TEKNIK PEMBENIHAN
UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii)
Udang
galah (Macrobrachium rosendergii, de Man) atau juga dikenal
dengan Giant Tiger Prawn termasuk golongan krustase dari
famili Palaemonidae, merupakan jenis yang terbesar ukurannya dibandingkan
udang-udang air tawar lainnya. Udang yang diklaim merupakan udang asli oleh
India dan Indonesia ini merupakan salah satu jenis udang yang semakin populer
karena rasanya yang lezat, ukurannya cukup besar, dan mudah dibudidayakan. Menu
dari udang ini umumnya dalam bentuk utuh (komplit dengan kepala atau head-on);
berbeda dengan jenis udang lain yang sering disajikan dalam bentuk tanpa kepala
(headless). Mengapa demikian, bukan tanpa alasan; rupanya pada bagian
kepala itulah ada kandungan steroid, yang bermanfaat meningkatkna kebugaran
tubuh kita. Kepopuleran di negeri kita diawali dengan dibukanya rumah makan
khusus udang galah oleh Mang Engking di Sleman, Yogyakarta, di lahan budidaya
udangnya. Dimulainya usaha rumah makan khusus udang galah itu pun berawal dari
suatu hal yang unik terkait dengan wisata dan itu merupakan salah satu rahmat.
Kini menu udang galah sudah berkembang di beberapa kota seperti Jakarta, Bali,
Surabaya, dll.
KLASIFIKASI
UDANG GALAH
Sebelum
mempelajari teknik budidayanya, marilah kita mengenal lebih jauh perihal udang
ini, baik pengenalan species, karakteristik maupun sifat-sifatnya.
Klasifikasi
udang galah (Mudjiman, 1983)
Phyllum :
Arthropoda
Subphyllum :
Mandibulata
Kelas :
Crustacea
Subkelas :
Malacostraca
Ordo :
Decapoda
Famili :
Palamonidae
Subfamil :
Palamoniae
Genus : Macrobrachium
Species : Macrobrachium
rosenbergii, de Man
HABITAT/BIOLOGIS
DAN SIFAT-SIFATNYA
Sedang
karakteristik habitat/biologis udang galah adalah:
· Memiliki dua habitat yaitu air payau salinitas 5-20 ppt (stadia
larva-juvenil), dan air tawar (stadia juana-dewasa)
· Matang kelamin umur 5 – 6 bulan (mendekati muara sungai untuk memijah
lagi;
· Mengalami beberapa kali ganti kulit (molting) yang diikuti dengan
perubahan struktur morfologisnya, hingga akhirnya bermorfologis menjadi juvenil
(juana);
Selain
morfologi, untuk membudidayakan ikan/udang perlu diketahui sifat-sifatnya;
beberapa sifat yang penting diketahui antara lain adalah :
· Euryhalin, yaitu dpt hidup pada kisaran
salinitas yg lebar (0-20 ppt);
· Omnivora, yaitu pemakan segala (tumbuhan
dan hewan);
· Pada stadia larva, udang galah memakan plankton hewani (zooplankton),
seperti rotifera, protozoa, cladocera, dan copepoda;
· Stadia Post larva, juvenil, dan dewasa : memakan cacing, serangga air,
udang renik, telur ikan, ganggang, potongan tumbuh – tumbuhan air, potongan
hewan, jasad penempel, hancuran biji – bijian dan buah – buahan, siput, dan
sebagainya, juga memakan jenisnya sendiri (kanibal, khususnya ketika molting);
· Nokturnal, yaitu aktif makan malam hari. Jika lingkungan hidupnya dapat
dibuat relatif gelap udang akan aktif makan walaupun siang hari;
· Larva bersifat planktonis, aktif berenang, tertarik oleh cahaya tetapi
menjauhi sinar matahari;
· Pada stadium pertama (I), larva cenderung berkelompok dekat permukaan
air dan semakin lanjut umurnya akan semakin menyebar dan individual serta suka
mendekati dasar. Di alam larva hidup pada salinitas 5 – 10 0/00..
Perkembangan
stadia udang galah secara garis besar disajikan pada Gambar berikut:
CIRI-CIRI UDANG GALAH JANTAN DAN
BETINA
Perbedaan
antara udang jantan dan udang betina adalah sebegai berikut:
Bentuk
badang udang jantan dibagian perut lebih ramping dan ukuran pleuron lebih
pendek, sedang pada betina bagian perut tumbuh melebar dan pleuron agak
memanjang. Letak alat kelamin jantan pada pasangan kaki jalan ke lima, pada
betina pada pasangan kaki jalan ke tiga.
Udang
jantan:
· Relatif lebih besar;
· Pasangan kaki jalan yang kedua relatif lebih besar dan panjang (bahkan
dapat mencapai 1,5 kali panjang total tubuhnya);
· Bagian perut lebih ramping;
· Ukuran pleuron lebih pendek;
· Alat kelamin jantan terdapat pada di antara pasangan kaki jalan kelima.
Udang betina:
· Tubuh lebih kecil, badan agak melebar, demikian pula kaki renangnya,
membentuk ruang untuk mengerami telur (broodchamber);
· Pleuron memanjang;
· Pasangan kaki jalan kedua tetap tumbuh lebih besar, tetapi tidak sebesar
dan sepanjang udang jantan;
· Alat kelamin terletak pada pasangan kaki ke tiga, merupakan suatu lubang
yang disebut thelicum.
Khusus
untuk ukuran kaki jalan pada udang galah yang dikenal berukuran panjang/besar,
telah dihasilkan varietas yang bercapit lebih kecil yaitu yang disebut
Gi-Makro. Capit yang lebih kecil ini mempunyai keunggulan tersendiri.
TEKNIK
PRODUKSI BENIH/TEKNIK
PEMIJAHAN UDANG GALAH
1. PERSYARATAN INDUK
Induk
yang baik menunjang dihasilkannya benih yang cukup banyak dan kualitasnya
memenuhi syarat sebagai benih sebar..
Persyaratan
kualitatif:
a) Induk berasal dari hasil pembesaran benih sebar yang berasal dari induk
kelas induk dasar;
b) Warna kulit biru kehijau-hijauan, kadang ditemukan kulit agak kemerahan,
warna kulit juga dipengaruhi oleh lingkungan.
c) Kesehatan baik, yaitu :anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh tidak
cacat dan tidak ada kelainan bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak), tubuh
tidak ditempeli oleh jasad patogen, tidak bercak hitam, tidak berlumut, insang
bersih.
d) Gerakannya aktif.
Persyaratan
kuantitatif
Kriteria
kuantitatif sifat reproduksi disajikan pada Tabel berikut:
Parameter
|
Satuan
|
Kriteria
|
Jantan
|
Betina
|
1. Umur
|
Bulan
|
8-20
|
8-20
|
2. Bobot tubuh
|
G
|
>50
|
>40
|
3. Fekunditas
|
butir/gram bobot tubuh
|
-
|
30.000-75.000
|
4. Diameter telur
|
Mm
|
-
|
0,6-0,7
|
TAHAPAN
PEMIJAHAN UDANG GALAH
Tahapan dalam pemijahan udang galah
adalah sbb:
Seleksi
Induk
Beberapa
persyaratan induk :
· Berat induk betina
diatas 40 gram dan jantan di atas 50 gram
· Kulit dan bagian badan
bersih dari organisme yang bersifat parasit
· Umur antara 8-20 bulan
· Organ tubuh lengkap dan tidak cacat
· Jumlah telur cukup banyak
· Sudah matang telur untuk yang kedua kali atau lebih
· Berasal dari udang yang mempunyai pertumbuhan lebih cepat
Pemeliharaan induk dapat dilakukan secara indoor di bak
beton dengan kepadatan 5 ekor/m2. Pakan yang diberikan berupa
pakan komersil (pellet) kandungan protein 30 % dan dikombinasikan dengan pakan
segar seperti cumi-cumi atau ikan segar dengan frekuensi 2 kali sebanyak 3-5 %
dari bobot tubuh. Pemeliharaan induk antara jantan dan betina sebaiknya dipisah
dan ketinggian air optimal 80 cm.
Induk betina yang matang gonad ditandai dengan sebagian cephalothorax berwarna
oranye Perbandingan jantan dan betina 1 : 3.. Sebelum memijah udang betina terlebih dahulu berganti kulit (premating
moult). Pada saat berganti kulit ini kondisi udang lemah. Setelah pulih
kembali terjadi pemijahan.
Penetasan Telur
Udang
galah termasuk ke dalam hewan yang fertilisasinya di luar tubuh (external
fertilization). Fertilisasi terjadi segera setelah pemijahan
dilakukan dan jantan memindahkan sperma ke kantong pengeraman udang betina (spermathecha).
Fertilisasi itu sendiri terjadi pada saat telur diovulasikan menuju kantong
pengeraman udang betina pada pleopoda 1-4 (Hadie dan Hadie, 2001).
Telur -telur yang terdapat dalam kantong pengeraman (broodchamber) diikat
oleh filamen-filamen yang terdapat pada kaki renang induk betina sehingga telur
tidak mudah lepas saat bergerak. Selama masa pengeraman yaitu 19-21 hari, telur diberi oksigen oleh
induknya yang dilakukan dengan cara mengerak-gerakkan kaki renangnya secara
terus menerus. Saat tersebut terjadi seleksi alami telur yang tidak
terbuahi sempurna akan terlepas, sedangkan yang terbuahi akan tetap melekat
sampai menetas. Ukuran telur udang galah berkisar 0,6 -0,7 mm. (New dan Marlow, 2002).
Jika telur telah berwarna abu-abu muda, maka induk dipindahkan ke dalam
bak penetasan Salinitas
media penetasan telur yaitu 5 ppt berupa conical tank atau
bak fiber. Sebelum
dimasukkan ke dalam wadah penetasan, induk direndam dalam larutan formalin
15-20 ppm atau copper sulphate 0,2-0,5 selama 30 menit (New dan Marlow, 2002).
Pemeliharaan Larva
Bak pemeliharaan larva berupa fiber
kapasitas 1-2 ton. Air
pemeliharaan larva dengan salinitas 5 ppt dan dinaikkan setiap hari hingga
salinitas pemeliharaan antara 10 -15 ppt. Larva yang telah dihitung dimasukkan ke dalam bak pemeliharaan dengan
cara diadaptasikan perlahan-lahan. Kepadatan larva dalam bak pemeliharaan
yaitu 50-75 ekor/liter.
Perkembangan larva terdiri dari 11 stadia sebelum bermetamorfosis
menjadi post larva. Sifat larva yang umum adalah planktonis, aktif
berenang, dan tertarik oleh sinar tetapi menjauhi sinar matahari yang
kuat. Pada fase larva cenderung bersifat berkelompok, namun semakin
lanjut umurnya akan semakin menyebar dan individual serta bersifat
bentik. Larva stadia I dengan panjang kurang dari 2 mm (dari ujung
rostrum sampai ujung telson). Pada stadia XI mencapai panjang sekitar 7
mm (New dan
Marlow, 2002).
Pemberian Pakan
Pakan merupakan faktor penting yang
menunjang pertumbuhan udang galah. Larva yang baru menetas belum
memerlukan makanan tambahan karena masih mempunyai persediaan makanan dalam
kuning telurnya. Pakan tambahan diberikan setelah larva berumur 2-3 hari.
Jenis makanan yang cocok untuk larva yaitu
naupli artemia. Naupli artemia ditetaskan dalam wadah terpisah berupa
wadah khusus dengan bentuk bulat kerucut. Media penetasan menggunakan air laut
dengan salinitas 25-30 ppt dan selama penetasan diberi aerasi. Lama
penetasan antara 24-30 jam.
Pemanenan artemia dilakukan dengan cara
mematikan aerasi dan didiamkan selama 30-60 menit, supaya naupli berkumpul di
bawah. Setelah naupli terkumpul di bawah, kran dibuka dan naupli
ditampung dalam saringan 200 mikron. Naupli yang telah dipanen dicuci
dengan air tawar dan ditampung dalam wadah.
Selain naupli artemia, larva memerlukan
pakan buatan (egg custard ) yang diberikan pada umur 8 hari sampai
post larva (PL). Jumlah pakan buatan yang dibutuhkan untuk satu siklus
pemeliharaan yaitu 7,5 kg dalam 5 ton bak pemeliharaan dengan padat tebar 50
ekor/liter (New dan Marlow, 2002).
Pakan egg custard terbuat
dari telur yang di campur dengan daging ikan segar, susu berkalsium, vitamin
dan tepung. Pakan ini dibuat dengan cara mencampur semua bahan dan
dihaluskan. Pengukusan dilakukan selama ± 30 menit. Pakan yang
telah masak disaring dengan ayakan mesh size 0,5 mm untuk larva berumur sampai
15 hari. Larva yang berumur lebih dari 15 hari sampai post larva, mesh
size saringan yaitu 1 mm. Penyiponan dilakukan setelah larva mulai diberi pakan
buatan dan pergantian air sebanyak 25 % - 50 %.
Pemanenan
Juvenil/ Post Larva
Larva berkembang
menjadi post larva berkisar 30-45 hari. Panjang total post larva setelah
bermetamorfosis berkisar 7-10 mm dengan berat 6-9 mg. Post larva bersifat
bentik dan mempunyai toleransi pada perubahan salinitas. Pada fase juwana
sampai dewasa udang galah mempunyai toleransi berkisar antara 0 -10 g/L
(ppt). Tubuh post larva trasparan dengan warna hijau kebiru-biruan sampai
coklat. Pemanenan juvenil/post larva bertujuan mengumpulkan benur untuk
dijual atau didederkan lebih lanjut. Pemanenan dilakukan jika PL telah mencapai
80 %. Media pemeliharaan diturunkan salinitasnya secara bertahap yaitu 2
ppt/hari hingga mencapai 0 -5 ppt. Peralatan panen yang perlu
disiapkan adalah seser PL, waskom, plastik packing dan tabung oksigen. Air
diturunkan dengan mencabut pipa goyang. Juvenil diserok sedikit demi sedikit
ketika air tersisa sedalam 10 cm. Juvenil yang sulit diserok atau tersisa
sedikit dapat dipanen lewat lubang outlet dengan mencabut pipa outlet bagian
dalam bak.