Perbaikan Mutu Kualitas Air
1. Aplikasi probiotika
Probiotik pada umumnya didefinisikan sebagai bakteri tambahan
(inokulan) yang dipakai
untuk melaksanakan suatu proses enzimatis
mikrobiologis tertentu. Kenyataan
selanjutnya menunjukkan bahwa organisme
yang melaksanakan tugas-tugas perubahan biologis juga dapat didefinisikan sebagai biomanipulator.
Jenis probiotik
Berdasarkan jenis atau fungsinya
probiotika juga dapat dikelompokkan kedalam
:
a.
Probiotika pengurai
pupuk organik sebelum
dimasukkan ke tambak
b.
Probiotika pengurai
limbah organik di dalam
tambak
c.
Probiotika yang membantu
pencernaan pakan buatan di dalam tubuh udang
Probiotika secara ekonomis diperhitungkan sebagai input yang mahal, kesalahan persiapan dan penaganan hanya
akan menambah biaya tanpa hasil apapun. Pemberian sebaiknya dilakukan
setelah organisme probiotik ditumbuhkan dengan
maskimum sebelum dimasukkan ke air/dasar tambak.
Prosedur penumbuhan probiotika
a. Probiotika pengurai
pupuk organik sebelum
dimasukkan ke tambak Diperlukan
untuk menumbuhkan fitoplankton secara cepat dan stabil miminum hingga 7 hari, komposisi
pupuk dan probiotika yang diberikan adalah sbb :
1.
Dedak sebagai
sumber karbohidrat, selulosa
dan silikat
2.
Gula/tetes tebu sebagai sumber CO2
3.
Protein tepung ikan/Urea/Pakan BS sebagai sumber
nitrogen dan
karbon (C)
sebagai penyusun protein sel probiotika
4.
Bakteri biakan
(Baccillus atau Nitrobacter atau Nitrosomonas)
5.
Aerasi/ pengadukan agar proses berlangsung secara aerobic
b. Probiotika pengurai
limbah organik di dalam tambak
1.
Bakteri fotosintetik bakteri Chtinioclastic, Lipolitic, Cellullolityc,
2.
Proteolitic bacteria.
3.
Molase sebagai
sumber Karbon
4.
Tepung ikan sebagai sumber
protein
5.
Zeolite sebagai
pemberat dan pori-pori
penyerap bakteri
6.
Pengadukan tanpa aerasi karena bakteri aerobik
fakultatif
c.
Probiotika yang membantu pencernaan pakan buatan di dalam tubuh udang
1.
Bakteri Lactobaccillus
2.
Gula dan air sebagai
medium pertumbuhan
3.
Tepung ikan sebagai sumber
protein
4.
Kanji sebagai
medium pengikat untuk dilapisi di pakan (pelet)
2. Pengelolaan Fitoplankton
a. Keberadaan fitoplankton tambak pada dasarnya
sangat diperlukan. Fitoplankton adalah bagian dari komunitas mikroba
yang berperan dalam mengatur kondisi kultur yang diinginkan. Selain dapat memanfaatkan sisa
nutrient, keberadaan fitoplankton juga mengurangi intensitas cahaya, memproduksi oksigen, menstabilkan temperatur serta memberikan kontribusi akan kebutuhan nutrient bagi
organisme yang dipelihara.
b. Fitoplankton akan berada pada kondisi yang diinginkan bilamana
dikelola dan dicermati
berbagai fluktuasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pertumbuhannya.
c. Problem umum yang sering muncul pada awal-awal masa produksi adalah kematian plankton akibat kekurangan
nutrien atau CO₂. Kondisi ini dapat
terjadi dengan tiba-tiba dan menyisakan sedikit plankton yang masih hidup. Plankton yang mati akan
menyebabkan munculnya busa dalam
jumlah besar di permukaan dan juga deposit material di dasar.
d. Untuk
menjaga kondisi plankton yang stabil, perlu untuk menambahkan sejumlah
nutrien, CO₂ dan cahaya.
e. Penggantian air adalah cara paling mudah untuk menurunkan kepadatan plankton pada kolam-kolam yang dikelola dengan sistem tertutup.
3.
Pengelolaan Kelarutan
Oksigen.
Kandungan
oksigen terlarut merupakan parameter kualitas air utama pada pembesaran udang di tambak. Kebiasaan
udang windu adalah mempunyai aktivitas pada dasar
perairan. Oksigen terlarut
terutama pada air dasar tambak tidak kurang dari 4 ppm. Fluktuasi
kandungan oksigen terlarut
sangat ditentukan kepadatan
biota yang ada dalam air terutama fitoplankton dan tanaman air lainnya yang
merupakan produsen primer. Untuk
menjaga oksigen terlarut tetap pada kondisi yang optimal adalah dengan memanfaatan proses fotosintesa, penggunaan aerasi dengan cara pengaturan kincir air.
Kincir air diperlukan untuk :
a. Suplai O2 di air
b. Mengoksidasi permukaan
dasar
c. Membuat kotoran
tersuspensi dan teroksidasi di kolom air
d. Mengatur arus air dan menentukan penumpukan lumpur organik
e.
Menghilangkan pelapisan air oleh suhu dan salinitas dan menghomogenkan kelarutan oksigen
4.
Pengapuran
Pengapuran dilakukan pada saat persiapan
kolam. Pengapuran dilakukan jika
tanah dasar kolam bereaksi masam (pH < 6,0) dengan cara dan dosis yang tepat agar tidak merugikan kehidupan
ikan. Pengapuran dimaksudkan untuk meningkatkan
pH tanah dasar kolam menjadi netral (pH 7,0) dan dapat berfungsi sebagai desinfektan. Dosis pengapuran harus
disesuaikan dengan kondisi pH tanah
dasar dan jenis kapur yang digunakan. Jenis kapur yang digunakan dapat berupa kapur sirih, kapur tohor, kapur
tembok dan kapur karbonat/kapur
giling. Pada
Tabel 1. berikut ini dicantumkan
dosis pengapuran kolam per ha.
Tabel 1. : Keperluan jumlah kapur per ha untuk
meningkatkan pH tanah menjadi 7
pH Tanah |
Kapur
Giling (kg) |
Kapur Tembok |
Kapur Sirih (kg) |
4,00 |
1690 |
1610 |
1130 |
4,50 |
1500 |
1430 |
1020 |
5,00 |
1130 |
1050 |
720 |
5,50 |
750 |
720 |
530 |
6,00 |
380 |
340 |
270 |
6,50 |
sedikit |
sedikit |
sedikit |
7,00 |
- |
- |
- |
Sumber : Demetra, E.M. System Soil Tester Tokyo,
Japan
dalam Petunjuk
Teknis Pengoperasian Unit Usaha Pembesaran Udang Galah.
5.
Sistem
Resirkulasi
Kolam Sistem resirkulasi adalah sistem air yang dipakai terus menerus
dengan memakai sistem filtrasi. Sistem ini memerlukan aliran air yang dapat
terkendali serta pompa untuk mengalirkan air tersebut. Ide utama dari sistem
ini adalah terus mendaur ulang air dengan bantuan sirkulasi pompa. Dengan
sistem filtrasi biologis dengan bantuan bakteri pengurai, filter mengurai
ammonia yang menjadi racun/polutan utama pada kolam, sehingga kualitas air
tetap terjaga di level yang diinginakan. Jadi sistem ini akan menghemat
penggunaan air dalam kegiatan budidaya. Air yang digunakan adalah sebatas pada
air dalam kolam dan air dalam bak filter. Tapi air juga perlu ditambahakan jika
terjadi penyusutan karena adanya kebocoran atau penguapan.
Resirkulasi
ini menjadi 2 macam, yaitu resikulasi penuh/tertutup dan resirkulasi
sebagian/semi tertutup.
1. Sistim
resirkulasi tertutup , sistim resirkulasi yang mendaur ulang 100% air (CRS)
2. Sistim
resirkulasi semi tertutup, sistim resirkulasi yang mendaur ulang sebagian air
buangan, sehingga masih membutuhkan penambahan air dari luar.
Komponen
dasar sistem resirkulasi akuakultur terdiri dari :
1. Bak
pemeliharaan ikan /tangki kultur (growing tank) yaitu tempat pemeliharaan ikan,
dapat dibuat dari plastik, logam, kayu, kaca, karet atau bahan lain yang dapat
menahan air, tidak bersifat korosif, dan tidak beracun bagi ikan.
2. Penyaring
partikulat (sump particulate) yang bertujuan untuk menyaring materi padat
terlarut agar tidak menyumbat biofilter atau mengkonsumsi suplai oksigen.
3. Biofilter
merupakan komponen utama dari sistem resirkulasi. Biofilter merupakan tempat
berlangsungnya proses biofiltrasi beberapa senyawa toksik seperti NH4 + dan
NO2-. Pada dasarnya, biofilter adalah tempat bakteri nitrifikasi tumbuh dan berkembang.
4. Penyuplai
oksigen (aerator) yang berfungsi untuk mempertahankan kadar oksigen terlarut
dalam air agar tetap tinggi.
5. Pompa
resirkulasi (water recirculation pump) yang berfungsi untuk mengarahkan aliran
air. Peralatan yang digunakan pada sistem ini relatif mudah ditemukan dan sudah
biasa digunakan, kecuali pompa air dan aerator.
Sistem kerja kolam resirkulasi
Secara umum sistem kerjanya, air dalam wadah pemeliharaan akan
diisi terus hingga batas selang atau pipa pembuangan, kemudian air yang
berlebihan akan keluar melalui selang/ pipa menuju gor/ talang pembuangan air
yang sudah disediakan. Air akan mengalir keluar menuju bak filter yang diisi
dengan bahan-bahan filter seperti zeolit dan bioball namun sebelumnya diberi
kapas filter untuk membuang partikel yang lebih besar. Hasil filterasi akan
menghasilkan air bersih yang akan dipompa masuk melalui pipa kesetian wadah
kolam/ akuarium budidaya kembali. begitu seterusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar