EFEKTIVITASPERENDAMANIKAN
LELE DUMBO ( Clarias garipenus) DALAM
LARUTAN DAUN KEMANGI TERHADAP INFEKSI Aeromonas
hydrophila
DISUSUN OLEH :
NINDA
RIZKIYANI ( 1005560321)
PROGRAM STUDI BUDIDAYA
PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN
UNVERSITAS PEKALONGAN
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ikan
lele dumbo (Clarias sp.) merupakan
jenis ikan air tawar yang banyak dibudidaya secara intensif di Indonesia. Ikan
ini lebih besar ukurannya dan lebih cepat tumbuhnya dibandingkan jenis ikan
local (Clarias batrachus) ataupun
ikan lele lainnya (Sri Lestari, 2005). Jenis ikan ini mudah dipelihara karena
tidak membutuhkan banyak air serta oksigen, sebab ia mempunyai alat pernafasan
tambahan berupa arborescent organ yang memungkinkannya mengambil oksigen
langsung dari udara. Ikan lele mampubereproduksi sepanjang tahun dengan
fekunditasnya tinggi.
Penyakit
ikan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kegagalan dalam usaha
budidaya ikan.Kerugian pada usaha budidaya ikan dapat disebabkan karena serangan
penyakit.kerugian tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas ikan bahkan
sampai kematian ikan sehingga harga jual
ikan munurun. Penyakit pada ikan dapat disebabkan akibat bakteri pathogen.90%
kematian benih ikan dapat disebabkan karena bakteri pathogen (Kabata, 1989
dalam Rizky Aprilia. 2010).
Penyakit yang menyerang ikan air
tawar yang utama adalah dari golongan bakteri.Beberapa penyakit bakterial yang
biasa menginfeksi adalah Aeromonas sp, Pseudomonas sp., Staphylococcus
sp. dan Streptococcus sp.(Austin dan Austin, 1999).Pemeliharaan ikan lele
dumbo sebagai ikan komoditas budidaya seringkali terkendala oleh penyakitMotile
Aeromonad Septicemia(MAS) yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas
hydrophila.
Penyakit MAS (Motile
Aeromonad Septicemia) adalah infeksi bakterial yang disebabkan oleh
Aeromonas hydrophila atau sering dikenal dengan penyakit bercak merah. Penyakit
ini disebabkan karena kondisi lingkungan, tekanan-tekanan, termasuk kepadatan
dalam populasi, temperatur tinggi, rendahnya oksigen terlarut, status nutrisi
yang kurang baik, infeksi parasit dan kontribusi perubahan fisiologis sering
kali dihubungkan dengan terjangkitnya penyakit ini (Hayes, 2000). Pada kondisi
lingkungan yang kurang baik, seperti Kandungan oksigen terlarut yang rendah dapat
menyebabkan penurunan nafsu makan sehingga pertumbuhan ikan terganggu dan daya
imun menurun akibatnya ikan akan mudah terserang penyakit.
B.
Identifikasi
Masalah
Penyakit pada
ikan lele dapat ditimbulkan oleh virus, jamur, bakteri, protozoa, dan cacing.
Salah satu bakteri yang menyerang ikan lele adalah Aeromonas hydrophyla. Serangan akibat patogen ini dapat menimbulkan
kematian. Berdasarakan penelitian, di Indonesia terjadi peningkatan serangan Aeromonas hydrophyla di kolam dari tahun
1999 hingga tahun 2001 dan menjadi penyebab kerugian terbesar dalam usaha
budidaya ikan (Irianto, 2003).
Penanggulangan penyakit yang disebabkan oleh Aeromonas
Hydrophila pada umumnya menggunakan antibiotik. Antibiotik yang umum digunakan
adalah Tetracyclien, Oxoclinic acid, Ertromycin, Slreptomycin,
Chloramephenicol. Antibiotik. Penggunaan antibiotik ini menujukkan hasil yang
baik akan tetapi terjadi peningkatan jumlah bakteri yang resisten terhadap
antibiotik tersebut. Salah satu alternatif Antibiotik Alami adalah dengan
menggunakan bahan-bahan alami dari tumbuhan yang mengandung senyawa
antimikroba, aman, dan telah dibuktikan kasiatnya yaitu Fitofarmarka.Salah
satu fitofarmarka adalah daun
kemangi.
C. Rumusan
Masalah
Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana
pengaruh perendaman ikan lele dumbo (Clarias garipenus) dalam ekstrak daun
kemangi terhadap aktivitas bakteri Aeromonas
hydrophila?
2. Berapa
kadar konsentrasi yang tepat pada pemberian daun kemangi untuk ikan lele dumbo
(Clarias garipenus) yang terinfeksiAeromonas hydrophila?
D.
Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1.
Pengaruh efektivitas
perendaman ikan lele dumbo (Clarias
garipenus)dalam daun kemangi
terhadap aktivitas bakteri Aeromonas hydrophila.
2.
Kadar konsentrasi yang
tepat pada pemberian daun kemangi untuk ikan lele dumbo (Clarias garipenus) yang terinfeksiAeromonas hydrophila.
E.
Manfaat
Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah
1.
Memberikan informasi kepada
masyarakat umum khususnya petani ikan lele tentang cara penanganan serangan
bakteri Aeromonas hydrophila pada
ikan lele menggunakan ekstraksi daun kemangi .
2.
Memberikan referensi bagi akademisi
mengenai manfaat daun kemangi dalam infeksi penyakit MAS pada ikan lele
sehingga dapat dijadikan sebagai bahan ajar.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Ikan
Lele Dumbo (Clarias sp.)
Klasifikasi ikan lele dumbo :
Kerajaan :Animalia
Filum :Chordata
Kelas :Actinopterygii
Ordo :Siluriformes
Famili :Clariidae
Genus :Clarias
Spesies : Clarias garipenus
(Suyanto,2002).
Lele dumbo merupakan satu jenis
hibrida ikan lele yang baru diintroduksikan ke Indonesia dari mancanegara yaitu
Taiwan. Ikan ini merupakan hasil kawin silang antara lele asli Taiwan Clarias
focusdengan lele Afrika Clarias mossambicus. Ikan ini mempunyai
sifat-sifat yang baik yaitu cepat pertumbuhannya dan dapat mencapai ukuran besar dalam waktu relatif
pendek (Suyanto,2002).
Menurut
Prihartono et al., (2003) menyatakan bahwa ikan lele dumbo memiliki berbagai
keunggulan dibanding lele lokal sehingga saat ini lele dumbo menjadi komoditas
yang sangat populer dan dapat mendatangkan keuntungan sangat besar. Beberapa
keunggulan itu antara lain: 1) tumbuh lebih cepat, 2) dapat mencapai ukuran
lebih besar, 3) lebih banyak kandungan telur dan 4) pakan tambahan dapat
bermacam-macam.
2.1.1
Morfologi
ikan lele Dumbo
Lele dumbo
memiliki bentuk tubuh panjang, agak bulat, kepala gepeng, tidak bersisik, mulut
besar, warna kelabu sampai hitam. Di sekitar mulut terdapat kumis yang dapat di
gerkan untuk meraba makanannya. Kulit lele dumbo berlendir tidak bersisik,
berwarna hitam pada bagian punggung dan bagian samping. Sirip punggung, sirip
ekor dan sirip dubur merupakan sirip tunggal sedangkan sirip perut dan sirip
dada merupakan sirip ganda. Pada sirip dada terdapat duri yang keras dan
runcing yang disebut patil. Patil lele dumbo tidak beacun (Suyanto,2002).
Gambar
1. Ikan lele dumbo
2.1.2
Habitat
dan Perilaku
Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin,
kecuali lele laut yang tergolong ke dalam marga dan suku yang berbeda .Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa,
telaga, waduk, sawah yang tergenang air.Bahkan ikan lele bisa hidup pada air
yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan.
Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari
makanan pada malam hari.Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung
di tempat-tempat gelap.Di alam, ikan lele memijah pada musim penghujan.
Mengenai pertumbuhan lele,walaupun biasanya lele lebih kecil daripada gurami
umumnya,namun ada beberapa jenis lele yang bisa mencapai panjang 1-1,5 m dan
beratnya bisa mencapai 2 kg,contohnya lele Wels dari Amerika
2.2 Aeromonas hydrophila
2.2.1
Klasifikasi
Aeromonas hydrophila
Kingdom :
Bacteria
Filum :
Proteobacteria
Kelas :
Zimobacteria
Ordo :
Aeromonadales
Family :
Vibrionaceae
Genus :
Aeromonas
Spesies :
Aeromonas hydrophila (Hotl et al ., 1994)
Gambar 3.Aeromonas hydrophila(Mycatfish.com,
2012)
2.2.2
Morfologi
dan sifat pewarnaan gram
Bakteri Aeromonas hydrophila merupakan suatu bakteri
berbentuk batang, gram negatif, motil/bergerak dengan flagella polar, yang pada
umumnya terdapat pada perairan dengan bahan organik yang tinggi.Bakteri gram
negatif adalah organisme yang tidak dapat menahan zat pewarna setelah dicuci
dengan alkohol 95% (Kabata, 1985). Dinding sel bakteri gram negatif
mengandung lebih sedikit peptidoglikan tetapi di luar lapisan peptidoglikan ada
struktur membran kedua yang tersusun dari protein, fosfolipida, dan
lipopolisakarida (Volk & Wheeler, 1988). Aeromonas hydrophila tidak hanya
mampu menyerang ikan mas, melainkan dapat juga menyerang hampir semua jenis
ikan air tawar, termasuk juga didalamnya ikan lele (Ariaty, 1991). Selain
menyerang ikan air tawar, bakteri A. hydrophila juga dapat menyerang manusia
(Hiroko dan Aoki, 1991 dalam Ambarita, 1992) yaitu yang bersifat
enterotoksigenik dan cukup potensial terhadap patogenitas di saluran pencernaan
manusia.Aeromonas hydrophila menghasilkan berbagai toksin ekstraseluler salah
satunya Aerolysin yang mungkin merupakan faktor virulen (Bernheimer &
Avigad, 1974).
Aeromonas hydrophila dikenal sebagai bakteri yang
bersifat oportunis, yaitu jarang menyerang pada ikan yang sehat tetapi dapat
menginfeksi pada saat system pertahanan tubuh ikan sedang menurun akibat
stess.Para Ahli akuakultur sepakat bahwa ikan dapat mengalami stres apabila
terkondisikan pada penanganan yang kurang baik, kepadatan yang terlalu tinggi,
transportasi dalam kondisi buruk, nutrisi yang tidak memadai dan kualitas air
yang buruk. Beberapa faktor kualits air yang dapat menyebabkan ikan rentan terserang
Aeromonas hydrophila antara lain tingginya kandungan nitrit, rendahnya
kandungan oksigen terlarut dalam air atau tingginya kandungan karbon dioksida
terlarut (Robert, 1992).
Penyakit yang disebabkan Aeromonas hydrophila dinamakan
penyakit Motile Aeromonas Septicemea (MAS) atau yang lebih dikenal dengan nama
penyakit bercak merah. Ikan lele yang terserang penyakit ini dapat menunjukkan
gejala antara lain kematian mendadak, kurangnya nafsu makan, gerakan berenang
yang tidak normal (berputar-putar diatas permukaan air), insang pucat,
pembengkakan tubuh atau luka-luka pada tubuh ikan dan pemborokan pada mata.
Aeromonas hydrophila termasuk bakteri Gram
negative yang mempunyai bentuk batang pendek / tongkat (Nugroho dkk., 1988), bergerak dengan bulu
cambuk / flagel, Aeromonas hydrophila bersifat motil, aerobik dan
fakultatif anaerobic, uji katalase positif, oksidase positif, fermentasi gula,
indol positif, hidrolisis gelatin dan produksi gas (Nabib et al., 1989). Mempunyai sifat merusak arginin,
tumbuh pada suhu 5 - 37°C dan tanpa NaCl, tidak tumbuh pada pH 9.
2.3
Tanaman
Kemangi
2.3.1
Klasifikasi Tanaman Kemangi (Ocimum sanctum Linn.)
Gambar 2. Kemangi
Taksonomi
dari kemangi yaitu:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Tubiflorae
Suku : Labiatae
Marga : Ocimum
Jenis : Ocimum sanctum L. (Syamsuhidayat
dan Hutapea, 1991)
2.3.2 Morfologi
dan Habitat Tanaman Kemangi
Morfologi tanaman kemangi yaitu merupakan tanaman herba
tegak atau semak, tajuk membulat, bercabang banyak, dan tingginya 0,3-1,5
meter. Daunnya tunggal, berhadapan, tangkai daun berukuran 0,25-3 cm, berbentuk
bulat telur – elip – memanjang dengan ujung meruncing atau tumpul, di kedua
permukaan berambut halus, tepi daun bergerigi lemah-bergelombang-rata. Susunan
bunganya majemuk berkarang atau tandan, terminal, dan panjangnya 2,5-14 cm (Sudarsono,
dkk., 2002).
Secara mikroskopis, pada
penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis atas terdiri dari satu
lapis sel kecil, bentuk empat persegi panjang, warna jernih, dinding tipis,
kutikula tipis dan licin. Epidermis bawah terdiri dari satu lapis sel kecil
bentuk empat persegi panjang warna jernih, dinding tipis, kutikula tipis dan
licin (Depkes RI, 1995).
2.3.3 Kandungan Kimia Daun Kemangi
Secara
umum bahan herbal dengan komponen aktifnya
dalam menghambat aktivitas mikroba melalui beberapa mekanisme antara
lain mengganggu senyawa penyusun dinding sel, meningkatkan permeabilitas
membran sel, menginaktifasi enzim metabolik dan merusak fungsi bahan genetik.
Senyawa antimikroba tersebut dapat melekat atau berdifusi ke dalam sel
menyebabkan perubahan berupa kerusakan ataupun kematian dari sel bakteri
tersebut.Perubahan tersebut meliputi perubahan morfologi, ultrastruktural,
ukuran, kebocoran membran sel, dan penampakan sitoplasma sel. Akan tetapi
keefektifan senyawa antimikroba dipengaruhi juga oleh senyawa antibakteri,
jenis bakteri dan besarnya konsentrasi senyawa yang digunakan.
Daun kemangi mempunyai beragam khasiat antara
lain: analgesik, antiamnesic
and nootropic, antihelmintik,
anti bakterial, anti katarak, anti fertilitas, anti hiperlipidemi, anti
inflamasi, anti lipidperoksidatif, anti oksidan, anti stress, anti thyroid,
antitusif, anti ulkus, kemoprotektif, imunomodulator, radioprotektif, aktivitas
hipoglikemik, aktivitas hipotensif, dan anti kanker (Dattani, 2008).
Daun kemangi mengandung tanin (4,6%), flavonoid,
steroid/triterpenoid, minyak atsiri (2%), asam heksauronat, pentosa, xilosa,
asam metil homoanisat, molludistin serta asam ursolat (Peter, 2002 dan Meyer, et
al., 1982). Komponen minyak atsiri Ocimum sanctum terdiri dari α-pinen, β-pinen, sabinen, mirsen, limonen, 1,8 sineol, Z-β-osimen, E-β-osimen, E-sabinenhidrat, E-α-bergamoten, β-kariofilen, E-β-farnesen, α-humulen, metilkavikol, α-terpineol, germakaran-D, β-bisabolen, α-bisabolen, eugenol (62%), metileugenol, α-bisabolol, eukaliptol, estragol, borneol, osimen,
geraniol, anetol, 10-kadinol, β-karofilen, α-terpinol, kamfora, 3-oktanon, safrol, seskuitujen,
linalool. Flavonoidnya terdiri dari flavon epigenin, luteolin,
flavon-O-glikosida apigenin 7-O-glukoronida, luteolin 7-O-glukoronida, flavon
C-glukosida orientin, vicenin, cirsilineol, cirsimaritin,isothymusin,
isothymonin (Sudarsono, dkk., 2002dan Depkes RI, 1995).
Minyak atsiri dan etanol pada daun kemangi ketika
bereaksi dengan air mampu mencegah pertumbuhan dan penyebaran bakteri. Asam
ursolatnya mampu meningkatkan imunodaster dan tissue protector. Kandungan
flavonoid mampu merusak sel bakteri melalui perbedaan kepolaran antara lipid
penyusun sel bakteri
Menurut penelitian di India, kandungan
utama kemangi adalah eugenol yang merupakan sumber potensial bahan terapeutik
yang terdapat pada beberapa bagian
tanaman kemangi seperti daun, batang dan bunga.Eugenol
adalah senyawa phenol dan merupakan unsur yang cukup besar dari ekstrak
berbagai bagian dari tumbuhan kemangi.Eugenol
mempunyai efek antiseptik dan bekerja dengan merusak membran sel, mengganggu
lapisan fosfolipid dari membran sel yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas
sehingga makromolekul dan ion dalam sel akan keluar, menyebabkan kerusakan
ataupun kematian dari sel tersebut.
Penelitian
menunjukkan eugenol memiliki efektifitas yang lebih baik terhadap bakteri gram
negatif dibanding pada bakteri gram positif.Hal ini berkaitan dengan ketebalan
dari dinding bakteri gram (-) yang memiliki 1-2 lapisan peptidoglikan,
dibandingkan dengan bakteri gram (+) yang memiliki sekitar 30 lapisan
peptidoglikan.Perbedaan ketebalan dinding sel ini membuat bahan aktif lebih
mudah menembus dinding sel bakteri gram (-).Disamping itu eugenol adalah
senyawa hidrofobik yang dengan mudah melewati dan merusak dinding sel bakteri
gram (-) yang memiliki konsentrasi lipid yang tinggi.
2.4
|
Kerangka Teori
Bagan 1. Kerangka teori penelitian
2.5 Kerangka Konsep
|
||||
Bagan
2. Kerangka konsep penelitian
2.6 Uraian prosedur
penelitian
Metode
yang digunakan adalah metode eksperimental di laboratorium.Metode eksperimental
adalah suatu usaha terencana untuk memperoleh fakta baru atau untuk memperkuat
teori baru maupun membantahhasil-hasil penelitian yang telah ada.Rancangan
penelitian yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yaitu dengan 5 perlakuan dengan 3 ulangan.
Perlakuan yang diberikan adalah perendaman ikan lele dumbo dalam larutan daun
kemangi selama 48 jam
pada konsentrasi 0 ; 500 ; 1000 ; 1500 ; 2000ppm.
2.6.1
Metode
perendaman
Ada beberapa cara yang digunakan
dalam pengobatan ikan yang Sakit, salah satunya adalah metode perendaman.
Metode perendaman cukup efektif dalam mengobati penyakit ikan kerena larutan
dapat meresap ke dalam ginjal, kulit, insang dan hati (Riki, 2008).
Metode
perendaman dilakukan dengan melakukan pengenceran ekstrak daun kemangi untuk
berbagai dosis sesuai dengan perlakuan yang ditetapkan. Setelah didapat larutan
dosis yang sesuai dengan perlakuan makaikan dumbo direndam pada larutan
ekstraksi dengan kepadatan 10 ekor per literselama 48jam . Dosis perlakuan adalah 0 ;500 ; 1000 ; 1500 : 2000 ppm. Dosis inimengikuti
pendekatan pada penelitian adam 2012
untuk mengendalikanpenyakit Aeromonas hydrophila pada ikan mas koki.
2.7
Analisis
data
Analisis
data yang dilakukan berdasarkan percobaan diatas adalah :
1. Kelangsungan
hidup atau Survival Rate diperoleh
data dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus :
SR = Nt x 100%
No
Keterangan :
Nt = Jumlah ikan yang hidup pada awal
(ekor)
No = Jumlah ikan yang hiduppada akhir
(ekor)
2. Data
SurvivalRate dimasukkan kedalam
tabulasi, kemudian dilakukan uji hipotesis dengan analisa ragam (ANOVA). Hipotesis yang digunakan adalah :
H0 : Perendaman ekstrak
daun kemangi dengan konsentrasi berbeda, tidak
berpengaruh nyata terhadap ikan lele
dumbo (Clarias garipenus) yang
terinfeksiAeromonas hydrophila.
H1: Perendaman ekstrak
daun kemangi dengan konsentrasi berbeda, berpengaruh nyata terhadap ikan lele dumbo (Clarias garipenus) yang terinfeksiAeromonas hydrohila.
BAB III
METODE DAN MATERI
3.1
Tempat Dan Waktu
3.1.1 Tempat
Penelitian ini akan
dilaksanakan di 3 tempat. Tempat menginokulasikan bakteri Aeromonas hydrophila
akan dilaksanakan di Laboratorium Penjamin Produk dan Mutu Hasil Perikanan
(LPPMHP) kota pekalongan. Laboratorium Basah Fakultas Perikanan Universitas
Pekalongan akan dijadikan tempat pemeliharaan ikan lele. Uji histopatologis
akan dilakukan diLaboratorium Biologi Universitas Pekalongan.
3.1.2 Waktu
Pelaksanaan
penelitian ini akan dilaksanakan dari tanggal 2 Desember – 29 Desember 2013.
3.2
Bahan Dan Alat
3.2.1 Bahan
Bahan ayang digunakan antara lainIkan
lele yang berasal dari sentra budidaya ikan lele di Balai Benih Ikan Karang
anyar, Kab. Pekalongan. Bobot ikan terpilih adalah 53,61 ± 1.36 gr dan
diadaptasikan terhadap pakan dan lingkungan selama tiga hari sebelum digunakan
penelitian. Padat tebar tiap akuarium (50x35x45 cm) adalah sepuluh
ekor dan pakan diberikan dua kali sehari.Selama penelitian berlangsung,
kualitas lingkungan dijaga dalam kisaran optimal untuk kehidupan ikan lele.Biakan
bakteri Aeromonas hydrophila berasal BBPAT
Sukabumi.Daun kemangi sebagai bahan herbal untuk pengobatan penyakit, alkohol
dan aquadest steril untuk mencuci preparat dan pengenceran. Bahan kimia seperti
xylol,parafin,hematoksilin dan eosin untuk uji histopatologis ikan.
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 1.
Tabel 1. Alat yang digunakan
dalam penelitian
No
|
Alat
|
Jumlah
|
Fungsi
|
1.
|
Aquarium (50x35x45cm)
|
15
|
Tempat pemeliharaan ikan
|
2.
|
Selang aerasi
|
1
|
Pengambilan udara
|
3.
|
Batu aerasi
|
155
|
Pengeluaran udara
|
4.
|
Selang sipon
|
5
|
Untuk menyipon
|
5.
|
Timbangan elektrik
|
1
|
Menimbang pakan
|
6.
|
Plastik
|
Tak terbatas
|
Wadah pakan
|
7.
|
Toples
|
15
|
Wadah pakan
|
8.
|
DO meter
|
1
|
Mengukur oksigen terlarut dalam air
|
9.
|
pH meter
|
1
|
Mengukur pH air
|
10.
|
Termometer
|
1
|
Mengukur suhu air
|
11.
|
Jarum suntik
|
6
|
Menyuntikan baketri dalam tubuh ikan
|
12
|
Selang
|
1
|
Pengeluaran air dalam pengisian air diaquarium
|
13
|
Blower
|
1
|
Pengeluarn udara
|
14
|
Cawan petri
|
4
|
Tempat inokulan
|
15
|
Jarum ose
|
6
|
Pengambilan bakteri
|
16
|
Inkubator
|
1
|
Penginkubasian bakteri
|
17
|
Freezer
|
1
|
Tempat menyimpan bakteri
|
18
|
Spektofotometer
|
1
|
Menghitung kepadatan Aeromonas hydrophila
|
19
|
Sarung tangan
|
2
|
Melindungi tangan
|
20
|
Masker
|
2
|
Menutup hidung dan mulut
|
21
|
Jas laboratorium
|
1
|
Melindungi tubuh dari kontak langsung dengan bakteri
|
22
|
Tampah
|
3
|
Wadah pengeringan daun kemangi
|
23
|
Blender
|
1
|
Menghaluskan daun kemangi
|
24
|
Gelas ukur
|
4
|
Mengukur volume air dan ektrak daun kemangi
|
25
|
Kain lap
|
3
|
Membersihkan tangan maupun meja kerja
|
26
|
Seser ikan
|
4
|
Mengambil ikan uji
|
27
|
Mikroskop
|
2
|
Pengujian histopatologi ikan
|
28
|
Alat bedah
|
6
|
Membedah ikan
|
29
|
Lup
|
2
|
Mempermudah pembesaran bagian tubuh ikan
|
30
|
Hot plates
|
1
|
Menghomogenkan ektraksi kemangi
|
31
|
Magnet strir
|
1
|
Mengaduk ekstraksi daun kemangi
|
32
|
Alat tulis
|
1
|
Mencatat hasil penelitian
|
33
|
Kamera
|
1
|
Memotret hasil penelitian
|
3.3
Metode Penelitian
3.3.1
Rancangan Percobaan
Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimental. penelitian eksperimen dapat dikatakan
sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiono : 2010).Rancangan
percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima
perlakuan dan tiga ulangan. Model percobaan yang digunakan dalam penelitian ini
mengikuti rumus Steel dan Torrie (1991) yaitu :
Yij = ì + ói + åij
Keterangan :
Yij = Data hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan
ulangan ke-j
ì = Nilai tengah dari pengamatan
ói = Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i
åij = Pengaruh galat hasil percobaan pada perlakuan
ke-i dan ulangan ke-j
3.3.2
Rancangan Perlakuan
Penelitian dilaksanakan
dalam skala laboratorium dengan pengambilan data melalui pengamatan dan
pencatatan langsung terhadap objek yang diteliti(Hadi, 1997). Rancangan
penelitian yang digunakan adalah Rancangan acak Lengkap (RAL) yaitu lima
perlakuan dengan tiga kali ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah
A : Perendaman ikan
lele dalam larutan daun kemangi dengan konsentrasi 0 ppm
B : Perendaman ikan
lele dalam larutan daun kemangi dengan konsentrasi 500 ppm
C : Perendaman ikan
lele dalam larutan daun kemangi dengan konsentrasi 1000ppm
D: Perendaman ikan
lele dalam larutan daun kemangi dengan konsentrasi 1500 ppm
E : Perendaman ikan
lele dalam larutan daun kemangi dengan konsentrasi o 2000 ppm
Perlakuan yang diberikan adalah perendaman ikan lele
dumbo dalam larutan daun kemangi selama 48 jam. Konsentrasi yang digunakan
dalam penelitian didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh adam haryani
tahun 2012.
3.4 Metode Kerja
3.4.1
Tahap Persiapan
Pada tahap
persiapan digunakan untuk menyiapkan alat penelitian. Beberapa alat seperti
aquarium, selang, selang sifon dan batu aerasi dicucui bersih dan dikeringkan
selama 2 hari.
3.4.2
Tahap Penginokulasian Bakteri Aeromonas
hydrophila
Bakteri Aeromonas hydrophila didatangkan dariPBBAT
Sukabumi disimpan di LPPMHP Kota
Pekalongan untuk selanjutnya dilakukan pembiakan dalam media TSP. Kepadatan bakteri
A. hydrophila 105 CFU/ml.
3.4.3Tahap
Penyuntikan Ikan Lele Dengan Bakteri Aeromonas
hydrophila
Penyuntikan ikan
lele dilakukan secara intramuscular dengan jumlah bakteri A. hydrophila 105 CFU/ml.
3.4.4
Tahap Pembuatan larutan Daun Kemangi
Pembuatan larutan
daun kemangi menggunakan beberapa tahap yaitu pencucian daun kemangi. Daun
kemangi yang digunakan adalah daun kemangi yang masih segar. Setelah proses
pemetikan daun kemangi dicuci menggunakan air yang mengalir agar kotoran yang
menempel hilang. Setelah proses pencucian, daun kemangi diangin-anginkan agar
air yang melekat dapat kering. Proses selanjutnya adalah pengguntingan daun
kemangi dan penimbangan berat kasar setelah itu daun kemangi diblender serta
ditimbang sesuai dengan dosis yang dibutuhkan. Daun yang telah ditimbang sesuai
dosis dilarutkan dalam aquadest sebanyak 250ml dan dihomogenkan menggunakan hot
plates dan magnetic stir selama 15 menit kemudian diendapkan 5 menit. Larutan
daun kemangi siap digunakan.
3.4.5
Tahap Pemeliharaan
Ikan lele
dipelihara dalam aquarium ukuran 50x35x45 cm dengan kepadatan 10 ekor/aquarium
hal ini sesuai dengan sukenda, 2008. Ikan direndam dalam larutan daun kemangi
selama 48 jam. Selama masa perendaman ikan lele diberi makan berupa pelet
komersial dengna kadar ptotein 35% dan prosentase pemberian nya 3% dari berat
total tubu hari.Pakan diberikan 2 x sehari yaitu pagi dan sore. Pada tahap ini
akan dilakuan uji kualitas air yang diukur 2 x yaitu awal penelitian dan akhir
penelitian. Pengukuran uji kualitas air meliputi pH, DO, dan suhu.
3.4.5
Tahap Pengamatan
Ikan dipelihara
selama 14 haridengan perendaman dalam air daun kemangi selama 48 jam. Awalnya
ikan dipelihara dalam aquarium dengan air tanpa campuran daun kemangi stelah
ikan menunjukkan gejala adanya serangan ikan dipindahkan dalam aquarium yang
telah diisi larutan daun kemangi dengan dosis yang berbeda-beda. Parameter yang
akan diamati adalah kelangsungan hidup ikan, gejala klinis, uji histopatologis
hati dam ginjal dan kulaitas air.
Jadwal penelitian
disajikan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 2. Jadwal
Penelitian
No
|
Tahapan
|
Minggu ke -
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Persiapan Alat Dan Bahan
|
|
|
|
|
2.
|
Penginokulasian Aeromonas
hydrophila
|
|
|
|
|
3.
|
Penyuntikan Bakteri kedalam Tubuh Ikan Lele
|
|
|
|
|
4.
|
Pembuatan Larutan Daun Kemangi
|
|
|
|
|
5.
|
Pemeliharaan ikan dalam aquarium
|
|
|
|
|
6.
|
Perendaman dalam larutan daun kemangi
|
|
|
|
|
5.
|
Pengamatan
|
|
|
|
|
|
1.
Uji gejala klinis
|
|
|
|
|
|
2.
Histopatologis
hati dan ginjal ikan
|
|
|
|
|
|
3.
Kualitas air
|
|
|
|
|
3.5 Metode
Sampling
Sampling dilakukan 2 x, setelah disuntik Aeromonas hydrophila dan pasca
perendaman larutan daun kemangi. Gejala klinis diamati setelah proses
penyuntikan bakteri dengan melihat secara langsung tingkah laku ikan di
masing-masing aquarium. Pengukuran kualitas air dilakukan pada awal
pemeliharaan dan akhir dengan mengukur kualitas air di masing-masing aquarium
percobaan. Uji histopatologis dilakukan pada awal penyuntikan bakteri dan
setelah perendaman dengan daun kemangi. Pada uji ini, pengamatan dilakukan
dengan pengambilan sampel ikan disetiap aquarium 3 ekor (sukenda, 2008).
Kelangsungan hidup ikan dihitung dengan membandingkan jumlah awal ikan dan
akhir (sisa ikan).
3.6 Metode
Pengumpulan data
3.6.1 Kelangsungan hidup
Kelangsungan hidup atau Survival Rate diperoleh data dari hasil
perhitungan dengan menggunakan rumus :
SR = Nt x 100%
No
Keterangan :
Nt = Jumlah ikan yang hidup pada awal
(ekor)
No = Jumlah ikan yang hiduppada akhir
(ekor)
3.6.2 Gejala
Klinis
Pengamatan gejala klinis dilakukan dengan mengamati luka
dan tingkah laku ikan lele akibat infeksi bakteri Aeromonas hydrophila dan setelah proses perendaman dengan larutan
daun kemangi.
3.6.3 Uj
Histopatologis Hati dan Ginjal
Uji histopatologis diamati 2 x, setelah penyuntikan
dengan Aeromonas hydrophila dan
perendaman larutan daun kemangi. Uji histopatologis dilakukan dengan
pengambilan sampel darah dan ginjal ikan uji kemudian dilakukan pengamatan
dibawah mikroskop .untuk 1 aquarium percobaan diambil 3 sampel ikan uji.
3.6.4 Kualitas
Air
Kualitas air pada masa penelitian harus dibuat optimum
agar kematian ikan karena faktor kualitas air dapat dihindari. Pengukuran
kualitas air yang diamati adalah suhu, DO dan pH. Pengukuran dilakukan 2x yaitu
pada awal penelitian dan akhir penelitian.
3.8 Metode
Analisis Data
Data dianalisis menggunakan Analysis Of Variance
(ANOVA). Kemudian dilakukan uji lanjut Duncandengan
tarap kepercayaan 5% (Gasperz, 1991) dan uji regresi. Data gejala klinis dan
histopatologis dianalisis secara deskriptif. Uji kualitas air dikaitakn dengan
rujukan pustaka.
DAFTAR
PUSTAKA
Angka, S.L, B.P. Priosoeryanto,
B.W. Lay dan E. Harris. 2004. Penyakit Motile Aeromonas Septicaemia pada
ikan lele dumbo.Forum Pascasarjana.Institut Pertanian Bogor. Bogor
Alamendah. 2009. Klasifikasi Dan Jenis Ikan Lele.
http://alamendah.wordpress.com/2009/09/21/klasifikasi-dan-jenis-ikan-lele/
Diakses 30 Desember 2012.
Aprianto, 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius.
Jakarta
Cipriano R.C, G.L
Bullock, S.W Pyle. 1984. Aeromonas
hydrophila and Motile Aeromonad Septicemias of fish. Fish Diseases Leaflet 68,
US. Fish and Wildlife Service. West Virginia. p20-23.
Dellman, H.D. dan
Brown, E.M. 1989. Buku teks histologi
veteriner. I. Hartono (penerjemah). UI. Press. Jakarta.
Effendi, M.I. 1979.
Metode biologi perikanan. Yayasan
Dewi Sri. Bogor. 128 hlm.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi ikan. Dasar Penyembangan Teknologi
Perikanan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Kabata Z. 1985. Parasites and disease of fish cultured in
the tropics. Taylor and Francis Press, London and Philadelphia. 318p.
Gasperz,V. 1991. Metode Perancangan Percobaan Untuk Ilmu –
Ilmu Pertanian Dan Ilmu Tekhnik Biologi. CV Armico : Bandung.
Hadi, S. 1997. Pengantar Ilmu Statistik Jilid I. Penerbit UGM. Yogyakarta
Haryani Adam., R Grandiosa, I.D Buwono, dan Aya. 2012. Uji Efektivitas Penggunaan Daun Pepaya
(Carica papaya) Untuk Pengobatan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan
mas koki (Carassius auratus). Jurnal akuakultur Indonesia
Nabib, R dan Pasaribu FH. 1989. Patologi dan penyakit ikan. Bogor : Pusat Antar Universitas.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sudjana, 1980. Desain dan Analisa Eksperimen. Edisi
III. Penerbit Tarsito : Bandung
Sugiyono, Dr. 2010. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D, Penerbit Alfabeta
Syamsuhidayat dan Hutapea,
1991. Tanaman Herbal
Sebagai Fitofarmaka. Kanisius : Yogyakarta
Stickney,
R.R 1993. Principle of warm Water
aquaculture.A Wiley.Interscience Publication.John and Sons.USA, 130p.
Sukenda, Y.T. Trianggoro, D. Wahyuningrum dan Rahman.
2008. Penggunaan kitosan untuk pencegahan
infeksi Aeromonas hydrophila pada ikan
lele Clarias sp. Jurnal Akuakultur Indonesia, 6 (2): 205-209.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar