BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Ichtyologi merupakan suatu ilmu yang khusus mempelajari ikan dari segala
aspek kehidupannya, termasuk di dalamnya bentuk luar (morfologi), anatomi,
fisiologi, taksonomi serta identifikasinya. Ichtyologi berasal dari kata
Yunani, yaitu ichthyes yang berarti ikan dan logos yang berarti ilmu. Sehingga
secara singkat dapat dikatakan bahwa ichtylogi adalah ilmu yang mempelajari
ikan dengan segala aspek kehidupannya. Ilmu ini merupakan salah satu cabang
dari biologi ( Saanin,1968 ). Menurut Djuanda (1981), sekurang-kurangnya
sepuluh abad sebelum masehi orang-orang Cina telah menyelidiki ikan dengan
berhasil. Orang-orang Mesir, Yunani dan Romawi Kuno mencatat pengamatan
terhadap ragam, kebiasaan dan kualitas berjenis-jenis ikan.
Menurut Lagler et. al. (1977), sejak abad 18 Ichtyologi telah berkembang
meliputi beberapa cabang ilmu, antara lain :
1. Klasifikasi,
yaitu melanjutkan mencatat semua jenis ikan yang masih ada maupun yang sudah
berupa fosil dan memasukkannya kedalam taksa serta memberi nama ilmiahnya.
2. Anatomi,
yaitu mempelajari tentang struktur ikan secara makroskopik, embriologik, serta
perbandingan jenis ikan yang satu dengan ikan yang lain, termasuk fosil yang
masih ada.
3. Evolusi dan
genetik, yaitu mempelajari asal mula ikan, perkembangan ikan modern dan ikan
sebelumnya serta mekanisme ciri-ciri mereka.
4. Natural
history dan ekologi, yaitu mempelajari cara hidup dan habitat serta interaksi
antara ikan yang satu dengan ikan yang lain dan dengan lingkungannya.
5. Fisiologi dan
biokimia, yaitu mempelajari fungsi dan sistem organ, metabolisme, dan integrasi
sistem pada tubuh.
Jumlah
spesies ikan yang ada sekarang diperkirakan sekitar 15-20 ribu spesies,
sedangkan yang masih belum terdeteksi diperkirakan sekitar 40 ribu spesies.
Lebih lanjut dikatakan bahwa jumlah ikan merupakan jumlah terbanyak dari
seluruh fauna di bumi ini ( 42,6 % ) ( Rahardjo, 1985 ).Ikan itu sendiri dapat
didefinisikan sebagai binatang vertebrata yang berdarah dingin yang hidup dalam
lingkungan air. Adapun pergerakan dan keseimbangan badannya menggunakan sirip
dan umumnya bernafas dengan insang. Bentuk ikan akan beradaptasi dengan
lingkungan tempat hidupnya. Dengan kata lain, habitat atau tempat hidup ikan
akan berpengaruh terhadap bentuk tubuh dan fungsi alat tubuh. Sedangkan cara
bergerak maupun tingkah lakunya akan berbeda dari satu habitat ke habitat
lainnya. Ikan akan tnenyesuaikan
diri dengan faktor fisika, kimia, dan biologinya dari habitat itu sendiri (
Saanin, 1968 ).
Dasar pelaksanaan praktikum ini adalah
agar mahasiswa memahami tentang Ikhtiologi dan semua hal yang menyangkut di
dalamnya. Dengan Ikhtiologi kita dapat mengetahui segala bentuk luar atau
morfologi, anatomi, fisiologi, taksonomi, dan identifikasi dari ikan. Maka dari
itu, Ikhtiologi dapat dijadikan landasan penguasaan ilmu perikanan.
Dengan adanya Ikhtiologi, mahasiswa
diharapkan dapat mengembangkan serta menghubungkan ilmu-ilmu yang ada dalam
perikanan di bidang pemanfaatan, pengolahan dan pelestarian sumberdaya alam.
Dan kesemuanya itu, yang terpenting adalah kita akan memiliki bekal untuk
melakukan praktikum yang selanjutnya.
1.2 Tujuan
Tujuan Praktikum Ikhtiologi ini adalah:
1. Mempelajari dan mengetahui struktur morfologi (bentuk luar) tubuh ikan
dari berbagai jenis habitat (tawar, payau dan laut) balk dari ikan osteichtyes
(teleostei) .
