PENGELOLAAN
KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN
|
K
Kualitas air
berhubungan erat dengan kandungan bahan terlarut di dalamnya. Tingkat
kandungan dari bahan tersebut akan menentukan kelayakannya. Setiap mahluk hidup
memerlukan kandungan bahan terlarut yang berbeda, sehingga kualitas airpun
bersifat relatif bagi satu mahluk hidup dengan mahluk hidup yang
lain
Sebagai parameter untuk
pemeliharaan atau budidaya ikan adalah karakteristik fisik dan kimia air.
Karakteristik fisik dan kimia air ini sangat mendasar dan sangat berpengaruh
pada ikan. Adapun karakteristik tersebut meliputi keasaman (pH), suhu,
kekerasan (dH), salinitas, CO2 terlarut, O2 terlarut, karakteristik
ini menjadi parameter yang menunjukkan keadaan kualitas air yang sesuangguhnya.
Ø Keasaman
(pH)
Nilai keasaman (pH)
merupakan indikasi atau tanda kalau air bersifat asam, basa (alkali) atau
netral. Keasaman sangat menentukan kualitas air karena juga sangat menentukan
proses kimiawi dalam air. Hubungan keasaman air dengan kehidupan ikan sangat
besar. Titik kematian ikan pada pH asam adalah 4 dan pada pH basa adalah 11.
Ikan air tawar kebanyakan akan hidup baik pada kisaran pH sedikit asam sampai
netral, yaitu 6,5 – 7,5.
Ø Suhu
Konsumsi oksigen dan
fisiologi tubuh ikan akan mengalami kerusakan sehingga ikan akan sakit. Suhu
yang terlalu rendah akan mengurangi imunitas (kekebalan tubuh) ikan, sedangkan
suhu yang terlalu tinggi akan mempercepat ikan terkena
infeksi bakteri.
Ø Salinitas
Salinitas atau kadar
garam merupakan jumlah total material terlarut
dalam air. Umumnya salinitas dihitung dengan satuan ppt (part per thousand),
yaitu gram material terlarut per liter air.
Berdasarkan salinitas,
badan air dapat dibedakan dalam tiga katagori, yaitu air tawar (0-3 ppt), air
laut (lebih dari 20 ppt) dan air payau (4-20 ppt).
Pengaruh salinitas pada
ikan terjadi dalam proses osmoregulasi.
Ø O2
terlarut
Gas oksigen larut dalam
air, tetapi tidak bereaksi dengan air. Keberadaan oksigen dalam air dibanding
di udara sangat berbeda, yaitu jauh lebih banyak di udara karena mencapai
hampir dua puluh kali. Oleh karena itu, kehidupan di air, termasuk ikan sangat
membutuhkan cara atau kreativitas agar kebutuhan oksigen terpenuhi.
Kebutuhan oksigen untuk
setiap jenis ikan sangat berbeda karena perbedaan sel darahnya. Ikan yang gesit
umumnya lebih banyak membutuhkan oksigen. Sementara ikan labirintisiseperti
lele, catfish dan gurame yang dapat mengambil oksigen langsung dari udara
tentunya kadar oksigen dalam air tidak terlalu berpengaruh pada kehidupannya.
Secara teori, kadar oksigen terendah agar ikan bisa hidup dengan baik adalah
lebih dari 5 mg/l.
A.
Manfaat Air
Dari segi ilmu fisika,
air adalah tempat hidup yang menyediakan ruang gerak bagi ikan atau udang. Dari
segi ilmu kimia, air berfungsi sebagai pembawa unsur-unsur hara, vitamin maupun
gas-gas terlarut lainnya. Dari segi biologi, air berperan sebagai sarana yang
baik untuk aktifitas biologis dan pembentukan serta penguraian bahan organic
B.
Cara Pengelolaan Kualitas Air
Jika anda kaji lebih
lanjut lagi, anda mungkin bertanya-tanya. Kenapa kualitas air perlu dikontrol?
Jawaban yang sesuai dengan pengetahuan penulis bahwa kualitas air perlu
dikontrol karena kualitas air perlu terjaga dari parameter kimia, fisika,
maupun biologi. Hal ini dilakukan untuk memberikan kenyamanan bagi kultivan
agar sesuai dengan kehidupannya dialam.
Pengelolaan air sendiri
dapat dilakukan 3 sistem yaitu sistem water exchange (pergantian air), resirculation
(resirkulasi/ filter berada diluar wadah), dan double bottom filter
(filter berada didalam wadah). Ketiga sistem pengelolaan air tersebut
memiliki tingkatan hasil yang berbeda terhadap kualitas air, sesuai
dengan sesuai hasil yang didapatkan bahwa kualitas air yang didapatkan
berturut-turut dari yang baik yaitu double bottom filter, resirculation, &
water exchange. Saat ini yang saya ketahui sistem pengelolaan air tersebut
merupakan upaya pengontrolan kualitas air terbaik yang ada
1)
sistem water exchange (pergantian
air)
Sistem pengelolaan air
water exchange merupakan upaya pengontrolan kualitas air yang paling mudah
dibandingkan dengan ketiga sistem pengelolaan air diatas, meskipun mendapatkan
kualitas air yang rendah dibanding kedua sistem pengelolaan air lainnya.
Water exchange sendiri
sering diketahui dengan bahasa "pergantian air", pergantian air
dilakukan yaitu upaya untuk menstabilkan kualitas air yang berada dalam wadah.
Karena air akan sangat berpengaruh terhadap kultiva, pendapat yang diungkapkan
Boyd (1990), bahwa pergantian air berpengaruh terhadap kualitas air media
pemeliharaan, terutama oksigen dan akumulasi racun sisa metabolisme. Oksigen
yang semakin berkurang dapat ditingkatkan dengan pergantian air dan pemberian
aerasi
2)
Resirkulation/Resirkulasi
Pada budidaya ikan, air
dengan cepat menjadi kaya nutrisi karena ikan mencerna makanan mereka dan
akhirnya menjadi limbah dalam air. Air limbah biasanya disaring atau dibuang
untuk menjaga tangki air (kolam) bebas dari racun. Pada tingkat penebaran ikan yang
tinggi air juga dapat menjadi cepat tercemar dan membuat konsentrasi amoniak
menjadi tinggi.
Sistem resirkulasi dalam
budidaya akuaponik ikan sidat, air limbah budidaya ikan merupakan sumber
makanan bagi tanaman untuk tumbuh. Akar tanaman menjadi sebuah filter alami
bagi air. Hal ini menciptakan ekosistem mini dimana tanaman dan ikan dapat
berkembang secara bersamaan.
Sistem resirkulasi
budidaya akuaponik ikan sidat merupakan jawaban ideal bagi pembudidaya ikan
untuk memanfaatkan air yang kaya nutrisi dan juga bagi petani tanaman
hidroponik yang membutuhkan air yang kaya akan nutrisi. Pemakaian air budidaya
ikan lebih efesien, akuaponik menggunakan tanaman dan media tanam dimana media
tersebut bekerja untuk membersihkan dan memurnikan air, yang selanjutnya
dikembalikan ke kolam ikan.
Air ini dapat
digunakan kembali tanpa batas waktu dan hanya akan perlu diganti bila hilang
melalui transpirasi dan penguapan
1)Pengendapan Air
2) Penyaringan Air
3)
Double Bottom Filter
Sistem pergantian air
yang ketiga, adalah “Double Bottom Filter” atau bisa dikatan sistem resirkulasi
yang ada didalam media. menyatakan bahwa komponen sistem resirkulasi
adalah filter mekanik, filter biologi, filter kimia. Salah satu bentuk sistem
resirkulasi sederhana ialah double bottom filter.
Filter fisik berguna
untuk menyaring kotoran ataupun partikel yang terdapat dalam media budidaya.
Filter biologi berfungsi untuk menguraikan amoniak dan nitrogen dengan bantuan
nitro bakteri (Nitrosomonas dan Nitrobacter sp), proses ini memerlukan waktu
sekitar 10 - 15 hari setelah sistem diisi air dan mulai beroperasi.
Bakteri
Nitrosomonas mengubah amoniak menjadi nitrit dan Nitrobacter sp mengubah nitrit
menjadi nitrat yang tidak berbahaya. Menurut Spotte (1970), bahwa filter
kimiawi dilakukan oleh zeolit dengan metode pertukaran ion yang terjadi pada
permukaan zeolit, yaitu ion bebas yang terdapat dalam air diikat oleh zeolit.
Pada sistem double bottom filter, filter fisik, biologi dan kimia dilakukan oleh
zeolit dengan bantuan tekanan udara yang masuk dari aerasi.
mari gabung bersama kami di Aj0QQ*com x-)
BalasHapusBONUS CASHBACK 0.3% setiap senin
BONUS REFERAL 20% seumur hidup. ;-)