Senin, 11 Oktober 2021

3.12 Melakukan persiapan wadah pemeliharaan larva komoditas perikanan di komoditas perikanan di bak, aquarium dan fiber glass

 

Persiapan Wadah Bak, Aquarium dan Fiber Glass

Pada kegiatan pembelajaran ini anda akan mempelajari sanitasi wadah pembenihan ikan, teknik sanitasi wadah pembenihan ikan, prinsip prinsip media pembenihan, pembuatan media pembenihan sesuai komoditas dan proses produksi, persyaratan optimal media pembenihan, penanganan media pembenihan sesuai komoditas dan proses produksi, peralatan pendukung media pembenihan, teknik pengelolaan media pembenihan sesuai komoditas dan proses produksi

Setelah anda menyiapkan wadah dan media pembenihan ikan, berarti anda telah memahami beberapa langkah dalam kegiatan pembenihan. Sukses anda dalam persiapan wadah dan media pembenihan ikan berarti 40 -50% anda telah sukses dalam pembenihan ikan.


Sanitasi Wadah

Sanitasi wadah pembenihan ikan penting di lakukan sebelum kegiatan pembenihan ikan di mulai. Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah ikan bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan ikan.

Wadah yang akan digunakan untuk budidaya ikan (bak) sebelum digunakan dibersihkan dari kotoran yang menempel, agar tidak terdapat sisa-sisa kotoran yang dapat menyebabkan pembawa penyakit. Wadah pembenihan ikan terdiri dari bak, fiberglass, akuarium dan kolam.

Proses sanitasi bak yang umum dilakukan adalah dengan menyikat seluruh permukaan dan dinding wadah menggunakan deterjen, Chlorin 200 ppm, Malachite green 100 ppm, Formalin 25 ppm dan alkohol 70%. Setelah itu, dilakukan pembilasan wadah dengan menggunakan air tawar untuk menghilangkan sisa deterjen atau bahan lain yang menempel dan menghilangkan bau dari bahan tersebut. Proses sanitasi ini dilanjutkan dengan pengeringan wadah selama 2 3 hari. Pengeringan atau penjemuran ini dilakukan untuk menguapkan air sisa pembilasan, sehingga wadah benar-benar kering dan tidak berbau bahan sanitasi. Melalui pengeringan atau penjemuran wadah tersebut, dapat mematikan siklus hidup penyakit yang masih menempel atau tersisa.

Wadah yang akan dipergunakan setelah disikat, dibersihkan dan diberi desinfektan kemudian dibersihkan kembali dan wadah tersebut dibiarkan kering udara agar bahan beracun tersebut telah hilang menguap. Setelah dilakukan sanitasi diisi dengan air untuk memeriksa kebocoran bak.

Gambar Sanitasi Bak Pembenihan Ikan


Bak yang akan digunakan untuk pemijahan, penetasan telur, perawatan larva dan pendederan benih ikan harus bebas dari kotoran dan bibit penyakit. Umumnya bibit


penyakit akan berkembang pada perairan yang mengandung banyak bahan organik (kotoran). Persiapan bak pemijahan meliputi mengeringkan, membersihkan bak dan sanitasi. Pengeringan bak pemijahan dilakukan selama 1 – 2 hari untuk membasmi bibit penyakit. Membersihkan bak dilakukan dengan mengeluarkan kotoran berupa sisa makanan dan kotoran ikan yang ada pada bak. Sanitasi dilakukan dengan membasmi bibit penyakit yang terdapat di bak. Sanitasi dilakukan dapat menggunakan formalin, kalium permanganat, methalyn blue, bio security dan sebagainya. Formalin dapat digunakan dengan dosis 10 ppm, kalium permanganat 12 ppm. Selanjutnya bahan sanitasi tersebut di bilas agar tidak berpengaruh terhadap kualitas air pemeliharaan benih.

 Penanganan Media Pembenihan Ikan

Media pembenihan ikan di kolam antara satu parameter dengan parameter lain saling mempengaruhi sehingga terjadi penurunan kualitas air satu dengan lainnya. Proses penurunan kualitas air tersebut terjadi secara fluktuasi sesuai dengan kondisi parameter kuaitas air.

Faktor utama terjadinya fluktuasi kualitas air adalah suhu. Suhu merupakan key point dalam perubahan kualitas air. Meningkatnya suhu media pembenihan ikan akan mempercepat metabolisme bahan organik dalam air bak . Bahan organik dalam air bak berasal dari kotoran ikan, sisa pakan dan bahan organik yang terbawa air. Salah satu hasil metabolisme (penguraian) bahan organik dalam bak adalah amoniak dalam perairan. Dengan demikian kandungan amoniak akan meningkat dalam air bak. Pada sisi lain meningkatnya kandungan amoniak bak akan menurunkan kandungan oksigen terlarut.

Meningkatnya suhu perairan maka metabolisme atau penguraian bahan organik dalam air bak semakin meningkat. Meningkatnya penguraian bahan organik dalam air bak maka semakin banyaknya ion hidrogen dilepaskan kedalam air tersebut sehingga meningkatkan kandungan pH dalam perairan. Jadi, peningkatan suhu air bak akan meningkatkan parameter kualitas air lainnya.

Untuk menanggulangi perubahan kualitas air pada bak dapat dilakukan dengan menyipon bahan organik, penggantian air, pemasangan aerasi, kontrol pemberian pakan, dan resirkulasi air.

Menyipon Bahan Organik


Penyiponan merupakan membuang kotoran berupa bahan organik dari bak menggunakan selang ke luar bak. Tujuan penyiponan selain agar bak bebas dari kotoran juga mengurangi bahan organik dalam bak sehingga akibat metabolisme/penguraian tidak terjadi penurunan kualitas air.

Penyiponan dilakukan dengan memasukkan salah satu ujung selang ke dalam air bak selanjutnya ujung selang yang satu dihisap sampai keluar air. Ujung selang yang masuk kedalam air bak diarahkan ke kotoran / bahan organik yang terdapat dalam bak pembenihan ikan. Untuk menghindari ikan keluar melalui selang sipon dilakukan dengan hati hati. Selain itu dapat juga dilakukan cara memegang ujung selang, jika ada ikan yang keluar melalui selang maka dengan cepat ujung selang ditutup menggunakan salah satu jari tangan.

 


Gambar Penyiponan Bak Pembenihan Ikan

Kotoran yang terdapat di bak di sipon sampai habis. Selanjutnya air yang dikeluarkan bersamaan dengan penyiponan di ganti dengan memasukkan air bersih kedalam bak pembenihan ikan. Penyiponan dilakukan dengan hati hati khususnya benih ikan masih kecil.

Penggantian Air

Penggantian air merupakan salah satu penanganan media pembenihan ikan agar lebih baik. Penggantian air bak dapat dilakukan melalui selang sifon atau melalui pipa pengeluaran air. Penggantian air melalui selang sifon dapat dilakukan dengan memasang saringan di ujung selang. Tujuan pemasangan saringan tersebut agar ikan tidak ikut keluar melalui selang. Penggantian air melalui selang dapat juga dilakukan dengan memasang seser di atas sterefoam dimana sterefoam tersebut diletakkan di atas air bak. Selang sifon dimasukkan ke dalam seser selanjutnya ujung selang yang lain di hisap agar air keluar.


Jumlah air yang dikeluarkan dari bak pembenihan ikan tergantung ukuran ikan. Hal ini berhubungan dengan daya tahan tubuh dan kecepatan beradaptasi benih ikan terhadap air yang baru pengganti air yang dikeluarkan. Jika ikan dalam bak berukuran larva maka jumlah air yang dikeluarkan sebanyak 1/3 ½ total air bak. Jika ikan yang ada dalam bak benih berukuran > 2 cm penggantian air dapat dilakukan sebanyak ½ -

total air dalam bak. Selanjutnya air bersih ditambahkan sebanyak air yang dikeluarkan.

 


Gambar Penggantian Air Bak Kolam


Penggantian air tersebut bertujuan memperbaiki kualitas air yang terdapat di bak

. Penggantian air dapat dilakukan secara periode pada saat kualitas air bak . kolam telah menurun. Penambahan air ke dalam bak dilakukan hati hati agar larva / benih ikan tidak teraduk oleh gerakan air. Cara penambahan air adalah dengan menempatkan ujung selang pada salah satu dinding bak pembenihan ikan sehingga tekanan air tidak deras dan menyebar ke seluruh bak.

Penggantian air dapat juga dilakukan dengan mengalirkan air ke dalam bak secara terus menerus. Penggantian air dengan cara ini dilakukan jika ikan dalam bak telah berukuran > 2 cm. Jika ikan dalam bak masih berukuran larva sebaiknya jangan mengalirkan air teru menerus. Debit air yang di masukkan ke dalam bak sebesar 0,5– 1 liter/menit. Selama mengalirkan air pipa pengeluaran air di pasangan saringan agar ikan tidak keluar bak.

Pemasangan Aerasi

Pemasangan aerasi bertujuan untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut dalam air pembenihan ikan. Udara yang dihembuskan oleh blower / aerator melalui selang masuk ke dalam air selanjutnya oksigen yang terdapat dalam udara direduksi oleh air.

Penanganan larva sesuai sifat dan karakter jenis ikan

Sebagian besar perkembangan morfologi larva ikan yang baru menetas adalah mulut belum terbuka, cadangan kuning telur dan butiran minyak masih sempurna dan larva yang baru menetas bersifat pasif. Hari ke dua mulut mulai terbuka. Selanjutnya benih mulai berusaha. Selanjutnya memasuki hari ke tiga, larva ikan mulai mencari makan, pada saat tersebut cadangan kuning telurnya pun telah menipis yaitu tinggal 25 – 30% dari volume awal.

Perkembangan Larva Ikan

 Fase larva memiliki perkembangan anatomi dan morfologi yang lebih cepat dibandingkan dengan ikan yang lebih dewasa. Sebagian besar perkembangan larva ikan yang baru menetas adalah mulut belum terbuka, cadangan kuning telur dan butiran minyak masih sempurna dan larva yang baru menetas bersifat pasif. Hari ke dua mulut mulai terbuka. Selanjutnya memasuki hari ke tiga, larva ikan mulai mencari makan, pada saat tersebut. cadangan kuning telurnya pun telah menipis yaitu tinggal 25 30% dari volume awal.

Telur ikan yang baru menetas dinamakan larva, tubuhnya belum sempurna baik organ luar maupun organ dalamnya. Larva akan terus berkembang untuk menyempurnakan bentuk dan fungsi dari masing-masing organ. Perkembangan larva secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu :

Prolarva, larva yang masih memiliki kuning telur, tubuhnya transparent dengan beberpa butir pigmen yang fungsinya belum diketahui. Sirip dada dan ekor sudah ada tetapi bentuknya belum sempurna. Kebanyakan prolarva yang baru keluar dari cangkangnya tidak memiliki sirip perut yang nyata melainkan berupa tonjolan saja. Mulut dan rahang belumberkembang dan ususnya masih merupakan tabung yang lurus. Sistempernafasan dan peredaran darah belum sempurna. Makanan diperoleh dari cadangan kuning telur yang belum habis diserap. Pergerakan larva ikan yang baru menetas relative sedikit, sehingga masih mudah terbawa arus. Perkembangan prolarva sangat cepat sehingga morfologi dan proporsi bagian tubuhnya cepat berubah. Post larva, masa larva dari hilangnya cadangan kuning telur hingga terbentuknya organ-organ baru atau selesainya tahap penyempurnaan bentuk dan fungsi organ. Sehingga post larva telah dapat bergerak lebih aktif untuk memenuhi kebutuhannya dalam mencari makanan, meskipun


pergerakannya masih terbatas. Pada ikan mas post larva biasa dikenal dengan sebutan lokal kebul. Post larva masih mengandalkan pakan alami untuk memenuhi kebutuhannya. Perpindahan tahap prolarva menjadi post larva merupakan masa kritis bagi perkembangan larva, hal ini disebabkan karena adanya perpindahan atau masa transisi habisnya kuning telur. Pada masa prolarva makanan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan perkembangan tubuh diperoleh dari cadangan kuning telur melalui proses absorbsi dalam tubuh (indogenous feeding), setelah kuning telur habis terserap maka larva sudah harus mulai mencari makanan dari luar tubuhnya (eksogenous feeding). Menjelang hari ke 2 akan terbentuk pigmentasi pada mata kemudian dibarengi dengan terbukanya mulutMulai D-3 biasanya larva sudah aktif mencari mangsa, kuning telur habis diserap dan gelembung minyak mulai menipis. Setelah larva berumur sekitar satu minggu, duri punggung mulai berkembang dan pigmentasi di seluruh badan mulai tampak. Kuning telur ikan patin, mas, lele, baung dan sebagainya habis terserap pada hari ke 3. Sedangkan ikan nila, gurame, bawal kuning telurnya terserap setelah umur 4 hari

Pemberian Pakan Larva

 

Jenis pakan yang diberikan ukuran larva sebaiknya pakan alami. Karena pakan alami memiliki kandungan protein yang tinggi dan lengkap. Persyaratan pakan yang diberikan pada larva ikan adalah memiliki kandungan protein yang tinggi, ukuran lebih kecil dari bukaan mulut larva, mudah dicerna, gerakan lambat dan mudah didapat Banyak pembenih ikan patin lebih cenderung memberi pakan alami jenis naupli artemia. Karena jenis pakan alami ini lebih mudah disediakan baik dalam jumlah maupun kontinuitas. Sedangkan pakan alami jenis rotifera maupun daphnia sulit menyediakan secara kontinu. Larva patin yang berumur 4 - 15 hari diberi pakan cacing tubifex. Pemberian pakan larva dilakukan sebanyak 5 - 8 kali perhari Hal yang perlu diperhatikan adalah saat pertukaran jenis pakan dari artemia ke cacing tubifex

Penentuan Jumlah pemberian pakan ikan

 

Kebutuhan pakan ikan per hari berubah sesuai dengan permintaan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pakan adalah energy, kebutuhan pakan itu untuk aktivitas, pertumbuhan dan reproduksi.

Apabila menggunakan sistem periodik, maka pakan diberikan dengan dosis 3 – 5% dari biomassa, dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari, yaitu pada pagi, siang dan sore hari. Pada dasarnya, jumlah pakan yang diberikan tersebut harus


disesuaikan dengan pertambahan bobot ikan dan populasi. Pertumbuhan bobot ikan dan populasi dapat diperoleh melalui sampling

Padat tebar larva ( usia 0-1 minggu, ukuran1-2 cm : 2000 ekor / liter air Padat tebar larva ( usia 1-2 minggu, ukuran 2-3 cm : 1000 ekor / liter air Padat tebar larva ( usia 2-3 minggu, ukuran 3-4 cm : 500 ekor / liter air Padat tebar larva ( usia 3-4 minggu, ukuran 4-5 cm : 200 ekor / liter air Padat tebar larva ( usia 4-5 minggu, ukuran 5-6 cm : 100 ekor / liter air Padat tebar larva ( usia 5-6 minggu, ukuran 6-7 cm : 75 ekor / liter air Padat tebar larva ( usia 7-8 minggu, ukuran 7-8 cm : 50 ekor / liter air

Kebutuhan pakan harian dinyatakan sebagai tingkat pemberian pakan (feeding rate) per hari yang ditentukan berdasarkan persentase dari bobot ikan. Tingkat pemberian pakan ditentukan oleh ukuran ikan. Semakin besar ukuran ikan maka feeding rate-nya semakin kecil, tetapi jumlah pakan perharinya semakin besar.

Frekuensi pemberian pakan (Feeding Frequency) merupakan berapa kali pakan diberikan dalam sehari. Frekuensi ini terkait dengan waktu pemberian pakan. Umumnya, semakin besar ukuran ikan maka frekuensi pemberian pakannya semakin jarang. Ikan kecil sebaiknya diberi pakan lebih sering dibandingkan dengan ikan besar.

Feeding time atau waktu pemberian pakan adalah waktu yang tepat untuk melakukan pemberian pakan pada setiap jenis ikan. ... Oleh karena itu pada kelompok ikan yang mempunyai aktivitas makan pada malam hari, maka dalam 98 melakukan manajemen pemberian pakan, waktu pemberian pakannya sebaiknya lebih banyak pada malam hari.

FCR sering kali dijadikan indikator kinerja teknis dalam mengevaluasi suatu usaha budidaya ikan. Faktor yang digunakan dalam perhitungan FCR bukan penambahan berat daging ikannya, melainkan bobot panennya yang merupakan bobot hidup atau bobot basah ikan pada waktu panen.

FCR = jumlah kg pakan / jumlah kg ikan yang dihasilkan


Misalnya, sebuah kolam dapat dipanen ikan sebanyak 1250 kg. Untuk ikan sebanyak itu telah digunakan pakan sebanyak 2000 kg selama masa pemeliharaan maka nilai FCR dari pakan yang diberikan adalah 2000 kg / 1250 kg = 1,6

Laju pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan terkait dengan faktor luar dan dalam tubuh ikan. Selain lingkungan perairan, salah satu faktor luar yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan adalah makanan.

Hama dan penyakit akan muncul jika lingkungan media memungkinkan, biasanya lingkungan tidak menguntungkan bagi ikan. Akibat dari kondisi lingkungan media yang tidak sesuai maka lama kelamaan stamina ikan akan menurun sehingga rentan dan mudah terserang penyakit. Sebagai akibat pertama adalah nafsu makan ikan menurun. Dibutuhkan energi untuk menaikkan stamina bahkan penyembuhan penyakit tersebut. Dengan demikian sudah jelas energi tidak digunakan untuk pertumbuhan. Ikan tidak tumbuh. Jika serangan hama dan penyakit lebih kuat dari stamina ikan maka ikan akan mati. Untuk menghindari kematian ikan usahakan kualitas air tetap baik.

Survivak Rate (SR) atau Sintasan atau Kelangsungan Hidup adalah salah satu dari unsur yang harus dievaluasi dalam pembesaran ikan



 




SR = Angka kelangsungan hidup

Nt = Jumlah ikan pada hari ke t (saat ini) No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

3.12 Melakukan persiapan wadah pemeliharaan larva komoditas perikanan di komoditas perikanan di bak, aquarium dan fiber glass

  Persiapan Wadah Bak, Aquarium dan Fiber Glass Pada kegiatan pembelajaran ini anda akan mempelajari sanitasi wadah pembe...