2. Mempelajari dan mengetahui beberapa sistem organ tubuh pada beberapa
jenis ikan secara section anatomis, antara lain:
a. Sistem digestoria
b. Sistem muscularia
c. Sistem skeleton
d. Sistem urogenitalia
e. Sistem respiratoria
3. Membuat dan mengetahui suatu deskripsi tentang ciri-ciri luar yang
tampak serta pengukurannya antar bagian tubuh ikan serta membandingkannya sebagai
kunci identifikasi, antara lain:
a. Rumus sirip
b. Bentuk dan tipe sisik
c. Bentuk dan tipe ekor
d. Bentuk dan tipe mulut
e. Bentuk dan jumlah filamen pada insang.
f. Perbandingan antara bagian tubuh ikan seperti fork lenght,standar
length, total lenght,diameter mata, panjang dan lebar kepala, panjang predorsal,
tinggi badan, tinggi batangekor serta ukuran panjang sirip-siripnya.
4. Mengidentifikasi ikan
1.3 Waktu
dan Tempat
Waktu : Sabtu, 10 Desember 2011
Tempat : Laboratorium Kimia, Universitas Pekalongan
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Morfologi tubuh ikan
Menurut
Saanin (1968), bentuk tubuh ikan beradaptasi dengan cara, tingkah laku, dan
kebiasaan hidup di dalam suatu habitat hidup ikan. Dengan kata lain, habitat
atau lingkungan dimana ikan itu hidup akan berpengaruh terhadap bentuk tubuh;
sedangkan cara bergerak maupun tingkah lakunya akan berbeda dari satu habitat
ke habitat lainnya. Ikan akan menyesuaikan diri terhadap faktor-faktor fisika,
kimia, biologi dari habitat ikan yang bersangkutan, misalnya kedalaman air,
suhu air, arus air, pH, salinitas, dan makhluk-makhluk lainnya seperti
plankton, jasad-jasad renik, benthos, dan sebagainya (Saanin H,1968).
Ikan
yang hidup di dalam lumpur diantara bebatuan, tumbuhan air, misalnya ikan belut
dan ikan sidat akan memiliki bentuk tubuh memanjang seperti ular. Sedangkan
pada ikan perenang cepat seperti tengiri, tongkol dan tuna mempunyai bentuk
stream line (Djuanda, 1981).
Tubuh
ikan pada umumnya mempunyai atau terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian
kepala, badan, dan ekor. Ikan umumnya berbentuk simetris bilateral namun ada
juga yang berbentuk tidak simetris bilateral yaitu ikan ilat-ilat (Cyonoglossus
monopus) dan yang lainnya (Rahardjo, 1985).
Pada
bagian kepala (caput) ikan, terdapat organ mata (organon visus), mulut (rima
oris), lekuk hidung (fovea nasalis), dan tutup insang (operculum). Pada
sebagian ikan juga terdapat sungut dan antena. Fungsi hidung pada ikan bukan
untuk pernafasan melainkan untuk penciuman. Operculum atau tutup insang yang terdapat
diantara kepala dan tubuerguna untuk melindungi insang. Ikan elasmobranchia
tidak mempunyai tutup insang (Rahardjo, 1985).
2.1.1.Bentuk Sirip
Sirip pada ikan berfungsi sebagai keseimbangan ubuh
dan alat gerak. Sirip yang tidak berpasangan seperti sirip punggung dan sirip
anus berfungsi sebagai penjaga keseimbangan. Sirip yang berjumlah sepasang
fungsinya sebagai alat gerak, sedangkan sirip ekor untuk kemudi (Rahardjo,
1985).
2.1.2. Bentuk dan tipe ekor
Menurut Rahardjo (1985), bentuk ekor ikan ditentukan
oleh beberapa ruang vertebrata yang paling belakang. Ekor ikan dibagi menjadi
tiga macam yaitu:
1.
Protocercal
Ruas-ruas vertebrata menyokong sirip ekor tanpa mengalami perubahan
bentuk. Sirip ekor simetri antara bagian atas dan bawah. Tipe ini dimiliki oleh
ikan kelas cephalaspidomorphi.
2.
Heterocercal
Bentuk ekor tidak simetri. Bagian atas ujung ekor melengkung ke atas dan
disokong oleh ruas tulang punggung dan bagian ujung tulang ekor lebih pendek
dan disokong oleh beberapa jari-jari sirip ekor. Tipe ini terdapat pada kelas
chondrictyes dan ikan bertulang sejati tingkat rendah.
3.
Homocercal
Bentuk ekor simetri, bagian atas sama dengan bagian bawah dan disokong
oleh jari-jari sirip ekor. Dua ruas terakhir tulang punggung mengalami
perubahan bentuk dan terdapat beberapa potong tulang tambahan.
2.1.3. Bentuk tubuh
Menurut Rahardjo (1985), Bentuk tubuh ikan akan
beradaptasi dengan cara tingkah laku dan kebiasaan hidup di dalam habitat ikan
tersebut. Ikan yang hidup di daerah dasar perairan mempunyai bentuk perut datar
dan punggung mengelembung. Sedangkan untuk ikan-ikan pelagis mempunyai bentuk
bagian tubuh yang mengelembung pada bagian perut maupun punggung. Bentuk tubuh
ikan terdiri dari:
1.
Bentuk Torpedo
Bentuk tubuh ramping dengan potongan melintang, badannya berbentuk elips
dan bentuk ekor sempit tepat di depan sirip ekor. Bentuk tubuh ini dimiliki
oleh ikan tuna, selar dan kembung betina.
2.
Bentuk seperti ular
Bentuk tubuh memanjang dengan
penampang melintang bundar. Terdapat pada belut dan sidat.
3. Bentuk Pipih
a. Pipih secara lateral
Ikan bentuk ini dalam keadaan
biasa berenang dengan lambat dan bila ada bahaya
mampu berenang dengan cepat.
Misalnya ikan mas.
b. Pipih secara dorsoventral
Bentuk tubuh ini cocok dengan
ikan yang hidup di dasar perairan misalnya genus
Rajidae mobulidae.
4.
Bentuk Tubuh Benang
Terdapat pada famili Nemichtydae.
5.
Bentuk Membulat
Bentuk tubuh ikan ini bulat akan semakin tampak apabila dalam keadaan
bahaya
karena ikan akan mengembangkan
tubuhnya semakin maksimal. Terdapat pada famili Tetraodentidae dan Diodontidae.
6.
Bentuk Tubuh Pita
Terdapat pada famili Trachypterydae dan Trichiuridae.
7.
Bentuk Kombinasi
Famili Claridae dan Pangasidae mempunyai kepala yang picak, badan bundar
dan ekor
yang pipih.
2.1.4 Sisik ikan
Menurut Rahardjo (1985), berdasarkan bentuk dan bahan
yang terkandung didalamnya, sisik ikan dibedakan menjadi :
1.
Ganoid
Terdiri dari garam-garam saponim, bentuknya seperti belah ketupat.
2.
Placoid
Sisik dari tonjolan kulit bentuknya seperti duri halms dan terletak rebah
ke belakang dibawah kulit.
3.
Cycloid
Disebut juga sisik lingkaran, mempunyai bentuk bulat, tipis transparan
dan mempunyai lingkaran pada belakang bergirigi.
4.
Ctenoid
Disebut juga
sisik sisir, mempunyai bentuk agak persegi.
5.
Cosmoid
Pada ikan terdapat lima
macam bentuk sirip yaitu sirip tunggal (sirip punggung, sirip dada dan sirip
dubur), sirip berpasangan (sirip perut dan sirip dada). Sirip punggung terdapat
pada ikan teleostei disokong oleh tulang rawan dalam pectoral girdle yang kuat
walaupun rapuh atau lunak dan disebut caracos sapula. Pada sirip dada ikan
teleostei, gelang bahu terdiri dari tulang rawan dan tulang demersal yang
berasal dari tulang rawan adalah tulang ceracoid yang berpasangan, seapul dan
empat pasang tulang radial. Sirip perut elasmobranchia disokong oleh tulang
rawan pelvic yaitu tulang rawan tempat menempelnya tulang basipterygum. Sirip
perutnya menempel pada tulang ini. Pada ikan jantan, di ujung rawan basal
terdapat organ clasper yang digunakan dalam pcmijahan untuk membantu
menyalurkan sperma. Pada kelas ostheichtyes, gelang bahu dan perut juga
dibentuk dari tulang rawan yang disebut basipterygum (Rahardjo, 1985).
Menurut Rahardjo (1985), pada umumnya ikan memiliki tipe mulut yang
berbeda tergantung dari lingkungan, cara makan dan jenis makanan yang
dikonsumsi. Tipe mulut ikan yang dimaksud antara lain:
1.
Tipe Terminal
Yaitu letak mulut ikan terletak diujung depan kepala.
2.
Tipe Subterminal
Yaitu letak mulut ikan terletak didekat ujung depan kepala.
3.
Tipe Superior
Yaitu letak mulut ikan
terletak diujung bagian atas.
4.
Tipe Inferior
Yaitu letak mulut ikan terletak dibawah kepala.
2.2
Anatomi tubuh ikan
2.2.1 Sistem
digestoria
Menurut
Rahardjo (1985), sistem digestoria meliputi 2 bagian yaitu:
1.
Pencernaan
Saluran pencernaan ikan dimulai dari mulut, faring, oesophagus, lambung
kemudian usus sampai ke anus. Organ saluran pencernaan ikan meliputi :
a.
Rongga mulut (rima oris)
Terdiri dari bibir, dasar mulut, langit-langit dan
gigi.
b.
Oesophagus
Oesophagus pada ikan pendek dan mempunyai kemampuan untuk menggelembung,
berbentuk kerucut dan terletak di belakang insang.
c.
Lambung (ventriculus)
Lambung menunjukkan beberapa adaptasi diantaranya adalah adaptasi dalam
bentuknya. Pada ikan pemakan ikan, lambung semata-mata berbentuk memanjang
seperti ikan bowfin (amira). Sebagian besar ikan mempunyai lambung. Adanya
lambung dapat dicirikan oleh rendahnya pH dan adanya pepsine diantara getah
pencernaan. Pada beberapa ikan seringkali bagian depan ususnya membesar
menyerupai lambung sehingga dinamakan lambung palsu, misalnya pada ikan mas (Cyprinus
carpio).
d.
Usus (intestinum)
Usus mempunyai banyak variasi pula. Pada ikan carnivora ususnya pendek
karena makanan berdaging dapat dicerna dengan lebih mudah. Sebaliknya usus ikan herbivora panjang dan teratur
di dalam satu lipatan atau kumparan.
2.
Kelenjar pencernaan
Kelenjar pencernaan terdiri dari :
a.
Hati (hepar)
Hati termasuk kelenjar yang besar pada ikan misalnya pada ikan pari. Pada
hati terdapat kantung empedu yang menyalurkan cairan empedu. Disamping itu hati
berperan sebagai gudang penyimpanan lemak dan glikogen.
b.
Pankreas (pancreas)
Pankreas mensekresikan
beberapa enzim yang berfungsi dalam pencernaan makanan. Pada ikan bertulang
sejati biasanya menyebar di sekeliling hati, bahkan pada ikan berjari-jari
sirip keras, pankreas dan hati menyatu menjadi hepatopankreas. Pada ikan cucut
dan ikan pari pankreas merupakan dua buah organ yang kompak.
Sistem muscolaria
Menurut Rahardjo (1985). pada umumnya otot ikan
mempunyai otot utama, yaitu otot polos, otot jantung, dan otot rangka (otot
skeletal). Jika ditinjau dari sifatnya ada yang bersifat voluntary yaitu otot
yang sifatnya dipengaruhi oleh kemauan syaraf sadar dan involuntary yaitu otot
yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh kemauan syaraf sadar.
Menurut Rahardjo (1985), otot ikan dibagi menjadi 3 yaitu :
1.
Otot rangka
Susunan otot rangka pada badan mempunyai sifat kokoh dan berfungsi
membentuk tubuh dan bergerak. Berkas-berkas otot badan bagian lateral
(myomore), akan nam¬pak sebagai daging jika ikan dikuliti atau dipotong se¬cara
melintang. Myomore diikat oleh suatu bagian yang merupakan bagian otot yang
tipis (membraneous) yang di¬sebut myocoma.
2.
Otot jantung
Tersusun atas otot dan
jaringan-jaringan pengikat, otot jantung berwarna merah gelap. Hal ini berbeda
dengan otot bagian badan yang biasanya berwarna coklat. Susu¬nan otot jantung
(mycocardium) dibungkus oleh sesuatu selaput, yaitu bagian luar disebut
pericardium dan ba¬gian dalam disebut endocardium. Sifat otot ini
involun¬tary (tidak dipengaruhi saraf sadar).
3.
Otot polos
Otot yang mempunyai sifat involuntary ini terdapat bebe¬rapa bagian
organ, antara lain, saluran pencernaan, gelembung renang, saluran reproduksi
dan ekskresi, mata dan sebagainya (Djuanda, 1981).
2.2.2
Sistem skeleton
Rangka pada ikan berfungsi untuk menegakkan tubuh,
menunjang atau menyokong organ-organ tubuh, melindungi organ-organ tubuh ikan
dan berfungsi pula dalam pembentuk¬kan butir darah merah (Rahardjo, 1985).
Menurut Rahardjo (1985), rangka ikan dapat dibedakan menjadi 3 bagian :
1.
Rangka axial
Terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung dan-tu¬lang rusuk.
2.
Rangka visceral
Terdiri dari semua bagian
tulang lengkung insang dan derivatnya.
3.
Rangka appendicular
Terdiri dari sisik dan
perekat-perekatnya. Sedangkan pada tulang punggung pada ikan, berkembang dari
scelerotome yang terdapat di sekeliling notochorda dan batang saraf. Setiap
pasang dari scelerotome berkembang menjadi empat pasang arcualia. Pada beberapa
ikan, pem¬bentukan pusat tulang punggung (centrum) bukan semata-mata dari
arcualia, melainkan oleh sel mesenchyme yang merapat dan berkumpul di sekitar
notochorda, yang ke¬mudian bersama-sama arcularia membentuk centrum.
2.2.4 Sistem respiratoria
Menurut Rahardjo (1985), organ
utama untuk pernafasan dari dalam media air pa¬da ikan adalah insang. Udara
pernafasan diambil melalui mulut dan keluar melalui dubur. Insang terdapat di dalam rongga insang
yang berasal dari kantong insang. Pada wak¬tu embrio, kantong merupakan
sepasang penonjolan ke arah luar dari lapisan endodermal di daerah anterior
saluran pencernaan embrio.
1.
Insang pada ikan elasmobranchia
Pada
ikan ini belum terdapat tutup insang, sehing¬ga celah insang langsung
berhubungan dengan lingkungan. Celah insang berjumlah 5 pasang, pada
jenis-jenis ter¬tentu sering dijumpai 6-7 pasang celah insang.Pada keadaan
biasa air masuk dari mulut melalui insang di dalam rongga insang kemudian
dikeluarkan me¬lalui celah insang. Pertukaran oksigen dan karbondiok-sida,
terjadi di dalam lamela insang. Setiap lengkung insang pada elasmobranchia
disokong oleh rangka yang melengkung, terdiri dari :
a. Tapis insang, terdapat pada dasar lengkung insang mengarah ke dalam
rongga pharing. Berfungsi untuk menapis bahan makanan yang terbawa bersama air
per¬nafasan, yang kemudian diteruskan ke dalam oesophagus.
b. Jari-jari insang, melekat pada bagian luar dari leng¬kung insang
mengarah ke permukaan tubuh sebagai penguat struktur insang.
c. Lamela insang, berupa rambut yang halus terbungkus oleh epithelium
tipis dengan satu ujungnya melekat pada jari-jari insang penuh dengan kapiler
darah. Di sini terjadi proses
pernafasan di dalam insang.
2. Insang
pada ikan osteichthyes
Pada ikan ini operculum yang tersusun atas
4 po¬tong tulang dermal, yaitu operculum, properculum, interculum, dan sub
operculum. Selaput tipis bekerja se-bagai klep pada celah insang. Bagian depan
dari sela¬put melekat pada operculum, sedangkan pada bagian belakangnya
terlepas bebas. Selaput kulit tipis ini disebut membran branchiostegii yang
disokong oleh beberapa potong yang terletak pada dinding ventral pharing
dise¬but radii branchiostegii. Septum insang hanya satu saja dan tidak menonjol keluar dari lamela insang,
ser¬ta kadang-kadang insang tidak ada. Jari-jari insang selalu ada sepasang
untuk setiap lengkung insang ber-jumlah 5, tetapi lengkung insang 1 dan 5
berupa hemibranchia, hanya lengkung kedua, tiga dan empat saja yang berupa
holobranchia. Lamela insang pada lengkung pertama hanya ada pada bagian
belakang lengkung insang dan pada lengkung insang kelima pada bagian depan
saja.
2.2.5
Sistem urogenitalia
Merupakan gabungan antara sistem urinaria dan sistem
genitalis. Akan tetapi dalam praktikum ini hanya sistem genitalis saja yang
dilihat (Rahardjo, 1980).
Ikan termasuk hewan heteroseksual, artinya perbedaan antara sel kelamin
jantan dan betina jelas. Perbedaan se¬cara mikro dapat diketahui, misalnya
dengan kita memijat pada bagian di atas porus urogenotalis pada jantan, maka
ikan mengeluarkan cairan putih seperti susu. Sedangkan pada ikan betina akan
mengeluarkan cairan kekuning-kuningan. Secara anatomis perbedaan tersebut akan
terlihat jelas karena pada ikan jantan di dekat ginjal terdapat kantong
berbentuk memanjang putih keruh, sedangkan pada ikan be¬tina lebih besar dari
pada ikan jantan. Alat
perkembangbiakkan ikan yaitu gonad, gonad pada jantan disebut testis dan pada
betina disebut ovarium (Djatmiko, 1986).
2.3
Taksonomi
Menurut
Subani (1978), taksonomi atau sistematika adalah suatu ilmu menge-nai
klasifikasi dari jasad-jasad. Istilah taksonomi ber¬asal dari kata Yunani taxis
yang berarti susunan dan pengaturan. Dan dari kata nomos atau hukum dan istilah
ini diusulkan oleh Candolle pada tahun 1813 untuk teori mengklasifikasikan
tumbuh-tumbuhan.
Identifikasi merupakan salah satu dari
tiga tugas po¬kok ahli taksonomi, dimana ini merupakan tingkatan anali¬tis.
Tugas pokok seorang ahli sistematika adalah mengelompokkan jasad yang telah
begitu beraneka ragam dari alam ke dalam berbagai kelompok yang sudah dikenal
untuk mene¬tapkan ciri-ciri penting dari kelompok ini dan untuk senan¬tiasa
mencari perbedaan yang tetap di antara kelompok itu. Disamping itu ahli ini
harus memberikan nama ilmiah kepa¬da kelompok-kelompok itu untuk memungkinkan
pemberian nama pengakuan kepadanya oleh ahli-ahli lain di seluruh dunia. Kronologi geologis dari jasad tergantung
dari ketetapan identifikasi dari fosil. Tiap survei ekologi yang bersifat
ilmiah harus diselesaikan dengan mengidentifikasikan semua spesies yang
ekologis penting (Subani, 1978).Juga ahli biologi telah menyadari pentingnya
identifikasi yang tepat. Banyak sekali generasi yang memiliki spe¬sies yang
secara morfologis tidak berbeda. Perbedaannya terletak di dalam sifat
fisiologisnya (Subani, 1978).
Membuat klasifikasi adalah tugas kedua
dari ahli taksonomi. Pada umumnya untuk menyusun suatu klasifikasi ada¬lah
dengan menetapkan suatu definisi dari suatu kelompok atau kategori-kategori
menurut skala hirarki. Tiap-tiap kategori meliputi satu atau beberapa kelompok
lebih rendah yang terdekat yang merupakan kategori berikutnya. Hasilnya adalah
bahwa semua binatang dapat diklasifikasikan ke dalam suatu hirarki taksonomi
yang terdiri dari satu rentetan kategori-kategori yang meningkat dari species
hingga kingdom, tiap-tiap kategori berikutnya meliputi satu atau beberapa
kategori sebelumnya.
Satu hal yang perlu diingat bahwa
klasifikasi pada pokoknya harus praktis. Dari semua kategori-kategori ter¬sebut
akan mempunyai arti khas atau spesifik dari semua jenis ikan yang ditemukan
(Saanin H, 1968).
Kategori-kategori yang saat ini dipakai
adalah :
Kingdom
Filum
Sub-filum
Kelas
Sub-kelas
Ordo
Famili
Genus
Species
Kategori-kategori tersebut yang sekarang
dipakai da¬lam penyusunan klasifikasi. Terkadang ada beberapa buku yang
memasukkan unsur sub-ordo ke dalamnya (Saanin H, 1968).
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1
Materi
3.1.1 Materi
Table 1. Alat yang digunakan dalam
praktikum
No
|
Alat
|
Ketelitian
|
Kegunaan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
Styrofoam
Gunting
Pinset
Pisau bedah
Lup
Alat tulis
Tissue/kapas
Penggaris
Laporan se,entara
Mikroskop
|
-
-
-
-
-
-
-
1mm
-
-
|
Tempat preparat ikan
Membedah ikan
Mengambil sisik ikan
Membedah ikan
Mengamati anatomi ikan
Mencatat data
Membersihkan lender/darah
Mengukur tubuh ikan
Mencatat laporan sementara
Mengamati bentuk dan tipe sisik
|
3.1.2 Bahan
Ikan-ikan
yang diamati dalam praktikum ini adalah :
1.
Ikan bawal air laut
2.
Ikan kakap merah
3.
Ikan bandeng
4.
Ikan mujair
3.2
Metode
3.2.1. Pengamatan morfologi
Cara kerja pengamatan pada morfologi
ikan adalah:
1. Meletakkan ikan pada bak paravin dan
menatanya sesuai pola.
2. Mengamati dan menggambar bentuk luar tubuh
ikan pada kertas yang telah disiapkan
beserta
keterangannya dari tiap bagian.
3.
Mengukur panjang tubuh dan mencatat bagian-bagiannya.
4.
Mengamati dan menggambar bentuk dan perbandingan tubuh.
5. Menghitung jari-jari keras dan lunak
dari sirip dada, punggung, perut dan dubur dari Ikan yang diamati dan
mencatatnya.
6.
Mengamati dan menggambar bentuk dan tipe sisik ikan.
7.
Mengamati dan menggambar letak sirip perut terhadap sirip dada.
8.
Menghitung dan menggambar jumlah sisik.
9.
Mengamati dan menggambar letak dan tipe mulut.
10.
Mengamati dan menggambar bentuk dan tipe ekor.
11.
Mengamati dan menggambar tulang tambahan tutup insang.
3.2.2.
Pengamatan anatomi
Prosedur pengamatan anatomi ikan
adalah:
1.
Melakukan sectio pada perut ikan dimulai dari anus kemudian terus menyusuri
tulang belakang sampai tutup insang
2. Memilih organ dalam ikan agar dapat dilihat
secara keseluruhan menggunakan pinset.
3.
Mengamati dan menggambar bentuk organ secara keseluruhan beserta keterangannya.
4. Mengamati
dan menggambar organ yang termasuk dalam sistem digestoria beserta
keterangannya.
5. Mengamati dan menggambar organ yang
termasuk dalam sistem muscularia beserta keterangannya.
6. Mengamati dan menggambar bentuk
kerangka tulang punggung ikan yang termasuk dalam sistem sceleton beserta
keterangannya.
7. Mengamati dan menggambar bagian-bagian
jantung yang termasuk dalam sistem circulatoria beserta keterangannya.
8. Mengamati dan menggambar organ yang
termasuk dalam sistem respiratoria beserta keterangannya.
9. Mengamati dan menggambar bentuk mata
ikan sebagai sistem optik beserta keterangannya.
10. Mengamati dan menggambar ginjal dan
gonade termasuk sistem urogenitalia beserta keterangannya.
3.2.3.
Pengamatan taksonomi
Prosedur pengamatan taksonomi ikan adalah:
1.
Mencatat bentuk dan ciri-ciri morfologi ikan yang akan diidentifikasi.
2. Mencari dan mencocokkan data hasil
pengamatan dengan data yang telah ada dalam buku identifikasi yang digunakan.
3. Membuat tingkatan klasifikasi dari
ikan. Data yang diperoleh menjadi acuan untuk membuat pangklasifikasian ikan
tersebut beserta keterangannya dari tingkatan kingdom sampai tingkatan spesies.
terima kasih atas informasinya
BalasHapusasikk. sangat membantu informasinya kawan.... tapi, kok tdak ada sistem sirkulasi yang dibahas yaaa..?
BalasHapussistem sirkulasi gimana maksudnya? kebetulan waktu tempatku praktikum tidak ada materi sirkulasi :)
BalasHapus