Rabu, 25 Agustus 2021

 

Mapel : Teknik Pengembangiakan Komoditas Perikanan air Tawar

Kelas  : XII APAT

KD : 3.12 Menganalisis pemeliharaan larva komoditas perikanan di bak, aquarium dan fiber glass

IPK :  3.12.1. Menganalisis sifat dan karakteristik larva ikan

3.12.2. Mengamati tahapan perkembangan larva ikan

 

SIFAT DAN KARAKTERISTIK LARVA IKAN

A.     Deskripsi

 

Kompetensi pemeliharaan larva ikan membahas tentang Penanganan larva sesuai sifat dan karakter jenis ikan, Tahapan perkembangan larva, Perhitungan padat tebar larva, Pengelolaan pakan larva, Ukuran pakan larva, Nutrisi pakan larva, Jenis jenis pakan larva, Feeding rate, feeding frekuensi dan feeding time, Feed Conversion Rate, Laju pertumbuhan larva, Pengelolaan media pemeliharaan larva, Sanitasi wadah, Pengelolaan kualitas air, Pengukuran parameter kualitas air, Pengendalian hama penyakit dan Teknik pemanenan larva

B.     Kegiatan Belajar

 

1.      Tujuan Pembelajaran

 

Setelah mempelajari kompetensi pemeliharaan larva ikan, anda akan memahami :

 

a.       Penanganan larva sesuai sifat dan karakter jenis ikan

b.      Tahapan perkembangan larva

c.       Perhitungan padat tebar larva

d.      Pengelolaan pakan larva

e.       Laju pertumbuhan larva

f.        Pengelolaan media pemeliharaan larva

g.       Pengelolaan kualitas air

h.      Pengendalian hama penyakit

 

2.      Uraian Materi

 

Sekarang anda sedang memiliki mahluk yang paling sensitif terhadap lingkungan dan perlu mendapatkan perhatian yang serius yaitu larva ikan. Seperti halnya mahluk yang baru, larva ikan membutuhkan tempat dan lingkungan yang nyaman sesuai


dengan kebutuhannya. Larva mahluk yang masih lemah untuk menhadapi dunia luar termasuk perubahan kualitas air, predator, hama, penyakit. Selain itu anda harus memperhatikan ketersediaan makan karena larva tersebut belum mampu atau belum tahu cara mengambil makannya. Selain itu larva belum memiliki organ yang lengkap seperti halnya ikan dewasa. Larva akan selalu mengalami perkembangan organ baik morfologi maupun anatominya sampai larva tersebut memiliki organ yang sama dengan organ ikan dewasa. Agar anda dapat memelihara larva ikan dengan baik anda harus memahami sifat dan karakter larva mulai dari menetas berikut perkembangan organ-organnya. Oleh sebab itu anda harus mempelajari uraian materi ini dengan seksama.

Siklus larva merupakan siklus yang paling kritis, terutama sangat rentan terhadap serangan penyakit dan perubahan lingkungan. Untuk menghindari terjangkitnya penyakit, maka wadah pemeliharaan larva harus dibersihkan dan disanitasi terlebih dahulu. Sanitasi wadah dilakukan dengan tujuan untuk menghindari terjangkitnya penyakit selama pemeliharaan, karena wadah pemeliharaan yang sebelumnya telah digunakan untuk proses pemeliharaan larva merupakan sarana utama masuknya penyakit pada wadah pemeliharaan. Dengan sanitasi maka hama dan penyakit yang menempel pada permukaan dan dinding bak akan mati dan hilang sehingga kemungkinan terjangkitnya penyakit akan lebih kecil.

Proses sanitasi wadah yang umum dilakukan adalah dengan menyikat seluruh permukaan dan dinding wadah menggunakan deterjen atau bahan lain sampai kotoran yang menempel bersih. Setelah itu, dilakukan pembilasan wadah dengan menggunakan air tawar untuk menghilangkan sisa deterjen yang menempel dan menghilangkan bau dari bahan tersebut. Proses sanitasi ini dilanjutkan dengan pengeringan wadah selama 2 – 3 hari. Pengeringan atau penjemuran ini dilakukan untuk menguapkan air sisa pembilasan, sehingga wadah benar-benar kering dan tidak berbau bahan sanitasi. Melalui pengeringan atau penjemuran wadah tersebut, dapat mematikan siklus hidup penyakit yang masih menempel atau tersisa.


Larva (Latin: larvae) adalah bentuk muda (juvenile) hewan yang perkembangannya melalui metamorfosis. Sebagian besar perkembangan morfologi larva ikan yang baru menetas adalah mulut belum terbuka, cadangan kuning telur dan butiran minyak masih sempurna dan larva yang baru menetas bersifat pasif. Hari ke dua mulut mulai terbuka. Selanjutnya benih mulai berusaha. Selanjutnya memasuki hari ke tiga, larva ikan mulai mencari makan, pada saat tersebut cadangan kuning telurnya pun telah menipis yaitu tinggal 25 – 30% dari volume awal.

 

 

 

AC742E63      

Morfologi larva                     Sistem Pencernaan Larva

 

A = umur 2 hari, B = umur 4 hari, C = umur 6 hari, D = umur 12 hari, E = umur 22 hari

Gambar 1. Perkembangan Larva Ikan

 

Padat penebaran larva pada saat pemeliharaan, sangat tergantung pada daya dukung kolam. Daya dukung kolam meliputi kualitas air dan ketersediaan pakan. Dengan demikian padat penebaran pada setiap lokasi akan berbeda. Menurut SNI, padat penebaran larva / benih ikan lele adalah:


·           Padat tebar larva ( usia 0-1 minggu, ukuran1-2 cm : 2000 ekor / liter air

·           Padat tebar larva ( usia 1-2 minggu, ukuran 2-3 cm : 1000 ekor / liter air

·           Padat tebar larva ( usia 2-3 minggu, ukuran 3-4 cm : 500 ekor / liter air

·           Padat tebar larva ( usia 3-4 minggu, ukuran 4-5 cm : 200 ekor / liter air

·           Padat tebar larva ( usia 4-5 minggu, ukuran 5-6 cm : 100 ekor / liter air

·           Padat tebar larva ( usia 5-6 minggu, ukuran 6-7 cm : 75 ekor / liter air

·           Padat tebar larva ( usia 7-8 minggu, ukuran 7-8 cm : 50 ekor / liter air

 

a.      Perkembangan Larva Ikan

 

Fase larva memiliki perkembangan anatomi dan morfologi yang lebih cepat dibandingkan dengan ikan yang lebih dewasa. Sebagian besar perkembangan larva ikan yang baru menetas adalah mulut belum terbuka, cadangan kuning telur dan butiran minyak masih sempurna dan larva yang baru menetas bersifat pasif. Hari ke dua mulut mulai terbuka. Selanjutnya memasuki hari ke tiga, larva ikan mulai mencari makan, pada saat tersebut cadangan kuning telurnya pun telah menipis yaitu tinggal 25 – 30% dari volume awal.

Telur ikan yang baru menetas dinamakan larva, tubuhnya belum sempurna baik organ luar maupun organ dalamnya. Larva akan terus berkembang untuk menyempurnakan bentuk dan fungsi dari masing- masing organ. Perkembangan larva secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu :

Prolarva, larva yang masih memiliki kuning telur, tubuhnya transparent dengan beberpa butir pigmen yang fungsinya belum diketahui. Sirip dada dan ekor sudah ada tetapi bentuknya belum sempurna. Kebanyakan prolarva yang baru keluar dari cangkangnya tidak memiliki sirip perut yang nyata melainkan berupa tonjolan saja. Mulut dan rahang belum berkembang dan ususnya masih merupakan tabung yang lurus. Sistem


 

 

 

 

 

pernafasan dan peredaran darah belum sempurna. Makanan diperoleh dari cadangan kuning telur yang belum habis diserap. Pergerakan larva ikan yang baru menetas relative sedikit, sehingga masih mudah terbawa arus. Perkembangan prolarva sangat cepat sehingga morfologi dan proporsi bagian tubuhnya cepat berubah.

http://defishery.files.wordpress.com/2009/11/gino1.gif Larva ikan gurame https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlZaH7d60AJqffD0-3fpxYq4XnDh2PKYOPHXL0Gc9-RvYl7kmz9C_t4qx_l7hpE03sciFt2hfd6Uzr1Y56rlQwtqtGzNf8kPzMySNJcZ1HFVaonoJ_XJ0Fwz3yo_aWdsP6bId7PjRI7No/s1600/larva+arwana.jpg

1                                2                                     3

Gambar 15. Macam macam Ukuran Kuning Telur Ikan fase prolarva.

1 Larva Ikan Mas, 2 Ikan Gurame, 3 Ikan Arwana

 

Post larva, masa larva dari hilangnya cadangan kuning telur hingga terbentuknya organ-organ baru atau selesainya tahap penyempurnaan bentuk dan fungsi organ. Sehingga post larva telah dapat bergerak lebih aktif untuk memenuhi kebutuhannya dalam mencari makanan, meskipun pergerakannya masih terbatas. Pada ikan mas post larva biasa dikenal dengan sebutan lokal kebul. Post larva masih mengandalkan pakan alami untuk memenuhi kebutuhannya.

Perpindahan tahap prolarva menjadi post larva merupakan masa kritis bagi perkembangan larva, hal ini disebabkan karena adanya perpindahan atau masa transisi habisnya kuning telur. Pada masa prolarva makanan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan perkembangan tubuh diperoleh dari cadangan kuning telur melalui proses absorbsi dalam tubuh (indogenous feeding), setelah kuning telur habis terserap maka larva sudah harus mulai mencari makanan dari luar tubuhnya (eksogenous feeding). Pada masa transisi inilah terjadi proses katabolisme berupa penghisapan


kembali jaringan tubuh yang sudah terbentuk bertepatan dengan pergerakan larva. Ketika kuning telur hampir habis diserap, larva mulai beradaptasi dengan mengambil makanan dari luar tubuhnya. Masa perpindahan inilah yang menjadi masa kritis bagi larva, karena ketersediaan pakan alami dalam media hidupnya sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup larva dalam mempertahankan hidupnya.

Saluran pencernaan larva ikan umur dua hari berbentuk tabung lurus, belum ditemukan rongga pada saluran pencernaan. Ketika larva /benih umur 4 hari, saluran pencernaan mulai berlekuk sedikit. Pada umur 4 hari Pada benih umur 10 hari saluran pencernaan semakin melengkung sampai ke anus dan hati sudah lengkap.

Benih umur 12 hari rongga saluran pencernaan dan vili ( lekukan ) semakin tinggi, usus depan sudah berdiferensiasi menjadi lambung. Diantara lambung dan usus terdapat penyempitan saluran pencernaan ( pylorus/katup) dan di belakangnya terdapat rongga saluran- saluran pencernaan yang biasanya menggelembung.

Aktivitas enzim protease di dalam saluran pencernaan semakin meningkat dengan bertambahnya umur benih dan mencapai puncaknya pada umur

17 hari. Peningkatan aktivitas protease tersebut disebabkan oleh meningkatnya luas permukaan usus dalam penambahan lekukan ( vili) bagian dalam usus dan bertambah panjangnya usus yang menyebabkan meningkatnya jumlah sel penghasil enzim. Sesuai dengan pendapat Ferraris et.al (1986) bahwa peningkatan aktivitas protease disebabkan meningkatnya jaringan penghasil enzim. Penyebab lain adalah meningkatnya peran pakan yang dikonsumsi oleh benih ikan baung sehingga terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas pakan yang berperan sebagai substrat yang diurai oleh enzim yang ada.


Setelah berumur sehari, larva akan berkembang dan membentuk pasangan-pasangan alat sensor   pada   badannya   yang   disebut "cupulae". Alat cupulae ini seperti rambut-rambut pendek. Pada bagian ujung (dekat mulut) biasanya terdapat sepasang dan lainnya akan berada pada badannya. Alat sensor ini hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop dengan posisi larva dilihat dari bagian atas. Dengan terbentuknya alat ini biasanya larva menjadi sensitif dari pengaruh luar. Cupulae ini akan tidak nampak atau hilang setelah larva berumur 2 hari.

Menjelang hari ke 2 akan terbentuk pigmentasi pada mata kemudian dibarengi dengan terbukanya mulut. Setelah mata betul-betul membuka yang dapat ditandai dengan adanya sepasang pigmen hitam di bagian kepala kemudian mulut larva membuka dengan sempurna maka selanjutnya larva mulai berusaha mencari dan memangsa pakan yang ada di sekitarnya. Pada saat ini, cadangan kuning telur mulai menipis.

Mulai D-3 biasanya larva sudah aktif mencari mangsa, kuning telur habis diserap dan gelembung minyak mulai menipis. Tampaknya gelembung minyak merupakan cadangan energi untuk larva sampai larva mendapatkan mangsanya.Setelah gelembung minyak habis dan larva ternyata tidak menemukan mangsanya maka larva akan mati. Pada periode inilah merupakan masa-masa kritis. Pada D-3 umumnya larva mulai menampakkan sirip-sirip dada dan saluran pencernaannya mulai berkembang.

Setelah larva berumur sekitar satu minggu, duri punggung mulai berkembang dan pigmentasi di seluruh badan mulai tampak. Untuk selanjutnya, larva akan berkembang terus hingga sampai mengalami metamorfosis yaitu perubahan menuju bentuk ikan lengkap kira-kira berumur satu bulan. Pada umur itu, semua organ sudah terbentuk dengan


sempurna. Setiap jenis larva ikan mempunyai perbedaan perkembangan morfologi.

 


 

Gambar 16. Larva dan Kuning Telur Ikan

Sebagian besar perkembangan morfologis larva ikan yang baru menetas adalah mulut belum terbuka, cadangan kuning telur dan butiran minyak masih sempurna dan larva yang baru menetas bersifat pasif. Hari ke dua mulut mulai terbuka. Selanjutnya benih mulai berusaha. Selanjutnya memasuki hari ke tiga, larva ikan mulai mencari makan, pada saat tersebut cadangan kuning telurnya pun telah menipis yaitu tinggal 25 – 30% dari volume awal.

Sirip dada mulai terbentuk sejak benih baru menetas meskipun belum memiliki jari-jari. Pada hari kedua bakal sirip punggung, sirip lemak dan sirip ekor masih menyatu dengan sirip dubur. Jari jari sirip dubur muncul pada hari ke 5 dan lengkap pada hari ke 10. Pigmen mata pada larva yang baru menetas sudah terbentuk dan hari ke 2 mata telah berfungsi. Insang pada hari ke sudah terbentuk dan berkembang sesuai umur larva. Pada umur 10 hari insang sudah mulai berfungsi.

Kuning telur ikan patin, mas, lele, baung dan sebagainya habis terserap pada hari ke 3. Sedangkan ikan nila, gurame, bawal kuning telurnya terserap setelah umur 4 hari. Perbedaan kecepatan penyerapan kuning


telur ini terjadi karena ukuran kuning telur yang berbeda dan pengaruh faktor lingkungan terutama suhu dan kandungan oksigen terlarut. Kamler dan Kohno ( 1992 ) mengatakan semakin tinggi suhu maka penyerapan kuning telur semakin cepat. Kuning telur yang diserap berfungsi sebagai materi dan energi bagi benih untuk pemeliharaan, diferensiasi, pertumbuhan dan aktivitas rutin. Buddington (1988) fungsi utama kuning telur adalah untuk pemeliharaan dan aktivitas serta relatif kecil untuk differensiasi.

Laju penyerapan kuning telur benih ikan baung dan patin pada fase awal menetas lambat, kemudian cepat dan lambat lagi berlangsung secara eksponensial. Penyerapan lambat menjelang hingga habis terserap. Heming dan Buddington ( 1988 ) bahwa penyerapan kuning telur berlangsung secara eksponensial. Penyerapan lambat menjelang kuning telur habis terserap diduga disebabkan oleh berkurangnya luas permukaan sejalan dengan penyusutan kantung kuning telur dan perubahan komposisi kuning telur.




Sumber belajar : Buku Teknik Pembenihan Ikan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

 

 

 

Senin, 16 Agustus 2021

Perbaikan Mutu Kualiatas Air

 

Perbaikan Mutu Kualitas Air

1.      Aplikasi probiotika

Probiotik pada umumnya didefinisikan sebagai bakteri tambahan (inokulan) yang dipakai untuk melaksanakan suatu proses enzimatis mikrobiologis tertentu. Kenyataan selanjutnya menunjukkan bahwa organisme yang melaksanakan tugas-tugas perubahan biologis juga dapat didefinisikan sebagai biomanipulator.

Jenis probiotik

Berdasarkan jenis atau fungsinya probiotika juga dapat dikelompokkan kedalam :

a.    Probiotika pengurai pupuk organik sebelum dimasukkan ke tambak

b.    Probiotika pengurai limbah organik di dalam tambak

c.     Probiotika yang membantu pencernaan pakan buatan di dalam tubuh udang

Probiotika secara ekonomis diperhitungkan sebagai input yang mahal, kesalahan persiapan dan penaganan hanya akan menambah biaya tanpa hasil apapun. Pemberian sebaiknya dilakukan setelah organisme probiotik ditumbuhkan dengan maskimum sebelum dimasukkan ke air/dasar tambak.

Prosedur penumbuhan probiotika

a.    Probiotika pengurai pupuk organik sebelum dimasukkan ke tambak Diperlukan untuk menumbuhkan fitoplankton secara cepat dan stabil miminum hingga 7 hari, komposisi pupuk dan probiotika yang diberikan adalah sbb :

1.         Dedak sebagai sumber karbohidrat, selulosa dan silikat

2.         Gula/tetes tebu sebagai sumber CO2

3.         Protein tepung ikan/Urea/Pakan BS sebagai sumber nitrogen dan

karbon (C) sebagai penyusun protein sel probiotika

4.         Bakteri biakan (Baccillus atau Nitrobacter atau Nitrosomonas)

5.         Aerasi/ pengadukan agar proses berlangsung secara aerobic

 

b.    Probiotika pengurai limbah organik di dalam tambak

1.         Bakteri fotosintetik bakteri Chtinioclastic, Lipolitic, Cellullolityc,

2.         Proteolitic bacteria.

3.         Molase sebagai sumber Karbon

4.         Tepung ikan sebagai sumber protein

5.         Zeolite sebagai pemberat dan pori-pori penyerap bakteri

6.         Pengadukan tanpa aerasi karena bakteri aerobik fakultatif

 

c.     Probiotika yang membantu pencernaan pakan buatan di dalam tubuh udang

1.         Bakteri Lactobaccillus

2.         Gula dan air sebagai medium pertumbuhan

3.         Tepung ikan sebagai sumber protein

4.         Kanji sebagai medium pengikat untuk dilapisi di pakan (pelet)

 

2.      Pengelolaan Fitoplankton

a.    Keberadaan fitoplankton tambak pada dasarnya sangat diperlukan. Fitoplankton adalah bagian dari komunitas mikroba yang berperan dalam mengatur kondisi kultur yang diinginkan. Selain dapat memanfaatkan sisa nutrient, keberadaan fitoplankton juga mengurangi intensitas cahaya, memproduksi oksigen, menstabilkan temperatur serta memberikan kontribusi akan kebutuhan nutrient bagi organisme yang dipelihara.

b.    Fitoplankton akan berada pada kondisi yang diinginkan bilamana dikelola dan dicermati berbagai fluktuasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pertumbuhannya.

c.    Problem umum yang sering muncul pada awal-awal masa produksi adalah kematian plankton akibat kekurangan nutrien atau CO₂. Kondisi ini dapat terjadi dengan tiba-tiba dan menyisakan sedikit plankton yang masih hidup. Plankton yang mati akan menyebabkan munculnya busa dalam jumlah besar di permukaan dan juga deposit material di dasar.

d.    Untuk menjaga kondisi plankton yang stabil, perlu untuk menambahkan sejumlah nutrien, CO₂ dan cahaya.

e.    Penggantian air adalah cara paling mudah untuk menurunkan kepadatan plankton pada kolam-kolam yang dikelola dengan sistem tertutup.

3.      Pengelolaan Kelarutan Oksigen.

Kandungan oksigen terlarut merupakan parameter kualitas air utama pada pembesaran udang di tambak. Kebiasaan udang windu adalah mempunyai aktivitas pada dasar perairan. Oksigen terlarut terutama pada air dasar tambak tidak kurang dari 4 ppm. Fluktuasi kandungan oksigen terlarut sangat ditentukan kepadatan biota yang ada dalam air terutama fitoplankton dan tanaman air lainnya yang merupakan produsen primer. Untuk menjaga oksigen terlarut tetap pada kondisi yang optimal adalah dengan memanfaatan proses fotosintesa, penggunaan aerasi dengan cara pengaturan kincir air.

Kincir air diperlukan untuk :

a.       Suplai O2 di air

b.      Mengoksidasi permukaan dasar

c.       Membuat kotoran tersuspensi dan teroksidasi di kolom air

d.      Mengatur arus air dan menentukan penumpukan lumpur organik

e.       Menghilangkan         pelapisan       air      oleh      suhu      dan      salinitas       dan menghomogenkan kelarutan oksigen

4.      Pengapuran

Pengapuran dilakukan pada saat persiapan kolam. Pengapuran dilakukan jika tanah dasar kolam bereaksi masam (pH < 6,0) dengan cara dan dosis yang tepat agar tidak merugikan kehidupan ikan. Pengapuran dimaksudkan untuk meningkatkan pH tanah dasar kolam menjadi netral (pH 7,0) dan dapat berfungsi sebagai desinfektan. Dosis pengapuran harus disesuaikan dengan kondisi pH tanah dasar dan jenis kapur yang digunakan. Jenis kapur yang digunakan dapat berupa kapur sirih, kapur tohor, kapur tembok dan kapur karbonat/kapur giling. Pada Tabel 1. berikut ini dicantumkan dosis pengapuran kolam per ha.

Tabel 1. : Keperluan jumlah kapur per ha untuk meningkatkan pH tanah menjadi 7

pH Tanah

Kapur Giling (kg)

Kapur Tembok

Kapur Sirih (kg)

4,00

1690

1610

1130

4,50

1500

1430

1020

5,00

1130

1050

720

5,50

750

720

530

6,00

380

340

270

6,50

sedikit

sedikit

sedikit

7,00

-

-

-

Sumber : Demetra, E.M. System Soil Tester Tokyo, Japan

dalam Petunjuk Teknis Pengoperasian Unit Usaha Pembesaran Udang Galah.

 

5.      Sistem Resirkulasi

Kolam Sistem resirkulasi adalah sistem air yang dipakai terus menerus dengan memakai sistem filtrasi. Sistem ini memerlukan aliran air yang dapat terkendali serta pompa untuk mengalirkan air tersebut. Ide utama dari sistem ini adalah terus mendaur ulang air dengan bantuan sirkulasi pompa. Dengan sistem filtrasi biologis dengan bantuan bakteri pengurai, filter mengurai ammonia yang menjadi racun/polutan utama pada kolam, sehingga kualitas air tetap terjaga di level yang diinginakan. Jadi sistem ini akan menghemat penggunaan air dalam kegiatan budidaya. Air yang digunakan adalah sebatas pada air dalam kolam dan air dalam bak filter. Tapi air juga perlu ditambahakan jika terjadi penyusutan karena adanya kebocoran atau penguapan.

Resirkulasi ini menjadi 2 macam, yaitu resikulasi penuh/tertutup dan resirkulasi sebagian/semi tertutup.

1.    Sistim resirkulasi tertutup , sistim resirkulasi yang mendaur ulang 100% air (CRS)

2.    Sistim resirkulasi semi tertutup, sistim resirkulasi yang mendaur ulang sebagian air buangan, sehingga masih membutuhkan penambahan air dari luar.

Komponen dasar sistem resirkulasi akuakultur terdiri dari :

1.    Bak pemeliharaan ikan /tangki kultur (growing tank) yaitu tempat pemeliharaan ikan, dapat dibuat dari plastik, logam, kayu, kaca, karet atau bahan lain yang dapat menahan air, tidak bersifat korosif, dan tidak beracun bagi ikan.

2.    Penyaring partikulat (sump particulate) yang bertujuan untuk menyaring materi padat terlarut agar tidak menyumbat biofilter atau mengkonsumsi suplai oksigen.

3.    Biofilter merupakan komponen utama dari sistem resirkulasi. Biofilter merupakan tempat berlangsungnya proses biofiltrasi beberapa senyawa toksik seperti NH4 + dan NO2-. Pada dasarnya, biofilter adalah tempat bakteri nitrifikasi tumbuh dan berkembang.

4.    Penyuplai oksigen (aerator) yang berfungsi untuk mempertahankan kadar oksigen terlarut dalam air agar tetap tinggi.

5.    Pompa resirkulasi (water recirculation pump) yang berfungsi untuk mengarahkan aliran air. Peralatan yang digunakan pada sistem ini relatif mudah ditemukan dan sudah biasa digunakan, kecuali pompa air dan aerator.

 


Sistem kerja kolam resirkulasi


Secara umum sistem   kerjanya, air dalam wadah pemeliharaan akan diisi terus hingga batas selang atau pipa pembuangan, kemudian air yang berlebihan akan keluar melalui selang/ pipa menuju gor/ talang pembuangan air yang sudah disediakan. Air akan mengalir keluar menuju bak filter yang diisi dengan bahan-bahan filter seperti zeolit dan bioball namun sebelumnya diberi kapas filter untuk membuang partikel yang lebih besar. Hasil filterasi akan menghasilkan air bersih yang akan dipompa masuk melalui pipa kesetian wadah kolam/ akuarium budidaya kembali. begitu seterusnya.


 

 

3.12 Melakukan persiapan wadah pemeliharaan larva komoditas perikanan di komoditas perikanan di bak, aquarium dan fiber glass

  Persiapan Wadah Bak, Aquarium dan Fiber Glass Pada kegiatan pembelajaran ini anda akan mempelajari sanitasi wadah pembe...