Mapel : Teknik Pengembangiakan Komoditas Perikanan air Tawar
Kelas : XII APAT
KD : 3.12 Menganalisis pemeliharaan larva komoditas perikanan di bak, aquarium
dan fiber glass
IPK : 3.12.1. Menganalisis sifat dan
karakteristik larva ikan
3.12.2. Mengamati tahapan perkembangan larva ikan
SIFAT DAN KARAKTERISTIK LARVA IKAN
A. Deskripsi
Kompetensi pemeliharaan larva ikan membahas tentang
Penanganan larva sesuai sifat dan
karakter jenis ikan, Tahapan perkembangan larva, Perhitungan padat tebar larva, Pengelolaan pakan larva, Ukuran pakan larva, Nutrisi
pakan larva, Jenis jenis pakan larva,
Feeding rate, feeding frekuensi dan feeding
time, Feed Conversion Rate, Laju pertumbuhan larva, Pengelolaan media pemeliharaan larva, Sanitasi wadah, Pengelolaan kualitas
air, Pengukuran parameter
kualitas air, Pengendalian hama penyakit dan Teknik pemanenan larva
B. Kegiatan Belajar
1. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari kompetensi pemeliharaan larva ikan, anda akan memahami :
a.
Penanganan larva sesuai
sifat dan karakter
jenis ikan
b.
Tahapan perkembangan larva
c.
Perhitungan padat tebar
larva
d.
Pengelolaan pakan larva
e.
Laju pertumbuhan larva
f.
Pengelolaan media pemeliharaan larva
g.
Pengelolaan kualitas air
h.
Pengendalian hama penyakit
2. Uraian Materi
Sekarang anda sedang memiliki mahluk yang paling sensitif
terhadap lingkungan dan perlu
mendapatkan perhatian yang serius yaitu larva ikan. Seperti halnya mahluk yang baru, larva ikan membutuhkan tempat dan lingkungan yang nyaman sesuai
dengan kebutuhannya. Larva mahluk yang masih lemah untuk
menhadapi dunia luar termasuk
perubahan kualitas air, predator, hama, penyakit. Selain itu anda harus memperhatikan ketersediaan makan karena larva tersebut belum mampu atau belum
tahu cara mengambil makannya. Selain itu larva belum memiliki organ yang lengkap seperti halnya ikan dewasa. Larva akan selalu mengalami perkembangan organ baik morfologi
maupun anatominya sampai larva tersebut
memiliki organ yang sama dengan organ ikan dewasa. Agar anda dapat memelihara larva ikan dengan baik anda harus memahami
sifat dan karakter
larva mulai dari menetas berikut
perkembangan organ-organnya. Oleh sebab itu anda harus mempelajari uraian
materi ini dengan seksama.
Siklus larva merupakan siklus yang paling kritis, terutama
sangat rentan terhadap serangan penyakit
dan perubahan lingkungan. Untuk menghindari terjangkitnya penyakit, maka wadah pemeliharaan larva harus dibersihkan dan
disanitasi terlebih dahulu. Sanitasi
wadah dilakukan dengan tujuan untuk menghindari terjangkitnya penyakit selama pemeliharaan, karena wadah
pemeliharaan yang sebelumnya telah digunakan untuk proses pemeliharaan larva merupakan sarana utama masuknya
penyakit pada wadah pemeliharaan. Dengan sanitasi maka hama dan penyakit
yang menempel pada permukaan dan dinding bak akan mati dan hilang sehingga kemungkinan terjangkitnya penyakit akan lebih kecil.
Proses sanitasi wadah yang umum dilakukan adalah dengan menyikat
seluruh permukaan dan dinding wadah menggunakan deterjen
atau bahan lain sampai kotoran yang menempel bersih. Setelah itu,
dilakukan pembilasan wadah dengan menggunakan air tawar untuk menghilangkan sisa deterjen yang menempel dan menghilangkan bau dari bahan tersebut. Proses sanitasi ini dilanjutkan dengan pengeringan
wadah selama 2 – 3 hari. Pengeringan atau penjemuran ini dilakukan untuk menguapkan air sisa pembilasan, sehingga wadah benar-benar kering dan tidak berbau bahan sanitasi. Melalui
pengeringan atau penjemuran wadah tersebut, dapat mematikan siklus hidup penyakit
yang masih menempel atau tersisa.
Larva (Latin: larvae)
adalah bentuk muda (juvenile) hewan yang perkembangannya melalui metamorfosis. Sebagian besar perkembangan morfologi
larva ikan yang baru menetas adalah
mulut belum terbuka, cadangan kuning telur dan butiran minyak masih sempurna dan larva yang baru menetas
bersifat pasif. Hari ke dua mulut mulai terbuka.
Selanjutnya benih mulai berusaha. Selanjutnya memasuki hari ke tiga, larva ikan mulai mencari makan, pada saat
tersebut cadangan kuning telurnya pun telah menipis yaitu
tinggal 25 – 30% dari volume
awal.
Morfologi larva Sistem Pencernaan Larva
A
= umur 2 hari, B = umur 4 hari, C
= umur 6 hari, D = umur 12 hari, E = umur 22 hari
Gambar 1. Perkembangan Larva Ikan
Padat penebaran larva pada saat pemeliharaan, sangat tergantung pada daya dukung kolam. Daya dukung kolam meliputi
kualitas air dan ketersediaan pakan. Dengan
demikian padat penebaran pada setiap lokasi akan berbeda. Menurut SNI, padat penebaran larva
/ benih ikan lele adalah:
·
Padat tebar larva ( usia 0-1 minggu,
ukuran1-2 cm : 2000 ekor / liter air
·
Padat tebar larva ( usia 1-2 minggu,
ukuran 2-3 cm : 1000 ekor / liter
air
·
Padat tebar larva ( usia 2-3 minggu,
ukuran 3-4 cm : 500 ekor / liter air
·
Padat tebar larva ( usia 3-4 minggu,
ukuran 4-5 cm : 200 ekor / liter air
·
Padat tebar larva ( usia 4-5 minggu,
ukuran 5-6 cm : 100 ekor / liter
air
·
Padat tebar larva ( usia 5-6 minggu,
ukuran 6-7 cm : 75 ekor / liter air
·
Padat tebar larva ( usia 7-8 minggu,
ukuran 7-8 cm : 50 ekor / liter air
a.
Perkembangan Larva Ikan
Fase larva memiliki
perkembangan anatomi dan morfologi yang lebih cepat dibandingkan dengan ikan yang lebih dewasa.
Sebagian besar perkembangan larva ikan yang baru menetas
adalah mulut belum terbuka, cadangan
kuning telur dan butiran minyak masih sempurna dan larva yang baru menetas bersifat pasif. Hari ke dua
mulut mulai terbuka. Selanjutnya memasuki
hari ke tiga, larva ikan mulai mencari makan, pada saat tersebut cadangan kuning telurnya pun telah
menipis yaitu tinggal 25 – 30% dari volume awal.
Telur ikan yang baru menetas
dinamakan larva, tubuhnya
belum sempurna baik organ luar maupun organ dalamnya. Larva akan terus berkembang untuk menyempurnakan bentuk dan fungsi dari masing-
masing organ. Perkembangan larva secara garis besar dapat dibagi menjadi
dua tahap, yaitu :
Prolarva, larva yang masih memiliki kuning telur, tubuhnya
transparent dengan beberpa butir
pigmen yang fungsinya belum diketahui. Sirip dada dan ekor sudah ada tetapi bentuknya belum sempurna. Kebanyakan prolarva yang baru keluar dari cangkangnya tidak memiliki sirip perut yang nyata melainkan
berupa tonjolan saja. Mulut dan rahang belum berkembang dan ususnya masih merupakan tabung yang lurus. Sistem
pernafasan dan peredaran darah belum sempurna. Makanan diperoleh dari cadangan kuning telur yang belum habis diserap. Pergerakan
larva ikan yang baru menetas relative
sedikit, sehingga masih mudah terbawa arus. Perkembangan prolarva sangat cepat sehingga morfologi
dan proporsi bagian tubuhnya cepat berubah.
1 2 3
Gambar 15. Macam macam Ukuran Kuning
Telur Ikan fase prolarva.
1 Larva Ikan Mas, 2
Ikan Gurame, 3 Ikan Arwana
Post larva, masa larva dari hilangnya cadangan
kuning telur hingga terbentuknya organ-organ baru atau selesainya tahap penyempurnaan bentuk dan fungsi organ. Sehingga post
larva telah dapat bergerak lebih aktif
untuk memenuhi kebutuhannya dalam mencari makanan, meskipun pergerakannya masih terbatas. Pada ikan mas post larva biasa dikenal
dengan sebutan lokal kebul. Post larva masih mengandalkan pakan alami untuk memenuhi kebutuhannya.
Perpindahan tahap prolarva
menjadi post larva merupakan masa kritis bagi perkembangan larva, hal ini
disebabkan karena adanya perpindahan atau
masa transisi habisnya kuning telur. Pada masa prolarva makanan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan perkembangan tubuh diperoleh dari cadangan kuning telur melalui
proses absorbsi dalam tubuh (indogenous
feeding), setelah kuning telur habis terserap maka larva sudah harus mulai mencari makanan dari luar
tubuhnya (eksogenous feeding). Pada masa transisi
inilah terjadi proses
katabolisme berupa penghisapan
kembali jaringan tubuh yang sudah terbentuk bertepatan dengan pergerakan
larva. Ketika kuning telur hampir habis diserap, larva mulai beradaptasi dengan mengambil makanan
dari luar tubuhnya.
Masa perpindahan inilah yang menjadi
masa kritis bagi larva, karena ketersediaan pakan alami dalam media hidupnya
sangat berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup larva
dalam mempertahankan hidupnya.
Saluran pencernaan larva ikan umur dua hari berbentuk tabung lurus, belum ditemukan rongga pada saluran
pencernaan. Ketika larva /benih umur
4 hari, saluran pencernaan mulai berlekuk sedikit. Pada umur 4 hari Pada benih umur 10 hari saluran pencernaan
semakin melengkung sampai ke anus dan
hati sudah lengkap.
Benih umur 12 hari rongga saluran pencernaan dan vili ( lekukan ) semakin
tinggi, usus depan sudah berdiferensiasi menjadi lambung. Diantara lambung dan usus terdapat
penyempitan saluran pencernaan ( pylorus/katup) dan di belakangnya terdapat rongga saluran-
saluran pencernaan yang biasanya menggelembung.
Aktivitas enzim protease di dalam saluran pencernaan
semakin meningkat dengan bertambahnya umur benih dan mencapai puncaknya
pada umur
17 hari. Peningkatan aktivitas protease tersebut
disebabkan oleh meningkatnya luas permukaan usus dalam penambahan lekukan ( vili) bagian
dalam usus dan bertambah panjangnya usus yang menyebabkan meningkatnya jumlah sel penghasil
enzim. Sesuai dengan pendapat Ferraris
et.al (1986) bahwa peningkatan aktivitas
protease disebabkan meningkatnya jaringan penghasil enzim. Penyebab lain adalah meningkatnya peran pakan yang dikonsumsi oleh benih ikan baung sehingga terjadi peningkatan kualitas dan
kuantitas pakan yang berperan sebagai substrat yang diurai oleh enzim yang ada.
Setelah berumur sehari,
larva akan berkembang dan membentuk pasangan-pasangan alat sensor pada
badannya yang
disebut "cupulae". Alat cupulae ini seperti rambut-rambut pendek. Pada bagian ujung (dekat mulut) biasanya terdapat
sepasang dan lainnya akan berada pada badannya.
Alat sensor ini hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop
dengan posisi larva dilihat dari bagian atas. Dengan terbentuknya alat ini biasanya larva
menjadi sensitif dari pengaruh luar. Cupulae ini akan tidak nampak atau hilang setelah
larva berumur 2 hari.
Menjelang hari ke 2 akan terbentuk pigmentasi pada mata kemudian
dibarengi dengan terbukanya mulut. Setelah mata betul-betul membuka yang dapat ditandai
dengan adanya sepasang
pigmen hitam di bagian kepala kemudian mulut larva membuka
dengan sempurna maka selanjutnya
larva mulai berusaha mencari dan memangsa pakan yang ada di sekitarnya. Pada saat ini,
cadangan kuning telur
mulai menipis.
Mulai D-3 biasanya larva sudah aktif mencari mangsa, kuning
telur habis diserap dan gelembung minyak mulai menipis. Tampaknya gelembung minyak merupakan
cadangan energi untuk larva sampai larva mendapatkan mangsanya.Setelah gelembung minyak habis dan larva ternyata
tidak menemukan mangsanya
maka larva akan mati.
Pada periode inilah merupakan masa-masa
kritis. Pada D-3 umumnya
larva mulai menampakkan sirip-sirip dada dan saluran pencernaannya mulai berkembang.
Setelah larva berumur
sekitar satu minggu,
duri punggung mulai berkembang dan pigmentasi di seluruh badan mulai tampak.
Untuk selanjutnya, larva akan berkembang terus hingga sampai mengalami metamorfosis yaitu perubahan menuju bentuk ikan lengkap kira-kira
berumur satu bulan. Pada umur itu, semua organ sudah terbentuk dengan
sempurna. Setiap jenis larva ikan mempunyai perbedaan
perkembangan morfologi.
Gambar 16. Larva dan Kuning Telur
Ikan
Sebagian besar perkembangan morfologis larva ikan yang baru
menetas adalah mulut belum terbuka,
cadangan kuning telur dan butiran minyak masih
sempurna dan larva yang baru menetas bersifat pasif. Hari ke dua mulut mulai terbuka.
Selanjutnya benih mulai berusaha. Selanjutnya memasuki hari ke tiga, larva ikan mulai mencari makan, pada saat
tersebut cadangan kuning telurnya
pun telah menipis yaitu tinggal 25 – 30% dari
volume awal.
Sirip dada mulai terbentuk sejak benih baru menetas meskipun
belum memiliki jari-jari.
Pada hari kedua bakal sirip punggung, sirip lemak dan sirip ekor masih menyatu dengan sirip dubur. Jari jari sirip
dubur muncul pada hari ke 5 dan
lengkap pada hari ke 10. Pigmen mata pada larva yang baru menetas sudah terbentuk dan hari ke 2 mata telah berfungsi.
Insang pada hari ke sudah terbentuk
dan berkembang sesuai umur larva. Pada umur 10 hari
insang sudah mulai berfungsi.
Kuning telur ikan patin, mas, lele, baung dan sebagainya
habis terserap pada hari ke 3. Sedangkan ikan nila, gurame,
bawal kuning telurnya
terserap setelah umur 4 hari. Perbedaan kecepatan penyerapan kuning
telur ini terjadi karena ukuran kuning telur yang berbeda
dan pengaruh faktor lingkungan
terutama suhu dan kandungan oksigen terlarut. Kamler dan Kohno ( 1992 ) mengatakan semakin tinggi suhu maka
penyerapan kuning telur semakin
cepat. Kuning telur yang diserap berfungsi sebagai materi dan energi bagi benih untuk pemeliharaan, diferensiasi, pertumbuhan
dan aktivitas rutin. Buddington (1988) fungsi utama kuning telur adalah untuk pemeliharaan dan aktivitas serta relatif kecil untuk differensiasi.
Laju penyerapan kuning telur benih ikan baung dan patin pada fase awal menetas lambat, kemudian
cepat dan lambat lagi berlangsung secara eksponensial. Penyerapan lambat menjelang hingga habis terserap. Heming dan Buddington ( 1988 ) bahwa penyerapan kuning telur berlangsung secara eksponensial. Penyerapan lambat menjelang kuning
telur habis terserap
diduga disebabkan oleh berkurangnya luas permukaan sejalan
dengan penyusutan kantung
kuning telur dan perubahan komposisi kuning telur.
Sumber belajar : Buku Teknik Pembenihan Ikan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia