepan, ikan layang (Decapterus russelli) dalam keadaan segar seluruh
tubuhnya berwarna merah jambu, dan pada bagian belakang tutup insang terdapat
totol hitam (Burhanuddin et al, 1981). Menurut Anonimous (1990) ciri-ciri ikan
layang adalah bentuk tubuh memanjang dan agak gepeng. Nurhakim (1987)
menyatakan sirip dada berbentuk falcate dan ujung sirip tersebut mencapai awal
dari sirip punggung kedua.
Ikan
layang merupakan ikan perenang cepat yang hidup berkelompok di Laut yang jernih
dan bersalinitas tinggi. Menurut Hariati et al., (2005) Ikan layang (Decapterus
russelli) hidup di perairan dengan salinitas tinggi yaitu ± 32‰. Ikan layang
juga termasuk dalam ikan stenohalyn yang dapat hidup dengan memakan plankton
(Burhanuddin et.al.,1981). Makanan ikan layang sangat tergantung pada plankton,
terutama jenis-jenis zooplankton. Pada beberapa kasus ternyata bahwa ikan
layang tidak mutlak tergantung pada zooplankton. Tiews et al. (1968) dalam
Burhanuddin et al. (1981) mendapatkan bahwa ikan-ikan kecil merupakan makanan
bagi Decapterus russelli dan Burhanuddin pernah menemukan satu ekor dari kota
agung isi perutnya hanya dua ekor ikan teri (Stolephorus spp.) dan seekor ikan
japuh (Dussumiera acuta). Menurut Martosewojo dan Djamali (1980) dalam
Burhanuddin (1981) makanan Decapterus russelli yang utama adalah Crustacea
seperti Copepoda serta telurnya, Mysidacea, Amphipoda, Ostracoda, dan
potongan-potongan udang.
2.2. Aspek Reproduksi Ikan Layang
Reproduksi
ikan merupakan suatu peristiwa pertemuan gamet ikan jantan dan betina yang
bertujuan untuk pembuahan telur oleh spermatozoa. Pada umumnya reproduksi atau
pembuahan terjadi di luar tubuhnya yang disebut fertilisasi eksternal.
Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya
untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya (Fujaya, 2004). Menurut widodo
(1991) dalam Pralampita et al., (2002), reproduksi merupakan suatu proses
perkembangbiakan jenis
ikan
sebagai upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam memanfaatkan
dan mengelola suatu sumberdaya ikan harus memperhitungkan dan mempertimbangkan
proses perkembangbiakan dalam rangka untuk mencegah kepunahan sumberdaya
tersebut salah satu aspek reproduksi yang penting dalam pengelolaan sumberdaya
ikan adalah tingkat kematangan gonad (TKG). Dengan demikian data tentang
potensi reproduksi spesies-spesies ikan yang terdapat di suatu perairan
merupakan informasi penting yang harus dimiliki untuk mendapatkan stok ikan
dalam rangka strategi dan pengelolaan perikanan. Aspek reproduksi ikan meliputi
IGS, tingkat perkembangan gonad, fekunditas, dan diameter telur.
2.2.1. Tingkat Perkembangan Gonad
Tingkat
perkembangan gonad adalah tahap perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan
berpijah. Fase reproduksi ikan ditandai dengan adanya perubahan dan
perkembangan organ reproduksi ikan. Perubahan morfologi organ reproduksi ikan
mudah dikenali, oleh karena itu dapat digunakan sebagai indikator tingkat
kematangan kelamin yang dikenal dengan istilah tingkat perkembangan gonad.
Komposisi tingkat perkembangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan
antara ikan yang belum atau sudah matang gonad, sebelum mijah atau sudah mijah
dan waktu memijah (Effendie, 1979 ).
Penentuan
tingkat perkembangan gonad dapat dilakukan secara morfologi dan histologi.
Untuk penentuan tingkat perkembangan gonad yang dilakukan secara morfologi
dapat dilihat bentuk, panjang, bobot, dan warna serta perkembangan isi gonad.
Penentuan tingkat perkembangan gonad secara histologi dapat dilihat dari
sel-sel jaringannya (Effendie, 1997).
2.2.2. Indeks Gonado Somatik (IGS)
Nilai
Indeks Gonado Somatik (IGS) yaitu suatu nilai dalam persen sebagai hasil dari
perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk gonad dan
dikalikan dengan 100%. Nilai IGS pada ikan betina lebih besar dibandingkan
dengan jantan, dan nilai IGS akan semakin bertambah besar sejalan dengan
perkembangan gonad dan akan mencapai batas kisaran maksimum pada saat akan
terjadi pemijahan. Nilai IGS ikan Thead fin berkisar antara 1-25%, ikan dengan
nilai IGS 19% ada yang sanggup mengeluarkan telurnya. Nilai IGS pada ikan
jantan 5-10%, lebih kecil dibandingkan betina yang disebabkan pada ikan betina
terdapat pengendapan kuning telur (Johnson, 1971 dalam Effendi, 1997).
2.2.3. Fekunditas
Fekunditas
adalah jumlah telur pada kematangan terakhir yang terdapat dalam ovarium
sebelum berlangsung pemijahan. Fekunditas yang menunjukan jumlah telur yang
dikandung individu ikan dikatakan sebagai fekunditas mutlak. Sedangkan jumlah
telur per satuan berat atau panjang ikan disebut sebagai fekunditas relatif
(Nikolsky, 1963 dalam Burhanudin et al., 1981). Fekunditas total menurut Royce
(1972) dalam Effendie (1979) adalah jumlah telur yang dihasilkan ikan selama
hidupnya
Rao
(1967) dalam Burhanuddin et al., (1981) menyatakan bahwa telur yang telah
matang dan siap dikeluarkan berwarna kuning sampai kemerah-
merahan,
butir-butirnya mudah dipisahkan, kelihatan Opaque atau translucent dengan
bintik-bintik minyak.
Fekunditas
ikan bukan saja merupakan salah satu aspek dari natural history, tetapi
sebenarnya ada hubungannya dengan studi dinamika populasi, sifat-sifat rasial,
produksi dan persoalan stok-rekruitmen. Dalam hubungan tersebut ada faktor lain
yang memegang peranan penting dan sangat erat hubungannya dengan strategi dalam
rangka mempertahankan kehadiran species itu di alam, terutama penyesuaian diri
terhadap bermacam-macam kondisi lingkungan dan respon terhadap makanan
(Bagenal, 1978 dalam Effendie, 1997).
Fekunditas
dapat dihitung dengan beberapa cara, yaitu dengan metode jumlah, metode
volumetri, metode grafimetri, dan metode von bayer (Effendie, 1979). Metode
jumlah dilakukan dengan menghitung semua telur satu persatu atau dikenal pula
dengan sensus lengkap, tetapi metode ini hanya dilakukan pada ikan-ikan yang
mempunyai telur sedikit (Sutisno dan Sutarmanto, 1995). Metode volumetri
dilaksanakan dengan cara mengukur volume seluruh telur dengan teknik pemindahan
air. Effendie (1979) menjelaskan bahwa metode gravimetri dapat dilakukan dengan
mengambil sebagian gonad yang sebelumnya telah disimpan dalam larutan gilson
kemudian ditimbang dan dicatat serta dihitung jumlah telur yang terdapat di
dalamnya.
2.3 Biologi Dan Habitat Ikan Mujair
Mujair
(Oreochromis mosambicus) yang sebelumnya dikenal sebagai Tilapia mosombica
merupakan ikan ekonomis penting dan dikenal cukup luas oleh masyarakat di tanah
air. Ikan yang merupakan kerabat dekat nila ini berasal dari Afrika dan secara
alami banyak ditemukan di sungai-¬sungai di wilayah Mozambik. Itulah sebabnya
mengapa ikan ini diberi name latin Oreochromis mosambicus.
Di
Indonesia Mujair merupakan ikan yang dibudidayakan di kolam air tawar dan di
tambak air payau. Di habitat aslinya, mujair banyak ditemukan hidup liar di
berbagai perairan air tawar, mulai dari danau, waduk, situ, rawa maupun sungai.
Selain itu, mujair juga dapat ditemukan di air payau seperti di tambak atau
muara sungai. Kemampuan hidup di air payau tersebut sangat dimungkinkan karena
mujair memiliki toleransi yang besar terhadap berbagai tingkat salinitas air.
Bahkan, masuknya ikan ini ke Indonesia diduga terjadi melalui laut (Samudera.
Hindia), kemudian masuk ke perairan payau di selatan Jawa (Blitar).
Kalsifikasi
Phylum :Chordate
Subfilum
: Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub
kelas : Acanthopterigii
Ordo : Perciformes
Family : Cichlidae .
Genus : Oreochromis
Species : Oreochromis
mosambicus
Nama
asing:mossambique tilapia
Nama
Lokal: mujair, ikan jepang, jabir
Mujair
termasuk ikan pemakan segala (omnivore) yang memiliki sifat rakus terhadap
pakan. Pakan utamanya adalah lumut-lumutan, tumbuhan air, serta serangga dan
hewan kecil seperti cacing. Kebiasaan makan yang rakus menyebabkan panjang
mujair dewasa bisa. mencapai maksimum 40 cm.
2.4 Sistem
Reproduksi Ikan mujair
Pola reproduksi
ikan mujair ini terbilang cukup unik tetapi juga sangat menarik untuk
diketahui. Pemijahan akan terjadi setelah induk jantan membuat lubang sarang
yang berupa cekungan di dasar kolam. Begitu pembuatan sarang selesai segera
berlangsung proses pemijahan. Setelah proses pembuahan maka telur-telur hasil
pemijahan segera dikumpulkan ke dalam mulut ikan mujair betina untuk dierami
hingga menetas. Pada saat proses itu, induk betina tidak aktif makan sehingga
terlihat kurus. Telur akan menetas kira 3-5 hari. Setelah sekitar dua minggu
setelah pengetasan induk betina baru melepaskan anak-anaknya karena telah mampu
mencari makan sendiri.
2.4.1
Fekunditas
Lowe
dalam Gerking (1975) menyatakan bahwa fekunditas pada ikan Tilapia sp ialah
jumlah anak ikan yang dihasilkan selama masa hidup individu itu. Hal ini tentu
sangat sukar sekali menentukannya bahkan tidak mungkin. Sehubungan dengan sifat
ikan mujair yang mengerami anak-anaknya di dalam mulut, maka Bagenal (1978)
mengusulkan istilah fekunditas untuk ikan mujair ini sebagai berikut:
a. "Ovarian fecundity" yaitu jumlah telur
matang yang ada dalam ovarium sebelum dikeluarkan dalam pemijahan.
b. "Brooding fecundity" yaitu jumlah telur yang
sedang dierami di dalam mulutnya.
Ikan
yang termasuk ke dalam golongan vivipar, yaitu ikan yang melahirkan
anak-anaknya, mempunyai tiga macam fekunditas yaitu:
a. "Prefertilized fecundity" yaitu jumlah telur
di dalam ovarium sebelum terjadi pembuahan.
b. "Fertilized fecundity" Yaitu jumlah telur
yang dibuahi di dalam ovarium.
c. "Larval fecundity" ialah jumlah telur yang
sudah menetas menjadi larva tetapi belum dikeluarkan.
Menurut
Bagenal (1967), untuk ikan-ikan tropik dan sub-tropik, definisi fekunditas yang
paling cocok mengingat kondisi ialah jumlah telur yang dikeluarkan oleh ikan
dalam rata-rata masa hidupnya. Parameter ini relevan dalam studi populasi dan
dapat ditentukan karena kematangan tiap-tiap ikan pada waktu pertama kalinya
dapat diketahui dan juga statistik kecepatan mortalitasnya dapat ditentukan
pula dalam pengelolaan perikanan yang baik.
Nikolsky
(1969) menyatakan bahwa kapasitas reproduksi dari pemijahan populasi tertentu
untuk mergetahuinya harus menggunakan fekunditas populasi relatif.
2.5 Pendugaan
Populasi
Effendie
(1997) menyatakan bahwa populasi ikan yang akan dipelajari sebaiknya
memperlihatkan satuan usaha dari populasi tersebut, yang baik hasilnya dari
hasil ini apabila jumlah ikan yang tertangkap seleruhnya sekurang – kurangnya sepertiga
dari jumlah di dalam populasi, satuan usaha maksudnya seperti hasil tangkapan
kapal tertenty pada tiap hari atau minggu dan bulan.
Krebs
(1972) menyatakan bahwa densitas atau abudance adalah jumlah perunit area atau
per unit volume yang dinamakan kepadatan mutlak, sedangkan kepadatan nixbi dari
suatu populasi misalnya membandingkan keberadaan populasi spesies ikan tetentu
di perairan habitat A lebih banyak dari perairan habitat C.
Pemberian
tanda secara marking adalah dengan cara tidak menempelkan benda asing ketubuh
ikan akan tetapi dengan cara pemotongan salah satu sirip ikan atau sirip
lainnya, dengan syarat setelah sirip dipotong maka tidak akan mengganggu
aktivitas ikan sehingga memudahkan untuk menangkap kembali. Pemberian tanda
tato pada overculum ikan, pemberian lubang pada overculum ikan. (Effendie,
1997)
Sebenarnya
populasi mengikuti labih dari satu sifat yaitu :
1.
Populasi yang terpisah secara geografi dengan yang lainnya mempunyai kesempatan
walaupun sedikit untuk tukar genetis.
2.
Dari populasi yang berkelompok yang dinamakan off nes terdapat satu seri
perubahan yang gradual.
3.
Populasi yang berkelompok harus disertai dengan perbedaan yang tajam dengan
daerah hibridasi diantaranya (Royce dalam Pulungan et al, 2006).
Faktor-faktor
yang menentukan hadirnya suatu individu di suatu lokasi perairan menurut
(Mcnoughton dan Wolf, 1990) adalah distribusi spesies, distribusi lokal akan
diatur oleh keseragaman perairan dan predator. Distribusi spesies pada
habitatnya mengelompok menandakan ada faktor kecil yang dominan berfungsi
sebagai pembatas.
(Odum,
1971) menyatakan bahwa mengelompoknya individu dalam suatu populasi disebabkan
oleh respon terhadap lokasi yang berbeda, cuaca dan hasil dari proses
reproduksi. Selanjutnya (Tee, 1992) menyatakan penyebaran fauna umumnya terjadi
secara mendatar tergantung pada jaraknya dari perairan utama (laut) serta
adaptasi fauna terhadap perubahan lingkungan.
Keberadaan
suatu populasi dalam perairan dapat diduga melalui metode pendugaan populasi
yang terbagi dua yaitu : 1) Secara langsung yang dilakukan dengan pengeringan
pada suatu kolam yang luarnya terbatas dan dihitung satu per satu, selain itu
dapat dilakukan dengan pemotretan gerombolan ikan-ikan pelagis yang hidup di
laut dan dapat mengetahui kepadatannya. 2) Secara tidak langsung, dengan
memperhatikan pengurangan “Catch per Unit Effort“. Dalam perhitungan
menggunakan metode regresi dari De Lury, Leslie dan Davis. Dan dapat juga
dengan metode penandaan (marking dan tagging). (Pulungan, 2006). Selanjutnya
dikatakannya bagian-bagian tubuh ikan yang diberi tag adalah : a) Kepala yang
meliputi tulang rahang, dan tutup insang, b) Bagian tubuh yang meliputi bagian
depan sirip punggung, bagian belakang sirip punggung, sirip lemak (adipose fin)
dan batang ekor.
Effendie
(1997) menyatakan bahwa populasi ikan yang akan dipelajari sebaiknya
memperlihatkan satuan usaha dari populasi tersebut, yang baik hasilnya dari
hasil ini apabila jumlah ikan yang tertangkap seleruhnya sekurang – kurangnya
sepertiga dari jumlah di dalam populasi, satuan usaha maksudnya seperti hasil
tangkapan kapal tertentu pada tiap hari atau minggu dan bulan
Pemberian
tanda secara marking adalah dengan cara tidak menempelkan benda asing ketubuh
ikan akan tetapi dengan cara pemotongan salah satu sirip ikan atau sirip
lainnya, dengan syarat setelah sirip dipotong maka tidak akan mengganggu
aktivitas ikan sehingga memudahkan untuk menangkap kembali. Pemberian tanda
tato pada overculum ikan, pemberian lubang pada overculum ikan. (Effendie,
1997)
2.6 Hubungan Berat
Dan Panjang
Panjang total yaitu panjang ikan yang diukur mulai dari ujung terdepan
bagian kepala sampai ujung terakhir bagian ekornya. Kalau mulutnya terletak
dimuka maka pada waktu pengukuran mulut harus dalam keadaan tertutup agar
tercapai ujung terdepan. Ujung mulut tersebut harus diletakan pada angka nol
didepan pengukur, sedangkan ujung ekor terletak dibagian belakang dari papan.
Kalau ekor ikan tidak simetris maka ujung yang diukur adalah ujung yang
terpanjang (Aziz, 1989).
Konsekuensi terhadap laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup karena
pengaruh variasi komposisi makanan larva ikan di laut belum diamati
sepenuhnya. Perbedaan kandungan nutrisi dan dapat tidaknya suatu mangsa
dicerna mungkin penting, sebagai contoh mollusca yang mempunyai cangkang dari
bahan kalsium dan diketahui dapat melewati usus larva ikan herring tanpa
dicerna (Bhattacharyya, 1957).
Menurut Kimball (1994), menyatakan bahwa dalam pertumbuhan suatu organisme,
yang biasanya dapat dibedakan menjadi beberapa periode. Periode
pertama yaitu periode lamban adalah ciri adanya sedikit pertumbuhan atau tidak
ada pertumbuhan yang sebenarnya dan dalam periode ini organisme mempersiapkan
diri untuk pertumbuhan. Periode lamban diikuti oleh periode logaritma atau
periode eksponen.
3
Menurut Nontji (1999), menyatakan bahwa berat dapat kita sebut sebagai
suatu fungsi dari panjang, dan hubungan panjang dengan berat hampir mengikuti
hukum kubik yang menjelaskan bahwa berat ikan sebagai pangkat tiga dari
panjangnya. Tetapi hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak
demikian karena bentuk dan panjang ikan terdapat perbedaan.
2.7 Fekunditas
Fekunditas
merupakan salah satu fase yang memegang peranan penting untuk melangsungkan
populasi dengan dinamikanya. Dari fekunditas kita dapat menaksir jumlah anak
ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan jumlah ikan dalam kelas umur yang
bersangkutan. Fekunditas adalah semua telur-telur yang kan dikeluarkan pada
waktu pemijahan (Effendie, 1978)
Menurut
William (dalam Jones, 1978) fekunditas sangat tergantung pada suplai makanan,
terutama untuk mempertahankan musim pemijahan dan ukuran tubuh ikan betina.
Selain itu, ikan-ikan yang hidup di sungai mempunyai hubungan dengan tinggi
air. Apabila sampai pada tahun-tahun tertentu permukaan air sungai selalu
tinggi, fekunditas ikan tinggi pula, bila dibandingkan dengan tahun lain yang
permkaan airnya rendah. Kejadian yang sama dapat terjadi pula untuk ikan-ikan
yang hidup di rawa, karena sering pula permukaan air rawa dari tahun ke tahun
tidak sama sebagai akibat pemasukan air yang tidak tetap (Effendie, 1978)
Umumnya
fekunditas realtif lebih tinggi dibandingkan dengan fekunditas individu.
Fekunditas relatif maksimal dijumpai pula pada golongan ikan yang masih muda
(Nikolsky dalam Effendie, 1978). Selanjutnya Effendie (1978) mengemukakan bahwa
kapasitas reproduksi dari pemijahan populasi tertentu untuk mengetahui harus
menggunakan fekunditas pipulasi relatif. Fekunditas ini dapat berbeda dari
tahun ke tahun karena banyak individu yang memijah tiap-tiap tahun.
Untuk
menghitung telur ada beberapa metoda yang dapat digunakan. Setiap metoda
memiliki kelebihan dan kekurangan, oleh karena itu sebelum memutuskan untuk
memilih metoda dalam menghitung nilai fekunditas ikan harus dikenali dengan
baik sifat dari setiap spesies ikan yang diteliti agar pada pelaksanaan
menghitung nilai fekunditas ikan tidak terjadi kesalahan (Pulungan, 2005).
Ikan-ikan
yang tua dan besar ukurannya mempunyai fekunditas relative yang lebih kecil.
Umumnya fekunditas relative lebih tinggi dibandingkan dengan fekunditas
individu. Fekunditas relative akan menjadi maksimum pada golongan ikan yang
masih muda (Nikolsky,1969)
Fekunditas
merupakan salah satu fase yang memegang peranan penting untuk melangsungkan
populasi dengan dinamikanya. Dari fekunditas kita dapat menaksir jumlah anak
ikan yang dihasilkan dan akan menentukan jumlah ikan dalam kelas umur yang
bersangkutan. Fekunditas adalah semua telur – telur yang akan dikeluarkan pada
waktu pemijahan (Effendie, 1979).
BAB III
Metode Kerja
3.1 Alat Dan Bahan
3.1.1
Alat
Alat yang digunakan
dalam praktikum dapat dilihat ditabel dibawah ini.
Tabel 1. Alat praktikum
No
|
Alat
|
Fungsi
|
1
|
Tampah
|
Tempat pengambilan sampel
populasi
|
2
|
Gelas
|
Wadah pengambilan sampel
|
3
|
Penggaris
|
Mengukur panjang tubuh ikan
|
4
|
Timbangan
elektronik
|
Mengukur berat gonad ikan dan
mengulur berat ikan
|
5
|
Gelas ukur
|
Tempat pengukuran volume air
|
6
|
Gunting bedah
|
Membedah tubuh ikan
|
7
|
Pipet
|
Mengambil telur ikan
|
8
|
Bekkerglass
|
Tempat mengaduk gonad
|
9
|
Cawan petri
|
Tempat menempatkan gonad
|
10
|
Pengaduk
|
Untuk mengaduk gonad
|
11
|
Alat tulis
|
Mencatat hasil praktikum
|
12
|
Telenan
|
Alas memotong kantong telur
|
13
|
Gunring
|
Memotong telur
|
14
|
Lup
|
Menghitung telur ikan
|
3.1.2
Bahan
Bahan yang
digunakan dalam praktikum biologi perikanan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Bahan praktikum
No
|
Bahan
|
Fungsi
|
1
|
Biji jagung
|
Bahan pengukuran populasi
|
2
|
Biji kacang
|
Bahan pengukuran populasi
|
3
|
Ikan layang
|
Ikan uji pengukuran berat dan panjang
|
4
|
Ikan mujair
|
Ikan uji pengukuran fekunditas telur
|
5
|
Air
|
Pengenceran telur ikan
|
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1
Pengukuran Pendugaan Populasi (Metode Petterson-Sensus
Ganda)
Pendugaan populasi dengan cara simulasi menggunakan biji jagung sebagai
ikan dan biji kacang tanah sebagi ikan yang sudah diberi tanda.Langkah-langkah
pendugaan populasi dengan cara simulasi:
1.
Biji jagung disebar merata kedalam tampah.
2.
Kemudian menggunakan gelas ukur/mangkuk yang digunakan sebagai jaring
diletakkan di sembarang tempat dengan tidak melihat dan lakukan pengambilan
pengambilan sampel secara acak.
3.
Biji jagung yang tertangkap diambil, dihitung (C) kemudian setelah di hitung
biji jagung tersebut diganti dengan biji kacang sebagai tanda ikan sudah diberi
tanda (M).
4.
Biji kedelai tersebut dimasukkan kembali kedalam tampah secara merata.
5.
Kemudian dilakukan sampling sebanyak 8 kali, dan langkahnya berulang-ulang
seperti diatas.
3.2.2
Hubungan Berat Dan Panjang
Hubungan berat dan panjang ikan merupakan cara pengontrolan pertumbuhan
ikan, sesuai atau tidaknya berat dan panjang ikan.Menggunkan ikan layang
sebagai objek praktikum, langkah-langkahnya :
1. Ikan layang sebanyak 50 ekor
ditimbang, kemudian langsung diukur panjangnya agar datanya tidak tertukar.pengukuran
dilakukan dengan menggunakan penggaris, pengukuran dilakukan dengan mengukur
tubuh ikan dari mulut hingga ujung ekor.
2. –pengukuran dilakukan berulang-ulang sampai ikan habis dan
datanya terkumpul.
3. - Setelah data terkumpul
dilakukan perhitungan dengan rumus.
3.2.3
Fekunditas
Fekunditas adalah tingkat kematangan gonad. Menggunakan ikan mujair sebagai
objek praktikum. Cara mendapatkan telur dengan cara pembedahan, ada beberapa
cara menghitung telur ada 3 cara yaitu
a. Cara menjumlah langsung ( telur
ukuran besar/ bisa dilihat dengan kasat mata.
b. Cara volumetric.
c. Gabungan dari penjumlahan
langsung dan volumetric.
*
Langkah- langkah Perhitungan Volumetric.
1. Ikan dibedah terlebih dahulu
untuk mendapatkan kantong telur atau gonad.
2. Kantong telur diangkat dan
diangin-anginkan dan menggunakan kertas saring sebagai wadah.
3. Ukur volume gonad menggunakan
gelas ukur.
4. Kantong gonad dibuka kemudian
diambil sampling sebanyak 3 kali, kemudian dirata-rata.
*
Perhitungan Cara Gabungan.
1. Setelah diangin-anginkan, gonad
ditimbang.
2. Setalah telur ditimbang,
mengambil sampling 3 kali, ditimbang.
3. Kemudian diencerkan dengan 100 cc
air.
4. Ambil sampling 1 cc, di teteskan
ke kaca preparat, dihitung jumlahnya menggunakan kaca pembesar.
BAB IV
Hasil Dan
Pembahasan
4.1
Pendugaan Populasi
Hasil perolehan
datan pada pendugaan popalasi dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Data pendugaan populasi
No sampling
|
Jumlah tangkapan
(C)
|
Jumlah ikan
bertanda (M)
|
Bertanda tertangkap
(R)
|
C x M
|
1
|
21
|
0
|
0
|
0
|
2
|
20
|
21
|
6
|
420
|
3
|
13
|
35
|
3
|
455
|
4
|
14
|
45
|
3
|
630
|
5
|
16
|
56
|
7
|
890
|
6
|
16
|
65
|
8
|
1.040
|
7
|
21
|
73
|
7
|
1.533
|
8
|
24
|
87
|
10
|
2.088
|
|
∑ C= 145
|
∑ M= 381
|
∑ R=44
|
∑ CxM= 7.066
|
Penghitungan:
N = ∑C.M
∑ R
=
7.066
44
= 160,6 ekor
Dari hasil simulasi praktikum tentang pendugaan
populasi diketahui bahwa jumlah ikan yang tertangkap berjumlah 160 ekor.
4.2 Hubungan Berat
Dan Panjang
Log a=169,98 . 3998.03–63,23. (63,23x 161,98)
50 x (63,23)2-
79,983
= 679585,63-647673,33
199821,6567
=0,016
= 169,98 – (50 x 0,016)
63,23
= 2,68
Log W =
log a + b Log L
= 0,016 + 2,68 .
63,23
= 169,46
Grafik
Hubungan berat dan panjang Ikan Layang, sebagai berikut :
Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan, ikan
Tongkol yang diukur panjang dan berat tubuhnya, memiliki ukuran yang
berbeda-beda antara ikan yang satu dengan ikan yang lainnya. Adapun ukuran ikan
yang terpanjang adalah 20 cm, dengan beratnya adalah 76,4
gr.
Perbedaan ukuran berat dan panjang antara tiap ikan
tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti yang telah dikemukakan
oleh Fujaya (1999), dimana ada dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan
yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam ini sulit untuk dilakukan
pengontrolan, sedangkan faktor luar mudah untuk pengontrolannya.
Adapun yang termasuk faktor dalam tersebut adalah
faktor keturunan, dimana faktor ini mungkin dapat dikontrol dalam suatu kultur,
salah satunya dengan mengadakan seleksi yang baik bagi pertumbuhannya sebagai
induk. Kemudian faktor jenis kelamin, kemugnkinan tercapainya keatangan gonad
untk pertama kali cenderung mempengaruhi pertumbuhan, yang menjadi lambat
karena sebagian makanan tertuju pada perkembangan gonad tersebut.
Untuk faktor umur, pertumbuhan cepat terjadi pada
ikan yang masih muda, sedangkan ikan yang sudah tua umumnya kekurangan makanan
apalagi untuk pertumbuhannya, karena sebagian besar digunakan untuk
pemeliharaan tubuh dan pergerakan. Terakhir faktor parasit dan penyakit dapat
mempengaruhi pertumbuhan jika alat pencernaan atau organ vital lainnya
terserang, sehingga efisiensi makanan yang berguna bagi pertmbuhan berkurang.
Sedangkan yang termasuk faktor luar adalah makanan, dalam hal ini makanan
adalah faktor yang paling penting karena dengan adanya makanan berlebih dapat
menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi lebih pesat. Faktor luar lainnya yang
mempengaruhi yaitu kualitas air, misalnya suhu, oksigen terlarut dan
karbondioksida.
4.3 Fekunditas
No telur
|
Berat gonad
(G)
|
Volume
pengenceran
(V)
|
Jumlah telur/cc
(X)
|
Berat telur
sampling (Q)
|
Fekunditas (F)
|
1
|
18,25
|
100
|
59
|
6,056
|
17.779
|
2
|
18,25
|
100
|
78
|
6,03
|
23.606
|
3
|
18,25
|
100
|
56
|
6,07
|
16.836
|
|
=.18,25 .100 . 59
6,056
= 819
0.41
= 17.779
= 18,25.100.78
6,03
= 23.606
Fekunditas dapat
diartikan seluruh jumlah telur yang dikeluarkan pada saat ikan memijah. Tetapi
karena spesies ikan yang ada itu bermacam-macam dengan sifatnya masing-masing,
maka beberapa peneliti berdasarkan kepada definisi yang umum tadi lebih
mengembangkan lagi definisi fekunditas sehubungan dengan aspek-aspek yang
ditelitinya. Misalnya kesulitan yang timbul dalam menentukan fekunditas itu
ialah komposisi telur yang heterogen, tingkat kematangan gonad yang tidak
seragam dari populasi ikan termaksud, waktu pemijahan yang berbeda dan
lain-lainnya. Bagenal (1978) membedakan antara fekunditas yaitu jumlah telur
matang yang akan dikeluarkan dengan fertilitas yaitu jumlah telur matang yang
dikeluarkan oleh induk.
Dari praktikum
yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa rata-rata fekunditas ikan
mujair adalah 16.836, 17.779, dan
23.606. dari ketiga perhitungan telur ikan fekunditas tertinggi adalh 23.606
dengan jumlah telur per 1 cc adalah 78 butir.
BAB V
Simpulan Dan Saran
5.1 Simpulan
Dari praktikum
yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.
Dalam pendugaan
populasi denga metode Patterson-metode sensus
ganda) didapatkan bahwa populasi ikan yang tertangkap berjumlah
2.
Peda pengukuran berat
dan panjang ikan tongkol, didapatkan ukuran panjang dan berat ikan yang
berbeda-beda.
3.
Perbedaan berat dan
panjang ikan tongkol dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal. Factor
internal, umur, dan gen. Faktor eksternal yang mempengaruhi diataranya adalah
makanan dan kualitas air.
4.
Fekunditas ikan
didapat adalah 17.79 , 16.836, dan 23,606.
5.
Pada pengukuran
berat dan panjang nilai Log a= 0.016, b=
2,68 dan Log W= 169,46
5.2 Saran
Saran untuk
praktikum biologi adalah :
1.
Persiapan alat dan
bahan sebelum praktikan dating sehingga ketika praktikan dating semua alat dan
bahan telah siap.
2.
Jumlah alat dan bahan
sesuaikan dengan jumlah kelompok.
3.
Jenis ikan lebih
diperbanyak dan praktikum ditambah agar pengetahuan mahasiswa lebih banyak.
Daftar Pustaka
Anonim. 2011. Diakses 1 Januari
2012. Laporan Praktikum Biologi Perikananhttp://makalah-makalahperikanan.blogspot.com/2011/01/laporan-praktikum-biologi-perikanan.html
Anonim. 2011. Diakses 1 Januari
2012. Laporan Praktikum Biologi Perikananhttp://pengingratis.blogspot.com/2011/01/laporan-praktikum-biologi-perikanan.html
Anonim. 2010. Diakses 1 Januari
2012. Histologi Ikan Layang. http://tyodaps.blogspot.com/2010/04/histologi-ikan-layang.html
Anonim. 2011. Diakses 1 Januari
2012. Biologi Ikan Layang. http://perikanan-hangtuah.blogspot.com/2011/04/biologi-ikan-layang.html
Anonim. 2012. Diakses 1 Januari
2012. Biografi Mujairhttp://kolom-biografi.blogspot.com/2012/03/biografi-mujair-penemu-ikan-mujair.html
Arisandi Ade. 2012. Diakses 1
Januari 2012. Ikan Mujairhttp://adearisandi.wordpress.com/2012/10/31/ikan-mujair/
Anonim. 2009. Diakses 1 Januari 2012.
Ikan Mujair http://hobiikan.blogspot.com/2009/10/ikan-mujair.html
Ghazali, Luluk.2010. Diakses 1
Januari 2012. Laporan Praktikum Biologi Perikananhttp://lulukalghazali.blogspot.com/2010/11/laporan-praktikum-biologi-perikanan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar