Kegiatan Pembelajaran : PEMELIHARAAN LARVA
IKAN
A. Deskripsi
Kompetensi pemeliharaan larva ikan membahas tentang Penanganan larva sesuai sifat dan karakter jenis ikan, Tahapan perkembangan larva, Perhitungan padat tebar larva, Pengelolaan pakan larva, Ukuran pakan larva, Nutrisi pakan larva, Jenis jenis pakan larva, Feeding rate, feeding frekuensi dan feeding time, Feed Conversion Rate, Laju pertumbuhan larva, Pengelolaan media pemeliharaan larva, Sanitasi wadah, Pengelolaan kualitas air, Pengukuran parameter kualitas air, Pengendalian hama penyakit dan Teknik pemanenan larva
B. Kegiatan Belajar
1. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari kompetensi pemeliharaan larva ikan, anda akan memahami :
a.
Pemberian pakan
b.
a. Pemberian Pakan
Pakan merupakan
faktor yang penting dalam usaha pendederan benih ikan. Dalam usaha pembenihan, benih ikan diharuskan tumbuh hingga mencapai
ukuran pasar. Untuk itu, benih ikan harus makan, tidak sekedar untuk mempertahankan
kondisi tubuh, tetapi juga untuk menumbuhkan jaringan otot atau daging. Jumlah dan jenis pakan yang dikonsumsi oleh benih ikan akan menentukan asupan energi yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan daging. Pakan yang
dikonsumsi oleh benih ikan bisa menggambarkan nafsu makan ikan dan ini dipengaruhi oleh kualitas air (terutama suhu dan oksigen
terlarut) media pemeliharaan benih ikan. Dalam pemberian
pakan benih ikan ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu frekuensi pemberian
pakan dan cara memberikan pakan.
Pemberian pakan terhadap
benih ikan tergantung tingkat kesuburan kolam pendederan.
Pemberian pakan terhadap benih ikan umumnya sebanyak
3-5% dari total berat benih ikan. Namun jika kolam pendederan subur, pemberian pakan dapat dikurangi. Frekuensi pemberian pakannya 3 kali yaitu
pagi, siang dan sore hari dengan
jumlah yang sama. Tetapi kondisi
permintaan pakan akan berubah-ubah tergantung suhu air. Apabila
cuaca cerah, matahari
bersinar terang maka suhu air akan naik segala proses/metabolisme dipercepat. Barangkali
apabila kondisi demikian frekuensi pemberian pakan akan lebih dari 2 kali. Tetapi apabila cuaca mendung,
matahari tidak bersinar otomatis suhu akan menurun,
kondisi ini dibarengi dengan fotosintesis plankton terhambat. Sehingga produksi
oksigen menurun sebagai
akibat nafsu makan ikan menurun
permintaan ikan akan pakan juga menurun.
Pakan yang diberikan selama pendederan benih ikan adalah
campuran tepung pelet dengan bekatul
dengan perbandingan 1 : 2. Tetapi
sebenarnya benih ikan sangat menyukai
pakan alami. Jika kombinasi kedua jenis pakan yaitu pakan buatan
dan pakan alami diberikan bersama adalah sangat
baik, karena unsur gizinya
saling melengkapi.
Jika total bobot ikan diketahui maka jumlah pakan yang dibutuhkan dapat dihitung. Konversi/efesiensi pakan akan dapat dihitung apabila jumlah pakan yang diberikan serta bobot total ikan diketahui.
Pakan merupakan faktor yang menentukan dalam pemeliharaan benih ikan. Pakan nyang diberikan ke benih ikan adalah
memiliki kandungan protein tinggi, ukuran lebih kecil dari bukaan mulut, gerakan lambat dan mudah dicerna. Dengan terbatasnya organ sistem pencernaan
benih karena masih dalam tahap perkembangan, seperti
ukuran bukaan mulutnya
yang kecil, gerakan
tubuh/berenang yang masih sangat terbatas, kondisi saluran pencernaan
yang sangat sederhana larva dipaksa
untuk memburu, memangsa
dan mencerna makanannya. Pakan yang baik diberikan
sesuai dengan kondisi benih. Kriteria pakan tersebut harus memenuhi persyaratan:
1.
ukurannya kecil, lebih
kecil dari bukaan mulut larva
2.
pakan tersebut adalah pakan hidup
yang bergerak untuk memudahkan larva dalam mendeteksi dan memangsa pakan
3. mudah dicerna dan mengandung nutrisi yang tinggi
Benih ikan di
kolam/bak mulai diberi pakan saat
persediaan pakan alami di kolam/bak
mulai habis. Pakan yang diberikan berupa tepung atau pakan alami cacing sutra. Jenis dan ukuran makanan
benih ikan berubah sesuai ukuran benih, pertumbuhan
dan perkembangannya. Benih ikan yang
cukup besar atau benih tua mulai
mengambil makanan alami yang berukuran lebih besar, misalnya pelet ukuran kecil / remah, larva Artemia,
Cladocera dan Copepod.
Untuk benih ikan yang
dipelihara di wadah akuarium atau
fiber atau kolam semen, pakan awal yang diberikan dapat berupa Artemia sp,
Moina sp atau Brachionus
sp. Oleh karena ikan merupakan
jenis ikan omnivora dan memiliki sifat
kanibal pada ukuran benih, maka pada saat fase tersebut, benih tidak boleh kekurangan pakan karena sifat kanibalnya akan muncul.
Pemberian pakan untuk benih dilakukan sedikit demi sedikit dan ditebarkan di tempat – tempat tertentu, seperti di sudut atau di pinggir wadah pemeliharaan benih, agar benih terbiasa mencari makan di tempat yang sama.
Seminggu setelah larva mulai diberi pakan alami, benih ikan bawal dapat diberikan tambahan
pakan berupa tepung pelet yang mengandung protein
30 –35%. Tepung pelet ini
diberikan dengan dosis 20% dari biomassa. Pemberian pakan tambahan berupa tepung pelet dapat dilakukan juga
bersamaan dengan pemberian pakan
alami.
Benih diberikan
pakan sebanyak 5 kali dalam sehari, karena ukuran larva masih sangat kecil dan membutuhkan pakan untuk pertumbuhannya, sehingga membutuhkan
pakan yang lebih banyak dan sering dibandingkan dengan benih ikan yang ukurannya sudah besar.
Jadwal pemberian pakan untuk benih ikan disesuaikan dengan ukuran ikan yang dipelihara. Pergantian jenis pakan dari
emulsi kuning telur menjadi tepung pelet tersebut dilakukan
secara overlapping beberapa
saat untuk memberikan kesempatan pada benih agar beradaptasi terhadap pakan dengan jenis dan ukuran
baru. Overlapping dapat berlangsung
lebih lama apabila ukuran benih ikan di
dalam wadah pemeliharaan memiliki
keragaman yang besar.
1). Pakan alami
Pakan alami ikan terdiri dari organisme renik berukuran
kecil (mikro) dan organisme makro
yang sangat jelas bila dilihat dengan mata. Untuk melihat organisme renik dapat menggunakan alat bantu seperti
mikroskop. Berikut ini beberapa jenis pakan alami yang menjadi pakan alami benih
ikan.
a). Phytoplankton
Phytoplankton merupakan organisme
yang berukuran renik,
memiliki gerakan yang sangat lemah, bergerak mengikuti arah arus air dan dapat melakukan proses
fotosintesis karena memiliki klorofil dalam tubuhnya.
Phytoplankton merupakan produsen
primer di perairan karena dapat mengolah bahan-bahan
anorganik yang ada di lingkungannya menjadi
bahan organik melalui
proses fotosintesis. Perkembangannya sangat cepat melalui
pembelahan sel sehingga
pertumbuhannya dapat didorong melalui pemupukan. Pupuk yang digunakan
dapat berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik. phytoplankton sangat baik
untuk makanan burayak dan benih ikan. Jenis-jenis
phytoplankton yang tumbuh dikolam dan sebagai sumber pakan benih ikan antara lain Skeletonema,
Chaetoceros, Tetraselmis, Dunaliella, Isochryis, Chlorella, Nannochloropis dan
Spirulina.
b). Zooplankton
Zooplankton merupakan hewan renik yang hidup melayang-layang
di dalam air. Akan tetapi, ada juga
yang berukuran agak besar sehingga dapat dilihat
bentuknya secara kasat mata. Beberapa
jenis hewan yang merupakan zooplankton, di antaranya Infusoria, Brachionus, Artemia, Daphnia, Moina,
Cyclop dan calanus.
c). Benthos
Benthos adalah binatang
yang hidup di dasar perairan.
Habitat organisme benthos di
balik tanah dasar dan merayap di atas tanah dasar. Organisme
yang hidup di balik tanah dasar adalah bangsa cacing,
seperti cacing sutera atau cacing rambut (Tubifex
sp) dan cacing lur (Nereis sp). Untuk mendorong berkembang-nya binatang benthos, dasar kolam perlu di pupuk dengan pupuk organik. Semua organisme
benthos sangat disukai
oleh hampir seluruh
benih ikan
Pakan alami untuk benih ikan mempunyai beberapa
kelebihan karena ukurannya
relatif kecil dan sesuai dengan bukaan mulut benih
ikan, nilai nutrisinya tinggi, mudah dibudidayakan gerakannya dapat merangsang ikan untuk memangsanya,
dapat berkembang biak dengan cepat sehingga ketersediaannya dapat terjamin dan biaya pembudidayaannya relatif murah.
Jika dalam awal hidupnya benih ikan dapat menemukan pakan
yang mempunyai ukuran sesuai dengan
bukaan mulutnya maka benih ikan diperkirakan dapat meneruskan hidupnya.
Namun, jika dalam waktu singkat benih ikan tidak dapat
menemukan pakan yang sesuai dengan
bukaan mulutnya maka benih ikan itu akan menjadi lemah dan selanjutnya mati. Selain beberapa
kelebihan tersebut, pakan alami juga tidak mencemari
media pemeliharaan sehingga
dapat diharapkan menekan
angka mortalitas benih ikan akibat kondisi
air yang kurang baik. Jenis pakan alami yang dapat dimakan benih ikan tergantung pada jenis ikan dan
tingkat umurnya. Semakin besar ukuran
benih ikan maka jenis pakannya
juga berubah.
Tabel 1. Kandungan Gizi Beberapa Jenis Pakan Alami
Jenis Pakan Alami |
Kandungan Gizi
(%) |
||||
Kadar Air |
Protein |
Lemak |
Serat Kasar |
Abu |
|
Chlorella |
- |
30.00 |
15.00 |
- |
15.00 |
Brachionus |
85.70 |
8.60 |
4.50 |
- |
0.70 |
Cacing Tubifex |
87.19 |
57.00 |
57.00 |
2.04 |
3.60 |
Artemia |
81.90 |
55.00 |
18.90 |
- |
7.20 |
Moina |
90.60 |
13.29 |
13.29 |
- |
11.00 |
Daphnia |
94.78 |
8.00 |
8.00 |
2.58 |
4.00 |
Chironomus |
97.06 |
56.60 |
2.86 |
- |
4.94 |
Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 1990
2). Pakan buatan
Pakan buatan (artificial
feed) adalah pakan yang sengaja disiapkan dan dibuat. Pakan ini terdiri dari ramuan beberapa
bahan baku yang kemudian diproses
lebih lanjut sehingga
bentuknya berubah dari bentuk aslinya. Pakan buatan dapat digunakan, baik sebagai pakan tambahan (supplementary feed)
maupun sebagai pakan pelengkap (complete
feed). Pakan tambahan adalah pakan yang digunakan untuk melengkapi kebutuhan ikan peliharaan selain pakan alami.
Bentuk-bentuk pakan buatan juga sangat beragam, baik dalam
bentuk kering maupun lembab. Pakan kering dalam bentuk pelet, remah (crumble), butiran
(granular), tepung (meal/mash), dan lembaran (flake). Pakan lembab dapat berbentuk bola (ball), dan roti kukus (cake).
Untuk pakan basah umumnya berbentuk bubur atau pasta. Pelet dapat dibuat dalam beragam bentuk, seperti
batang, bulat atau gilik. Ukuran panjang
dan diameternya disesuaikan dengan ukuran ikan yang akan diberi makan.
Kandungan gizi pakan buatan dapat disusun formulasinya supaya kandungan gizinya lebih lengkap dibandingkan dengan pakan alami. Gizi utama yang harus terkandung dalam ramuan pakan buatan adalah protein, lemak dan karbohidrat. Selain itu, dalam menyusun ramuan pakan juga diperhatikan nilai ubahnya (konversinya). Apabila makanan tersebut hanya dimaksudkan sebagai makanan tambahan maka kandungan gizinya dapat lebih rendah dibandingkan jika akan digunakan sebagai makanan pokok.
Tabel 2. Bentuk Pakan Buatan Untuk Ikan
No |
Umur Ikan |
Bentuk Pakan |
1 |
Sampai dengan umur
10 hari |
Emulsi |
2 |
Umur 10 – 20 hari |
Tepung halus |
3 |
Umur 20 – 40 hari |
Tepung kasar |
4 |
Umur 40 – 80 hari |
Remah |
5 |
Umur lebih dari
80 hari |
Pelet |
b) Menghitung Kebutuhan Pakan
a). Feeding Rate
Pakan diberikan kepada benih ikan sesuai dengan kebutuhan dan dapat memberikan pertumbuhan dan efisiensi
pakan yang paling tinggi.
Kebutuhan pakan harian dinyatakan sebagai tingkat pemberian pakan (feeding
rate) per hari yang ditentukan berdasarkan persentase dari bobot ikan. Tingkat pemberian
pakan ditentukan oleh ukuran ikan. Semakin besar ukuran ikan maka feeding rate-nya semakin kecil, tetapi
jumlah pakan perharinya semakin besar.
Secara berkala, jumlah pakan harian ikan disesuaikan (adjusment) dengan pertambahan bobot ikan dan
perubahan populasi. Informasi bobot
rata-rata dan populasi ikan diperoleh dari kegiatan pemantauan ikan dengan cara sampling. Untuk menghitung kebutuhan
pakan harian ikan dapat
menggunakan rumus sebagai berikut
:
Jumlah pakan harian (kg) = FR x BM
FR = feeding rate (%) BM = bobot biomasa (kg)
Contoh : FR = 5%, BM = 20 kg, pakan yang diberikan perhari adalah 5% x 20 kg = 1 kg per
hari.
Feeding rate yang digunakan ditentukan oleh ukuran ikan
yaitu 3 – 10 %. Jumlah pakan yang
dibutuhkan dalam pemeliharaan benih ikan harus dihitung berdasarkan dosis (feeding rate) pemberian pakannya. Pemberian pakan yang kurang dalam periode pemeliharaan benih akan mengakibatkan pertumbuhan benih ikan
terganggu seperti ikan mudah sakit dan tubuh yang
kuntet/kerdil. Jumlah pakan yang diberikan
juga harus ditimbang
sesuai kebutuhan ikan.
Kebutuhan pakan ikan tiap per periode sampling
akan berbeda dan akan mengalami peningkatan kebutuhan pakan per harinya.
Tabel 3. Tahap Penentuan Jumlah Pakan Harian Pada Setiap Bulan Setelah Sampling Pada Pembesaran Ikan Mas.
Bln |
Panjang (cm) |
Bobot Rata-
rata (g) |
Populasi (ekor) |
Bobot Biomasa
(kg) |
Feeding Rate (%) |
Jumlah Pakan
Harian (kg) |
a |
b |
c |
d = b x c |
e |
f = d x e |
|
I |
8 – 10 |
10 |
1250 |
12,50 |
7 |
0,88 |
II |
11- 13 |
20 |
1100 |
22,00 |
5 |
1,10 |
III |
15-18 |
100 |
1050 |
105,00 |
4 |
4,2 |
IV |
19-20 |
200 |
1000 |
200,00 |
3 |
6 |
b). FCR (Feed Conversion Ratio)
Dari jumlah makanan yang dimakan oleh ikan, kurang lebih hanya 10% saja yang dapat digunakan untuk pertumbuhan atau penambahan bobot badan. Selebihnya makanan tersebut digunakan untuk pemeliharaan tubuh atau memang tidak dapat dicerna. Jumlah bobot makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan atau penambahan bobot badan itu disebut nilai ubah makanan atau konversi makanan.
Suatu ukuran yang menyatakan rasio jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging ikan adalah feed conversion ratio. Apabila untuk menambah bobot 1 kg daging ikan dibutuhkan 6 kg pakan, berarti faktor konversi pakannya adalah 6. Tergantung dari jenis pakannya, faktor konversi pakan pada ikan berkisar antara 1,5 – 8. Secara umum, suatu jenis pakan dikatakan cukup efisien jika faktor konversinya sekitar 1,7. Faktor konversi bahan pakan nabati lebih besar daripada pakan hewani. Demikian pula makanan basah, mempunyai faktor konversi yang lebih tinggi dibandingkan dengan makanan kering.
FCR sering kali dijadikan indikator
kinerja teknis dalam mengevaluasi suatu usaha budidaya
ikan. Faktor yang digunakan dalam perhitungan FCR bukan penambahan
berat daging ikannya, melainkan bobot
panennya yang merupakan bobot hidup atau bobot
basah ikan pada waktu
panen.
FCR = jumlah kg pakan / jumlah kg ikan yang dihasilkan
Misalnya, sebuah kolam dapat dipanen ikan sebanyak 1250 kg. Untuk ikan sebanyak itu telah digunakan
pakan sebanyak 2000 kg selama masa
pemeliharaan maka nilai FCR dari pakan yang diberikan adalah 2000 kg / 1250 kg = 1,6
c). Frekuensi dan waktu pemberian pakan
Frekuensi pemberian pakan adalah berapa kali pakan yang diberikan pada benih ikan dalam sehari. Frekuensi ini terkait dengan waktu pemberian pakan. Umumnya semakin besar ukuran ikan maka frekuensi pemberian pakannya semakin jarang atau kurang. Ikan kecil sebaliknya diberi pakan lebih sering dibandingkan ikan besar. Frekuensi pemberian pakan benih ikan berkaitan dengan laju evakuasi pakan di dalam lambung dan ini tergantung pada ukuran dan jenis ikan yang dibudidayakan, serta suhu air.
Waktu pemberian pakan ditetapkan dengan memperhatikan nafsu makan benih ikan. Di pemeliharaan benih
ikan di jaring terapung, nafsu makan benih ikan mas tinggi dengan kandungan
oksigen terlarut tinggi dan
suhu air hangat. Pada saat itu, porsi pakan yang diberikan relatif banyak.
Namun demikian, sering kali waktu pemberian
pakan disesuaikan dengan kepraktisan operasional usaha sehingga waktu makan umumnya ditetapkan siang hari. Selain
ukuran dan biomasa
ikan, jenis ikan yang dipeliharan juga menentukan frekuensi dan waktu pemberian pakan.
Tabel 3. Frekuensi, Waktu dan Proporsi Pemberian Pakan
Ukuran ikan (g) |
Frekuensi |
Waktu Pemberian (jam) |
Proporsi Pemberian (%) |
10 |
5 |
06.00,09.00,12.00,15.00,18.00 |
15,20,20,30,15 |
20 |
4 |
07.00,11.00,15.00,19.00 |
20,30,30,20 |
50 |
3 |
07.00,12.00,17.00 |
30,40,30 |
d). Cara pemberian pakan
Untuk benih ikan yang masih kecil, pakan diberikan dengan menyebarkannya secara merata di seluruh
permukaan air. Pakan dalam bentuk tepung dan remah dapat diberikan dengan cara ditaburkan menggunakan tangan. Penaburan
pakan dengan tangan harus memperhatikan arah angin. Pelet untuk ikan-ikan
besar diberikan dengan keadaan yang tetap, baik tempat maupun waktunya.
Dengan waktu dan tempat yang tetap itu maka benih ikan akan terbiasa untuk menunggu pakan di tempat tersebut pada waktu-waktu
tertentu. Dengan demikian akan memperkecil jumlah pakan yang tercecer.
Pakan diberikan secara sedikit demi sedikit sesuai dengan kebiasaan ikan dalam mencaplok dan menelan habis pakannya. Apabila kira-
kira 30 % dari jumlah ikan yang ada sudah tidak mau lagi menyambar
pakan yang dilemparkan maka pemberiannya segera dihentikan. Dalam budidaya ikan yang intensif,
pemberian pakan jangan sampai
berlebih dan juga berkurang. Pemberian pakan yang berlebih akan mengakibatkan : air wadah tercemar, dasar kolam cepat kotor, pemborosan. Dan juga jika pemberian pakan yang kurang akan berakibat : pertumbuhan ikan
bervariasi, pertumbuhan terhambat,
daya tahan tubuh menurun, terjadi
kanibalisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar