Minggu, 30 Agustus 2020

Kesesuaian Parameter Kualitas Air Budidaya Perairan

Kesesuaian Parameter Kualitas Air Budidaya Perairan




A. Pengaruh Suhu Terhadap Kehidupan Ikan

 Air sebagai lingkungan hidup organisme air termasuk ikan relatif tidak begitu banyak mengalami fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara, hal ini disebabkan panas jenis air lebih tinggi daripada udara. Artinya untuk naik 1° C, setiap satuan volume air memerlukan sejumlah panas yang lebih banyak dari pada udara. Pada perairan dangkal akan menunjukkan fluktuasi suhu air yang lebih besar dari pada perairan yang dalam. Sedangkan organisme memerlukan suhu yang stabil atau fluktuasi suhu yang rendah. Agar suhu air suatu perairan berfluktuasi rendah maka perlu adanya penyebaran suhu. Hal tersebut tercapai secara sifat alam antara lain sebagai berikut.

·         Penyerapan (absorbsi) panas matahari pada bagian permukaan air.
·          Angin, sebagai penggerak permindahan massa air.
·         Aliran vertikal dari air itu sendiri, terjadi bila disuatu perairan (danau) terdapat lapisan suhu air yaitu lapisan air yang bersuhu rendah akan turun mendesak lapisan air yang bersuhu tinggi naik kepermukaan perairan.
Suhu berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan, mulai dari telur, benih sampai ukuran dewasa. Suhu air akan berpengaruh terhadap proses penetasan telur dan perkembangan telur. Rentang toleransi serta suhu optimum tempat pemeliharaan ikan berbeda untuk setiap jenis/spesies ikan, hingga stadia pertumbuhan yang berbeda. Suhu memberikan dampak sebagai berikut terhadap ikan :
a.         Suhu dapat mempengaruhi aktivitas makan ikan peningkatan suhu
b.        Peningkatan aktivitas metabolisme ikan
c.         Penurunan gas (oksigen) terlarut
d.        Efek pada proses reproduksi ikan
e.         Suhu ekstrim bisa menyebabkan kematian ikan. (Anonim, 2009. SITH ITB)

Kisaran suhu air yang sangat diperlukan agar pertumbuhan ikan-ikan pada perairan tropis dapat berlangsung berkisar antara 25° C – 32° C. Kisaran suhu tersebut biasanya berlaku di Indonesia sebagai salah satu negara tropis sehingga sangat menguntungkan untuk melakukan kegiatan budi daya ikan. Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi di dalam perairan, sehingga dengan perubahan suhu pada suatu perairan akan mengakibatkan berubahnya semua proses di dalam perairan. Hal ini dilihat dari peningkatan suhu air maka kelarutan oksigen akan berkurang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa peningkatan 10° C suhu perairan mengakibatkan meningkatnya konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2–3 kali lipat, sehingga kebutuhan oksigen oleh organisme akuatik itu berkurang. Suhu air yang ideal bagi organisme air yang dibudidayakan sebaiknya adalah tidak terjadi perbedaan suhu 58 yang mencolok antara siang dan malam (tidak lebih dari 5° C). Pada perairan yang tergenang yang mempunyai kedalaman air minimal 1,5 meter biasanya akan terjadi pelapisan (stratifikasi) suhu.


Pelapisan ini terjadi karena suhu permukaan air lebih tinggi dibanding dengan suhu air dibagian bawahnya. Stratifikasi suhu pada kolom air dikelompokkan menjadi tiga yaitu pertama lapisan epilimnion yaitu lapisan sebelah atas perairan yang hangat dengan penurunan suhu relatif kecil (dari 32° C menjadi 28° C). Lapisan kedua disebut dengan lapisan termoklin yaitu lapisan tengah yang mempunyai penurunan suhu sangat tajam (dari 28° C menjadi 21° C). Lapisan ketiga disebut lapisan hipolimnion yaitu lapisan paling bawah di mana pada lapisan ini perbedaan suhu sangat kecil relatif konstan. Stratifikasi suhu ini terjadi karena masuknya panas dari cahaya matahari ke dalam kolom air yang mengakibatkan terjadinya gradien suhu yang vertikal. Pada kolam yang kedalaman airnya kurang dari 2 meter biasanya terjadi stratifikasi suhu yang tidak stabil. Oleh karena itu, bagi para pembudidaya ikan yang melakukan kegiatan budi daya ikan kedalaman air tidak boleh lebih dari 2 meter. Selain itu untuk memecah stratifikasi suhu pada wadah budi daya ikan diperlukan suatu alat bantu dengan menggunakan aerator/blower/ kincir air.

Suhu mempengaruhi tingkat perkembangan dan pertumbuhan karena mempengaruhi berbagai proses yang berhubungan  dengan metabolisme yang mencakup pernapasan, pemberian makan, dan pencernaan. Perubahan dalam batas yang normal dari proses tersebut dapat juga mengubah kondisi yang optimal untuk pertumbuhan dan kesehatan.

Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi di dalam perairan, sehingga dengan perubahan suhu pada suatu perairan akan mengakibatkan berubahnya semua proses di dalam perairan. Suhu juga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan, mulai dari telur, benih sampai ukuran dewasa. Suhu air akan sangat  berpengaruh  terhadap  proses penetasan  telur dan perkembangan telur.

Perubahan suhu dari keadaan normal menjadi lebih panas atau lebih dingin di suatu perairan dapat dipengaruhi oleh keadaan alam seperti pemanasaan oleh matahari, perubahan musim, gejala pergeseran dasar perairan, letusan gunung merapi bawah laut dan sebagainya. Setiap jenis ikan biasanya mempunyai kisaran suhu di perairan yang cocok. Dalam keadaan suhu normal metabolisme maupun tingkah laku ikan akan berjalan dengan normal juga. Namun bila terjadi perubahan suhu, respon yang diberikan oleh ikan akan menunjukan penyesuaian metabolisme tubuhnya terhadap lingkungan untuk mempertahankan kehidupannya. Respon yang diperlihatkan oleh ikan bjiasanya berupa perubahan tingkah laku maupun pergerakan ikan.

 Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang. Misalnya stres yang ditandai tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal, sedangkan suhu rendah mengakibatkan ikan menjadi rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun. Suhu air yang relatif tinggi dapat ditandai antara lain dengan munculnya ikanikan dan hewan air lainnya ke permukaan untuk mencari oksigen. Suhu yang sangat tinggi akan  mempercepat  laju penetasan telur sehingga telur tidak dapat melewati fase-fase penetasan telur dengan sempurna. 

Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tingi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres. Pernafasan pada ikan berupa penurunan laju respirasi dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen. Semakin rendah suhu maka semakin cepat gerakan  renang ikan dan semakin cepat pula gerakan operkulum sebagai respon suhu rendah, dimana korelasi ini tidak di temui pada perlakuan pada suhu panas.

B. Pengaruh pH Pada Lingkungan Budidaya Ikan

PH atau derajat keasaman merupakan salah satu parameter penting yang harus diperhatikan dalam budi daya perairan. Skala pH terdiri dari 0 hingga 14, dan pH yang dianggap netral dan yang paling baik berkisar pada nilai 6,5-8.



Hampir semua ikan hidup pada pH netral. Untuk itu, guna meminimalisir kerugian usaha pertambakan, anda wajib untuk mengukur kadar pH air secara rutin. Alat untuk mengukur pH air adalah pH meter digital.

Pada dasarnya, nilai pH yang baik untuk tambak dan kolam adalah 6,5-8. Jika di bawah dari nilai tersebut, maka air bersifat asam. Jika nilai pH di atas nilai tersebut, maka air kolam bersifat basa. Kedua kondisi tersebut bukanlah kondisi yang optimal bagi pertumbuhan ikan dan udang.

Cara Menaikkan dan Menurunkan Nilai pH

Nah, jika air pada tambak atau kolam anda mengalami hal tersebut, anda bisa mencoba cara di bawah ini

    ·         Menaikkan pH

Untuk pH di bawah 6,5 atau bersifat asam anda dapat mengatasinya dengan cara alami yaitu dengan memberikan saringan yang terdiri dari pecahan koral dan pecahan kulit kerang dicampur dengan potongan batu kapur pada saluran aerasi kolam. Selain itu, anda juga dapat menggunakan batu kapur pada dasar kolam. Gunakan batu kapur yang masih berbentuk bongkahan, hal ini karena bongkahan batu kapur tidak mudah menyusut dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Selain batu kapur, anda juga dapat menggunakan batu karang pantai. token soal : salinitas20 penggunaannya juga serupa dengan penggunaan batu kapur, anda hanya cukup merendamnya di dasar kolam. Semakin banyak batu yang digunakan, maka proses kenaikan pH akan semakin cepat.

·             Menurunkan pH

Jika air kolam dalam kondisi basa atau nilai pH tinggi, maka anda dapat menggunakan daun ketapang untuk menurunkannya. Caranya adalah dengan merendam daun ketapang di dasar air selama beberapa hari. Sebelum merendam daun ketapang, terlebih dahulu rebus daun ketapang guna menghilangkan zat tanin yang terkandung, karena zat tanin dapat menimbulkan warna kuning pada air.




Senin, 24 Agustus 2020

Kesesuain Kualitas Air Pada Budidaya Perikanan

 Kesesuain Kualitas Air  Pada Budidaya Perikanan


Mengukur kualitas air merupakan hal yang wajib untuk dilakukan karena air mudah untuk tercemar sehingga alat ukur kualitat air yang terbaik benar-benar dibutuhkan. Air yang seringkali disebut sebagai sumber kehidupan memang begitulah adanya. Karena tanpa air, manusia akan sangat menderita dan juga melakukan aktifitas kesehariannya. Namun air sendiri seringkali sulit untuk dipelihara khususnya dalam soal tercemari dan menjadi kotor. Mengukur kualitas air dibutuhkan untuk mengetahui apakah air tersebut layak untuk digunakan untuk sehari-hari, hingga layak untuk dikonsumsi atau diminum tidaknya.

Pentingnya mengetahui kualitas air bagi kehidupan sehari-hari

Mengukur kualitas air biasanya membutuhkan alat atau parameter khususnya yang dilakukan dengan cara atau metode tertentu. Bisa dengan beragam jenis parameter mulai dari parameter fisik, parameter kimia hingga menggunakan parameter mikrobiologis. Pengujian untuk kualitas air tersebut sangatlah dibutuhkan khususnya untuk mengetahui dari warna dan juga bau air yang biasanya menjadi salah satu cara paling mudah dari kelayakan air tersebut untuk digunakan.

Dengan mengelola dan juga mengukur kelayakan dari kualitas air akan membantu khususnya untuk memelihara agar kualitas air tersebut tercapai. Selain itu juga, setelah mengetahui layak atau tidaknya, sudah seharusnya jika alat ukur dari kualitas air tetap harus dilakukan secara berkala, terlebih lagi jika ada perubahan dari warna dan juga bau atau bahkan dari rasa air tersebut. Hal ini jika tidak dilakukan maka akan sulit untuk mencegah air kotor atau air yang telah tercemari masuk ke dalam tubuh dan tentunya akan menimbulkan penyakit yang bisa jadi sangat berbahaya bagi tubuh hingga beresiko kematian.

Parameter yang berpengaruh

a. Suhu

Suhu sangat berpengaruh pada proses metabolisme ikan. Suhu perairan yang optimal (sesuai kebutuhan ikan didaerah tropis) adalah 27 – 31oC. Pada suhu perairan dibawah 250C dapat menurunkan kecepatan metabolisme ikan, sehingga ikan akan terhambat pertumbuhannya. Sedangkan bila suhu perairan di atas 350C dapat menyebabkan kematian ikan.

b. Dissolved Oxygen (DO)

DO atau kelarutan oksigen dalam air merupakan faktor kritis bagi budidaya ikan. Oksigen merupakan kebutuhan pokok bagi biota air pada umumnya. Udara di atmosfir mengandung oksigen sebanyak 20,95% dari volume udara. Sedangkan dalam air kelarutan oksigen diukur dalam mg / liter air atau berat oksigen (mg) per juta mg air (ppm).


Kelarutan oksigen tergantung pada;

1. Suhu air

2. Tekanan udara

3. Tekanan uap air

Dissolved Oxygen (DO) dalam mg/liter air (ppm)

Efek Pada Ikan

< 1

Ikan cepat mati

1 – 5

Ikan dapat hidup tetapi reproduksi rendah dan pertumbuhan lambat

> 5

Pertumbuhan dan reproduksi normal

 

c. pH

Derajat keasaman atau pH adalah ukuran standar perbandingan ion H+ dan ion OH-, bila dalam keadaan normal jumlah kedua jenis ion sama disebut netral ditunjukkan dengan pH = 7. Keadaan dimana pada air lebih banyak ion H+, maka air dinyatakan asam (pH < 7) dan sebaliknya keadaan dimana pada air lebih banyak ion OH-, maka air dinyatakan basa (alkali - pH > 7). Standard pH yang dibutuhkan pada sebagian besar biota air adalah 6,8 – 8,5. Apabila air menjadi asam, pH dibawah 4 maka ikan akan mengeluarkan banyak lendir yang mengganggu pernafasan, demikian pula bila pH di atas 8. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran kualitas air secara berkala untuk menjaga kualitas air pada kondisi yang normal.

d. Alkalinitas

Untuk menjaga pH air tetap stabil pada kisaran 6,8 maka perlu suatu proses kimia yang dinyatakan dalam alkalinitas. Alkalinitas adalah kemampuan pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion

e. Kesadahan

Pengaruh kalsium karbonat (CaCO3) dalam air dapat pula dinyatakan sebagai kesadahan yaitu kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan detergen (sabun). Pada air yang mempunyai kesadahan rendah akan mudah membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Sedangkan pada air yang mempunyai kesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa. Kesadahan sangat penting bagi kehidupan ikan. Tidak semua ikan dapat hidup pada nilai kesadahan yang sama. Dengan kata lain, setiap jenis ikan memerlukan nilai kesadahan pada kisaran tertentu untuk hidupnya. Disamping itu, kesadahan juga merupakan petunjuk yang penting dalam hubungannya dengan usaha untuk mengubah nilai pH.

f. Ammonia

Ammonia dalam air dapat berasal dari pemupukan, eksresi hewan dan hasil perombakan komponen nitrogen oleh mikroba.

Beberapa jenis tanaman dapat menyerap ammonia. Bakteri pengurai (nitrobacter) dapat mengoksidasi ammonia menjadi nitrat. Oleh karena itu ammonia dapat menurun konsentrasinya dengan berbagai cara. Akan tetapi dengan kepadatan ikan yang tinggi dikolam dan pemberian makanan buatan dapat meningkatkan konsentrasi ammonia.

Efek dari Amoniak Tinggi adalah:

1. Terjadinya kerusakan Insang

2. Laju pertumbuhan menurun

3. Mudah terkena penyakit

4. Kenaikan ph darah

5. Kerusakan jaringan dan organ bagian internal

6. Osmoregulation lemah

7. Kematian.

Penyebab Amoniak Tinggi:

1. Pemberian pakan yang berlebih

2. Pembusukan dari zat organik oleh bakteri.

Cara penanggulangan

1. Mengurangi jumlah pakan

2. Pergantian air

3. Mengurangi kepadatan ikan

4. Pemberian aerasi

5. Menurunkan pH kolam

g. Nitrit (NO2ˉ) dan Nitrat (NO3ˉ)

Nitrit mempunyai sifat racun bagi ikan. Pada darah yang banyak mengandung nitrit akan bereaksi dengan haemoglobin membentuk methemoglobin sebagai penyakit darah coklat.

Nitrit terbentuk dari hasil reduksi nitrat oleh bakteri anaerob pada dasar perairan. Di perairan nitrit dapat bersifat racun bila konsentrasi lebih dari 5 mg/l NO2ˉ - N.

Amoniak dapat diturunkan konsentrasinya dengan cara :

1. Meningkatkan aerator.

2. Menghentikan pemberian pakan atau mengurangi jumlah pakan yang diberikan.

3. Memeriksa keseimbangan mikrobiologi.

4. Bila amoniak meningkat 0.1 ppm, melakukan pergantian 10% dan bila amoniak menjadi 1.0 ppm, melakukan pergantian air 25%. Jangan menggunakan air yang mengandung klorin.

5. Memindahkan ikan bila amoniak > 2,5 ppm.

6. Mengulangi pemeriksaan setiap 12 – 24 jam

7. Menurunkan pH, tetapi tidak sampai dibawah 6

h. Hidrogen Sulfida (H2S)

H2S sangat beracun bagi biota air. Dibawah kondisi anaerob heterotropic bacteria dapat memanfaatkan sulfat (SO4=) dan mengeksresikan dalam bentuk sulfida (S=).

Untuk perkembangan penetasan telur dan perkembangan larva konsentrasi hydrogen sulfida (H2S) harus kurang dari 0,019 ppm. Juvenile tidak melebihi 0,045 ppm H2S, sedangkan yang sudah dewasa tidak melebihi 0,048 ppm H2S.

i. Plankton

Kelimpahan plankton yang terdiri dari phytoplankton dan zooplankton sangat diperlukan untuk mengetahui kesuburan suatu perairan yang akan dipergunakan dalam kegiatan budidaya. Plankton sebagai organisme perairan tingkat rendah yang melayang-layang di air dalam waktu yang relatif lama mengikuti pergerakan air. Plankton pada umumnya sangat peka terhadap perubahan lingkungan hidupnya (suhu, pH, salinitas, gerakan air, cahaya matahari dll) baik untuk mempercepat perkembangan atau yang mematikan.

token link soal adalah Suhu2020

j. Salinitas

Salinitas air adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat didalam perairan. Pengertian salinitas air yang sangat mudah dipahami adalah jumlah kadar garam yang terdapat pada suatu perairan. Hal ini dikarenakan salinitas air ini merupakan gambaran tentang padatan total didalam air setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan oleh chlorida dan semua bahan organik telah dioksidasi.Pengertian salinitas air yang lainnya adalah jumlah segala macam garam yang terdapat dalam 1000 gr air contoh. Garam-garam yang ada di air payau atau air laut pada umumnya adalah Na, Cl, NaCl, MgSO4 yang menyebabkan rasa pahit pada air laut, KNO3 dan lain-lain.


Senin, 03 Agustus 2020

Penerapan Biosecurity Pada Pembenihan Ikan

Penerapan Biosecurity Pada Pembenihan Ikan

PENDAHULUAN
Intensifikasi dalam budidaya perikanan akan berdampak pada lingkungan budidaya yang semakin jauh dari kondisi habitat aslinya.  Timbulnya suatu wabah penyakit bukan hanya disebabkan oleh faktor tunggal saja, melainkan merupakan hasil interaksi yang sangat kompleks antara ikan budidaya (stadia, stamina), lingkungan budidaya (internal dan eksternal), serta organisme penyebab penyakit (patogen), dan kemampuan (skill) pelaksana/ petugas (SDM) dalam pemantauan kesehatan ikan (Kabata, 1985)

untuk meminimalisir terjadinya kegagalan dalam budidaya, maka perlu dilakukan suatu upaya untuk menjaga kondisi lingkungan. Salah satu upaya yang dapat dilaksanakan adalah dengan manajemen pembenihan yang mengacu pada konsep biosecurity agar dapat dihasilkan benih yang berkualitas dan bebas penyakit, serta menekan tingkat kematian ikan dan meningkatkan survival rate.

Biosecurity merupakan suatu tindakan yang dapat mengurangi resiko masuknya penyakit dan penyebarannya dari suatu tempat ke tempat lainnya (Lotz, 1997).

Salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan dalam suatu usaha pembenihan ikan adalah kemampuan dalam mengendalikan masuknya dan berkembangnya organisme pathogen pada unit pembenihan tersebut. Hal ini hanya dapat dipenuhi melalui penerapan biosecurity yang sistematis dan konsisten.

Prinsip prinsip penerapan biosecuriti di unit pembenihan ada 4 yaitu : (1) pengaturan tata letak, (2) Pengaturan akses masuk ke lokasi unit pembenihan, dan (3) Sterilisasi bak, peralatan dan ruangan dan (4) Pengaturan Personil

  • Pengaturan tata letak

Pengaturan tata letak yang baik dalam suatu unit pembenihan dapat mencegah penyebaran organisme pathogen dan kontaminasi bahan kimia yang tidak diinginkan dari suatu area ke area yang lainnya. Oleh karena itu dilakukan pengaturan tata letak berdasarkan alur produksi, dilakukan pemagaran/penyekatan dan pengaturan penyimpanan sarana produksi pada tempat yang sesuai dengan fungsinya masing-masing.

  • Pengaturan Akses Masuk Ke Lokasi

Masuknya personil, kendaraan, bahan dan peralatan ke lokasi unit pembenihan dapat menjadi sumber transmisi organisme pathogen masuk ke unit pembenihan. Pengaturan akses masuk ke lokasi unit pembenihan dapat dilakukan dengan membatasi akses masuk hanya satu pintu dan menyediakan sarana sterilisasi .

  1. Pada pintu masuk utama unit pembenihan, harus disediakan sarana sterilisasi bagi roda kendaraan yang akan masuk ke dalam lingkungan unit pembenihan. Sarana celup roda umumnya terbuat dari semen/beton dengan ukuran luas dan kedalaman disesuaikan dengan lebarnya jalan serta kendaraan. Sarana celup dibuat di bagian dalam atau di belakang pagar pintu gerbang lingkungan unit pembenihan. Bahan sterilisasi yang aman digunakan antara lain adalah cairan Kalium Permanganat (KMnO4).
  2. Sarana sterilisasi alas kaki (foot bath) merupakan tempat untuk sterilisasi alas kaki personil yang akan masuk ke dalam ruang produksi. Sarana sterilisasi alas kaki dapat terbuat dari bak semen maupun bahan lain dengan ukuran sesuai ukuran pintu masuk. Sarana sterilisasi berada di depan pintu masuk ruang produksi. Bahan sterilisasi yang aman digunakan antara lain adalah cairan klorin, Kalium Permanganat (KMnO4).
  3. Pagar pada unit pembenihan bertujuan untuk secara fisik membatasi keluar dan masuknya manusia, hewan dan kendaraan yang dapat membawa organisme pathogen ke dalam lingkungan unit pembenihan. Pagar dapat terbuat dari material seperti besi, tembok, bambu atau material lainnya yang kokoh dan rapat.
  4. Sekat antar unit produksi. Untuk menghindari kontaminasi maka antar unit produksi harus terpisah secara fisik, baik melalui penyekatan maupun ruangan/bangunan tersendiri. Sekat antar ruang dapat terbuat dari tembok, papan, triplek atau anyaman bambu yang dilapisi plastik.

2).   Sterilisasi  bak, peralatan dan ruangan

Selain melakukan pengaturan tata letak dan akses masuk dari luar ke lokasi unit pembenihan, sterilisasi bak, peralatan serta ruangan produksi juga penting dalam aplikasi program biosekuriti. Tujuan sterilisasi ini adalah untuk mengeliminasi semua organisme pathogen yang berpotensi menyebabkan penyakit yang dapat merugikan usaha pembenihan.

  1. Sterilisasi wadah

Wadah dan peralatan yang digunakan dalam suatu pembenihan ikan  berpotensi untuk menyebarkan sumber penyakit. Oleh karena itu perlu dilakukan sterilisasi wadah dan peralatan dengan cara bak pemeliharaan dan peralatan yang akan digunakan untuk pemeliharaan larva terlebih dahulu didesinfektan dengan larutan kaporit 100 -150 ppm (bahan aktif 60%) dan dibiarkan selama   1-2 hari. Setelah 1-2 hari bak pemeliharaan dan peralatan dicuci dengan sabun sampai kaporit yang menempel pada dinding dan bak dasar bersih.

  1. Sterilisasi sarana pipa pengairan dan aerasi

Sarana pipa pengairan dan aerasi harus diberi desinfektan dan dikeringkan setiap selesai satu siklus produksi. Selain menggunakan bahan desinfektan dapat dibantu dengan penjemuran sinar matahari.

  1. Desinfeksi bak pemeliharaan

Pencucian bak pemeliharaan dengan desinfektan harus dilakukan setelah digunakan dan setiap memulai pemeliharaan baru untuk memastikan bahwa sumber penyakit tidak berkembang dari siklus pemeliharaan sebelumnya.

  1. Desinfeksi peralatan dan sarana produksi

Peralatan dan sarana yang digunakan dan berhubungan langsung dengan air media pemeliharaan dapat menjadi media berkembangnya organisme pathogen. Oleh karena itu peralatan operasional yang digunakan harus didesinfeksi baik sebelum maupun setelah digunakan dalam operasional pembenihan.

c    Sterilisasi ruangan produksi

Sterilisasi ruangan pembenihan bertujuan memutus siklus hidup organisme yang tidak dikendaki, dilakukan pada lantai, dinding, atap dan sudut-sudut ruangan yang sulit dibersihkan dengan cara fumigasi atau penyemprotan bahan desinfektan oksidatif yang direkomendasikan.

  1. Sterilisasi alas kaki (foot bath).

Sarana sterilisasi alas kaki (foot bath) merupakan tempat untuk sterilisasi alas kaki personil yang akan masuk ke dalam ruang produksi. Sarana sterilisasi alas kaki dapat terbuat dari bak semen maupun bahan lain dengan ukuran sesuai ukuran pintu masuk. Sarana sterilisasi berada di depan pintu masuk ruang produksi. Bahan sterilisasi yang aman digunakan antara lain adalah cairan klorin, Kalium Permanganat (KMnO4), Timsen® atau Khloramin T (Halamid)®. Penggunaan bahan sterilisasi disesuaikan dengan spesifikasi bahan.

  1. Sarana sterilisasi tangan.

Sarana sterilisasi tangan merupakan tempat untuk sterilisasi tangan personil yang akan masuk ruang produksi. Sarana sterilisasi tangan dapat berupa wastafel atau alat penyemprot yang ditempatkan di depan pintu masuk ruang produksi. Bahan sterilisasi yang umum dipakai adalah cairan alkohol 70 % atau sabun antiseptik.

  • Pengaturan personil/karyawan

Dalam penerapan biosecurity di suatu unuit pembenihan, pengaturan personil/karyawan menjadi sangat penting agar penerapan biosecurity dapat berjalan efektif dana man bagi personil/karyawan yang terlibat didalamnya dan berkomitmen untuk melaksanakannya. Upaya pengaturan dimulai dengan pemahaman bahwa personil/karyawan yang terlibat dalam proses pemeliharaan/produksi mempunyai potensi menjadi pembawa organisme pathogen. Cara yang dapat dilakukan dalam pengaturan personil/karyawan tesebut antara lain adalah sebagi berikut :

  1. Pakaian dan perlengkapan kerja personil

Pakaian dan perlengkapan kerja personil/karyawan yang tidak bersih dapat menjadi sumber kontaminan atau agen transmisi organisme pathogen bagi benih ikan yang dipeliharanya, dan dapat pula mempengaruhi kesehatan personil/karyawan yang memakainya.  Pakaian dan perlengkapan kerja harus terbuat dari bahan yang tidak membahayakan pemakainya dan harus selalu bersih. Untuk sterilisasi dan melindungi kesehatan personil/karyawan maka pemakaian sepatu boot merupakan keharusan selama dalam bekerja. Setiap personil/karyawan sebaiknya menggunakan sarung tangan dan menggunakan penutup hidung bila bekerja dengan bahan kimia dan obat-obatan.

  1. Sterilisasi atas kaki dan tangan

Pada saat memasuki sub unit produksi, karyawan sebaiknya melakukan sterilisasi alas kaki dan tangannya sebelum dan setelah melakukan pekerjaan.

Sumber: 

Direktorat Perbenihan, Sub Direktorat Standardisasi dan sertifikasi 2013 “Lampiran Permen KP Nomor PER./MEN/2012 Tentang Cara Pembenihan Ikan Yang Baik (CPIB)

http://biosekuritiakuakultur.blogspot.co.id/2007/12/cacing-cestoda.html diakses pada tanggal 13 Desember 2016

https://www.scribd.com/doc/294882505/biosecurity diakses pada tanggal 13 Desember 2016

3.12 Melakukan persiapan wadah pemeliharaan larva komoditas perikanan di komoditas perikanan di bak, aquarium dan fiber glass

  Persiapan Wadah Bak, Aquarium dan Fiber Glass Pada kegiatan pembelajaran ini anda akan mempelajari sanitasi wadah pembe...