Minggu, 25 Oktober 2020

Perkembangan Embrio pada ikan dan Perkembangan Larva Ikan

 Perkembangan Embrio pada ikan

Perkembangan  embrio  pada  telur  ikan  terjadi  sejak  pembuahan  oleh sperma. Embrio adalah mahluk yang sedang berkembang sebelum mahluk tersebut  mencapai  bentuk  definitif  seperti bentuk  mahluk  dewasa.

Pada perkembangan  mahluk  hidup  dalam  proses  embriogeneses  terbagi menjadi tiga tahap yaitu :

1.  Progenase     : dimulai dari perkembangan sel kelamin sampai zygot
2.  Embriogenese  : Proses  perkembangan  zygot  pembelahan  zygot, blastulasi,  gastrulasi  dan neorolasi  sampai pembelahan zygot
3.  Organogenese  :  Proses  perkembangan  alat-alat  tubuh  seperti jantung, paru paru, ginjal, otak dan sebagainya.

Pembelahan  zygot  adalah  rangkaian  mitosis  yang  berlangsung  berturutturut  segera  setelah terjadi  pembuahan.  Pembelahan  zygot  berlangsung cepat  sehingga  sel  anak  tidak  sempat tumbuh,  sehingga  besar  sel  anak makin  lama  makin  kecil,  sesuai  dengan  tingkat  pembelahan. Akibatnya pembelahan menghasilkan kelompok sel anak yang disebut morula dan sel anak disebut blastomer.



Perkembangan telur sampai penetasan larva ikan bawal

Pembelahan  pertama  akan  membagi  blastodisk  menjadi  dua  bagian  yang selanjutnya masing masing bagian akan membelah lagi menjadi 4,8,16 dan 32 sel.  Pembelahan-pembelahan  sel  ini akan menghasilkan  blastoderm  yang makin  lama  makin  menebal.  Tahap  pembelahan  sel  berakhir dengan terbentuknya rongga blastocoel yang terletak antara blastoderm dan jaringan periblast yang menempel pada kuning telur.

 

Perkembangan Larva Ikan

Fase  larva  memiliki  perkembangan  anatomi  dan  morfologi  yang  lebih cepat  dibandingkan  dengan  ikan  yang  lebih  dewasa.  Sebagian  besar perkembangan larva ikan yang baru menetas adalah mulut belum terbuka, cadangan kuning telur dan butiran minyak masih sempurna dan larva yang baru menetas bersifat pasif.

Hari ke dua mulut mulai terbuka. Selanjutnya memasuki hari ke tiga, larva ikan mulai mencari makan, pada saat tersebut cadangan  kuning  telurnya  pun  telah  menipis  yaitu  tinggal  25  –  30%  dari volume awal.

Telur  ikan  yang  baru  menetas  dinamakan  larva,  tubuhnya  belum sempurna  baik  organ  luar  maupun  organ  dalamnya.  Larva  akan  terus berkembang  untuk  menyempurnakan  bentuk  dan  fungsi  dari  masingmasing  organ.  Perkembangan  larva  secara  garis  besar  dapat  dibagi menjadi dua tahap, yaitu :

Prolarva,  larva  yang  masih  memiliki  kuning  telur,  tubuhnya  transparent dengan beberpa butir pigmen yang fungsinya belum diketahui. Sirip dada dan  ekor  sudah  ada  tetapi  bentuknya  belum  sempurna.  Kebanyakan prolarva  yang  baru  keluar  dari  cangkangnya  tidak   memiliki  sirip  perut yang  nyata  melainkan  berupa  tonjolan  saja.  Mulut  dan  rahang  belum berkembang  dan  ususnya  masih  merupakan  tabung  yang  lurus. 

Sistem pernafasan  dan  peredaran  darah  belum  sempurna.   Makanan  diperoleh dari  cadangan  kuning  telur  yang  belum  habis  diserap.  Pergerakan  larva ikan  yang  baru  menetas  relative  sedikit,  sehingga  masih  mudah  terbawa arus.  Perkembangan  prolarva  sangat  cepat  sehingga  morfologi  dan proporsi bagian tubuhnya cepat berubah.

 




Macam macam ukuran kuning telur ikan fase prolarva , 1 larva ikan mas, 2 larva ikan gurame, 3 larva ikan arwana

 

Post  larva,  masa  larva  dari  hilangnya  cadangan  kuning  telur  hingga terbentuknya  organ-organ  baru  atau  selesainya  tahap  penyempurnaan bentuk  dan  fungsi  organ.  Sehingga  post  larva  telah  dapat  bergerak  lebih aktif untuk  memenuhi  kebutuhannya dalam  mencari  makanan, meskipun pergerakannya  masih  terbatas.  Pada  ikan  mas  post  larva  biasa  dikenal dengan sebutan lokal kebul. Post larva masih mengandalkan pakan alami untuk memenuhi kebutuhannya.

Perpindahan  tahap  prolarva  menjadi  post  larva  merupakan  masa  kritis bagi perkembangan larva, hal ini disebabkan karena adanya perpindahan atau  masa  transisi  habisnya  kuning  telur.  Pada  masa  prolarva  makanan untuk  memenuhi  kebutuhan  hidup  dan  perkembangan  tubuh  diperoleh dari  cadangan  kuning  telur  melalui  proses  absorbsi  dalam  tubuh (indogenous feeding), setelah kuning telur habis terserap maka larva sudah harus  mulai  mencari  makanan  dari  luar  tubuhnya  (eksogenous  feeding).

Pada  masa  transisi  inilah terjadi  proses  katabolisme berupa  penghisapan kembali  jaringan  tubuh  yang  sudah  terbentuk  bertepatan  dengan pergerakan  larva.  Ketika  kuning  telur  hampir  habis  diserap,  larva  mulai beradaptasi  dengan  mengambil  makanan  dari  luar  tubuhnya. 

Masa perpindahan  inilah  yang  menjadi  masa  kritis  bagi  larva,  karena ketersediaan  pakan  alami  dalam  media  hidupnya  sangat  berpengaruh terhadap kelangsungan hidup larva dalam mempertahankan hidupnya.
Saluran  pencernaan  larva  ikan  umur  dua  hari  berbentuk  tabung  lurus, belum  ditemukan  rongga  pada  saluran  pencernaan.  Ketika  larva  /benih umur 4 hari, saluran pencernaan mulai berlekuk sedikit. Pada umur 4 hari Pada benih umur 10 hari saluran pencernaan semakin melengkung sampai ke anus dan hati sudah lengkap.

Benih  umur  12  hari  rongga  saluran  pencernaan dan  vili  (  lekukan  ) semakin  tinggi,  usus  depan  sudah  berdiferensiasi  menjadi  lambung. Diantara  lambung  dan  usus  terdapat  penyempitan  saluran  pencernaan  (pylorus/katup)  dan  di  belakangnya  terdapat  rongga  saluran-  saluran pencernaan yang biasanya menggelembung.

Aktivitas enzim protease di dalam saluran pencernaan semakin meningkat dengan  bertambahnya  umur  benih  dan  mencapai  puncaknya  pada  umur 17  hari.  Peningkatan  aktivitas  protease  tersebut  disebabkan  oleh meningkatnya  luas  permukaan  usus  dalam  penambahan  lekukan  (  vili) bagian  dalam  usus  dan  bertambah  panjangnya  usus  yang  menyebabkan meningkatnya  jumlah  sel  penghasil  enzim. 

Sesuai  dengan  pendapat Ferraris  et.al  (1986)  bahwa  peningkatan  aktivitas  protease  disebabkan meningkatnya  jaringan  penghasil  enzim.  Penyebab  lain  adalah meningkatnya  peran  pakan  yang  dikonsumsi  oleh  benih  ikan  baung sehingga terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas pakan yang berperan sebagai substrat yang diurai oleh enzim yang ada.

Setelah  berumur  sehari,  larva  akan  berkembang  dan  membentuk pasangan-pasangan  alat  sensor  pada  badannya  yang  disebut "cupulae". Alat  cupulae  ini  seperti  rambut-rambut  pendek. Pada  bagian ujung (dekat mulut) biasanya terdapat sepasang dan lainnya akan  berada pada  badannya.  Alat  sensor  ini  hanya  dapat  dilihat  dengan  bantuan mikroskop  dengan  posisi  larva  dilihat  dari  bagian  atas. 

Dengan terbentuknya  alat  ini  biasanya  larva  menjadi  sensitif  dari  pengaruh  luar. Cupulae ini akan tidak nampak atau hilang setelah larva berumur 2 hari.Menjelang  hari  ke  2  akan  terbentuk  pigmentasi  pada  mata  kemudian dibarengi  dengan  terbukanya  mulut. 

Setelah  mata  betul-betul  membuka yang  dapat  ditandai  dengan  adanya  sepasang  pigmen  hitam  di  bagian kepala  kemudian  mulut  larva  membuka  dengan  sempurna  maka selanjutnya larva mulai berusaha mencari dan memangsa pakan yang ada di sekitarnya. Pada saat ini, cadangan kuning telur mulai menipis.

Mulai  D-3 biasanya  larva  sudah aktif mencari mangsa, kuning telur habis diserap  dan  gelembung  minyak  mulai  menipis. Tampaknya  gelembung minyak  merupakan  cadangan  energi  untuk  larva  sampai  larva mendapatkan  mangsanya.Setelah  gelembung  minyak  habis  dan  larva ternyata  tidak  menemukan  mangsanya  maka  larva  akan  mati.

Pada periode  inilah  merupakan  masa-masa  kritis. Pada  D-3  umumnya  larva mulai  menampakkan  sirip-sirip  dada  dan  saluran  pencernaannya  mulai berkembang.Setelah  larva  berumur  sekitar  satu  minggu,  duri  punggung  mulai berkembang  dan  pigmentasi  di  seluruh  badan  mulai  tampak.  Untuk
selanjutnya,  larva  akan  berkembang  terus  hingga  sampai  mengalami metamorfosis  yaitu  perubahan  menuju  bentuk  ikan  lengkap  kira -kira berumur satu bulan.

Pada umur itu, semua organ sudah terbentuk dengan sempurna.  Setiap  jenis  larva  ikan  mempunyai  perbedaan  perkembangan morfologi.


Larva dan kuning telur ikan

Sebagian  besar  perkembangan  morfologis  larva  ikan  yang  baru  menetas adalah  mulut  belum  terbuka,  cadangan  kuning  telur  dan  butiran  minyak masih sempurna dan larva  yang baru menetas bersifat pasif. Hari ke  dua mulut  mulai  terbuka.  Selanjutnya  benih  mulai  berusaha. 
Selanjutnya memasuki hari ke tiga, larva ikan mulai mencari makan, pada saat tersebut cadangan  kuning  telurnya  pun  telah  menipis  yaitu  tinggal  25  –  30%  dari volume awal.Sirip  dada  mulai  terbentuk  sejak  benih  baru  menetas  meskipun  belum memiliki  jari-jari. 

Pada  hari  kedua  bakal  sirip punggung,  sirip  lemak  dan sirip ekor masih menyatu dengan sirip dubur. Jari jari sirip dubur muncul pada hari ke 5 dan lengkap pada hari ke 10. Pigmen mata pada larva yang
baru menetas sudah terbentuk dan  hari ke 2 mata telah berfungsi. Insang pada  hari  ke  sudah  terbentuk  dan  berkembang  sesuai  umur  larva.  Pada umur 10 hari insang sudah mulai berfungsi.

Kuning  telur  ikan  patin,  mas,  lele,  baung  dan  sebagainya  habis  terserap pada  hari  ke  3.  Sedangkan  ikan  nila,  gurame,  bawal  kuning  telurnya terserap  setelah  umur  4  hari.  Perbedaan  kecepatan  penyerapan  kuning telur  ini  terjadi  karena  ukuran  kuning  telur  yang  berbeda  dan  pengaruh faktor lingkungan terutama suhu dan kandungan oksigen terlarut.

Kamler dan  Kohno  (  1992  )  mengatakan  semakin  tinggi  suhu  maka  penyerapan kuning  telur  semakin  cepat.  Kuning  telur  yang  diserap  berfungsi  sebagai materi  dan  energi  bagi  benih  untuk  pemeliharaan,  diferensiasi, pertumbuhan dan aktivitas rutin. Buddington (1988) fungsi utama kuning
telur  adalah  untuk  pemeliharaan  dan  aktivitas  serta  relatif  kecil  untuk differensiasi.

Laju penyerapan kuning telur benih ikan baung dan patin pada fase awal menetas  lambat,  kemudian  cepat  dan  lambat  lagi    berlangsung  secara eksponensial.  Penyerapan  lambat  menjelang  hingga  habis  terserap. Heming  dan  Buddington  (  1988  )  bahwa  penyerapan  kuning  telur berlangsung  secara  eksponensial.  Penyerapan  lambat  menjelang  kuning telur  habis  terserap  diduga  disebabkan  oleh  berkurangnya  luas permukaan  sejalan  dengan  penyusutan  kantung  kuning  telur  dan
perubahan komposisi kuning telur.

 

Rabu, 21 Oktober 2020

APLIKASI PROBIOTIK DALAM AKUAKULTUR

 

APLIKASI PROBIOTIK DALAM AKUAKULTUR


Probiotik sudah sejak lama dikenalkan pada dunia perikanan Indonesia, terutama sejak dilarangnya penggunaan antibiotik pada produk perikanan oleh pasar Amerika dan Eropa, sebagai salah satu pengimpor produk perikanan terbesar. Pada saat itu nilai ekspor produk perikanan Indonesia turun pada tingkat yang sangat rendah, karena hampir semua produk perikanan kita di kembalikan dengan alasan diatas. Dan penderita kerugian terbesar adalah petani ikan

Probiotik berasal dari bahasa latin yaitu “pro” yang berarti untuk dan “bios” yang berarti hidup. Definisi probiotik pertama kali dikemukakan oleh Lilley and Stillwell (1965) yang menyatakan bahwa probiotik merupakan substansi yang dapat menstimulasi pertumbuhan mikroba lain. Parker (1974) menambahkan definisi probiotik sebagai organisme dan substansinya yang berperan dalam keseimbangan mikroba saluran pencernaan. Lebih lanjut, Fuller (1989) menyatakan bahwa probiotik merupakan suplemen pakan berupa mikroba hidup yang memiliki efek menguntungkan inangnya dengan meningkatkan keseimbangan mikroba saluran pencernaan. Pendapat lain oleh Gatesoupe (1999) mengemukakan bahwa probiotik merupakan mikroba yang dimasukkan ke dalam saluran pencernaan melalui berbagai cara dan menjaga agar mikroba tersebut dalam keadaan hidup untuk meningkatkan kesehatan inang. Definisi probiotik oleh Verschuere et al. (2000) yaitu mikroba hidup yang menguntungkan inangnya dengan cara memodifikasi mikroba dalam tubuh inangnya, meningkatkan kecernaan pakan, meningkatkan respon inang terhadap penyakit, memperbaiki kualitas air serta penghambatan bakteri patogen dalam lingkungan.

Mikroorganisme hidup yang dimaksudkan berasal dari golongan bakteri Gram-positif (Lactobacillus, Bifidobacterium, Bacillus), bakteri Gram-negatif (Pseudomonas, Vibrio), bakteriofag ((Myxoviridae, Podoviridae), mikroalga (Dunaliella salina, Dunaliella tertiolecta, Isochrysis galbana, Phaeodactylum tricornotum, Tetraselmis suecica), ragi/yeast (Phaffia rhodozyma, Saccharomyces cerevisiae, S. exiguus, Yarrowia lipotyca, Debaryomyces hansenii), cendawan serta bagian tubuh mikroorganisme (lipopolisakarida dari Vibrio, spora Clostridium butyricumglucan dari dinding yeast) (Flores 2011). Mikroorganisme tersebut bekerja dengan berbagai mekanisme diantaranya dengan menempel pada saluran cerna dan membentuk koloni, mengeluarkan zat inhibitor patogen dan mencegah kolonisasi patogen dengan kompetisi tempat dan nutrien (Zhou et al. 2010); penghambat patogen dengan menghasilkan zat antimikroba (antibiotik, protease, bacteriocins, lyzozyme, siderophore, dll.) (Hong et al. 2004); menghasilkan enzim yang dapat meningkatkan kecernaan pakan dan mempercepat pertumbuhan (Ayoola et al. 2013); merangsang sistem imun inang (Khalil et al. 2011, Reneshwary et al. 2011) serta memperbaiki kualitas air (Jha 2011).

Aplikasi probiotik dapat dilakukan dengan beberapa metode tergantung pada tujuan yang diinginkan antara lain melalui pencampuran pakan dan diaplikasikan langsung dalam kolam budidaya (Tuan et al. 2013). Probiotik yang dicampurkan dalam pakan dapat merangsang sistem imun dalam saluran pencernaan dan keseimbangan mikroba saluran pencernaan (Nayak 2010). Sedangkan aplikasi probiotik secara langsung dalam media pemeliharaan menghasilkan efek yang lebih cepat dibandingkan metode pemberian lain, meskipun kandungan bakteri probiotik didalamnya lebih sedikit (Sahu et al. 2008).

 

Petani ikan di Indonesia sebenarnya sudah mengenal dan menggunakan bakteri ini, tetapi petani belum paham tentang bagaimana cara kerja probiotik, sehingga pengunaannya belum efektif.

Probiotik didefinisikan sebagai makhluk hidup yang bisa menguntungkan bagi inangnya dan identik disebut bakteri baik. Di bidang perikanan biasa digunakan sebagai pengontrol kualitas air, padahal probiotik bisa dimanfaatkan untuk keperluan lain. Jenis Lactobacillus dan Bacillus paling banyak digunakan oleh produsen probiotik komersial karena di klaim bahwa kedua jenis baktei ini merupakan “bakteri baik” yang dapat menekan pertumbuhan “bakteri jahat” dan bermanfaat bagi pencernaan inangnya.

Beberapa cara kerja bakteri ini akan dijelaskan agar petani dapat memaksimalkan penggunaan probiotik untuk meningkatakan hasil panen mereka.

 

PROBIOTIK BAGI PERTUMBUHAN IKAN

Memperoleh ikan yang tumbuh dengan cepat  adalah keinginan setiap petani ikan. Probiotik dapat membantu ikan untuk memacu pertumbuhannya karena probiotik memproduksi enzim yang dapat membantu tubuh inang untuk memecah makanan sehingga dapat diserap dengan baik. Paling baik cara penggunaanya langsung dicampur kedalam pakan. Karena akan termakan oleh ikan dan dapat masuk kedalam pencernaan ikan. Saat berada dalam usus bakteri ini sebenarnya hidup tetapi harus diberikan secara berkala agar keberadaanya tidak hilang tergeser oleh jenis lain yang tidak bermanfaat bagi ikan. Beberapa percobaan menunjukkan bahwa probitik sebaiknya diberikan sebanyak dua kali dalam satu minggu.

PROBIOTIK BAGI PENYAKIT IKAN

Penyakit adalah momok bagi setiap petani ikan dimanapun, karena mampu mengakibatkan kematian massal pada ikan yang dipelihara. Salah satu penyakit yang banyak timbul adalah penyakit akibat bakteri. Penyakit ini dapat diatasi dengan aplikasi probiotik. Dalam tubuh ikan mekanisme kerja probiotik untuk pencegahan penyakit adalah dengan menghasilkan suatu zat yang disebut zat antibakteri yang dapat menekan dapat pertumbuhan bakteri lain yang ada di alam sehingga jumlahnya tidak membahayakan bagi ikan. Pemberian probiotik pada pakan, air atau keduanya dapat dilakukan, karena bakteri pembawa penyakit ada dalam pencernaan ikan itu sendiri atau ada dalam lingkungan tempat ikan hidup. Beberap ilmuwan bahkan meneliti kemungkinan probiotik mampu mengatasi penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus.

PROBIOTIK UNTUK KUALITAS AIR

Cara ini yang paling populer dikomunitas petani ikan, karena disebut dalam kemasan probiotik komesial yang banyak berada di pasaran. Klaim dari produsen probiotik komersial yang mengatakan bahwa  probiotik dapat bekerja menyingkirkan ”bakteri jahat” tidak sepenuhnya salah. Tetapi ada hal lebih penting dari cara kerja probiotik di dalam air yaitu mengelola kualitas air sehingga ikan dapat tumbuh sehat didalamnya. Probiotik dalam air dapat berfungsi sebagai penurun kadar zat-zat yang membahayakan pada ikan, seperti nitrat dan nitrit. Beberapa probiotik bahkan mulai diteliti untuk dapat difungsikan sebagai penstabil kadar oksigen terlarut dalam air.

Manfaat probiotik bukan hanya pada tingkat pembesaran ikan, bahkan penggunaan probiotik secara terus menerus mulai dari ukuran larva telah diteliti mampu menghasilkan produksi ikan yang lebih baik dari segi pertumbuhan dan ketahanan terhadap penyakit, bahkan kelangsungan hidup ikan (Survival Rate) pun semakin tinggi.

Banyak sekali manfaat yang diperoleh dari penggunaan probiotik, asal kita tepat mengaplikasikannya. Jika dihitung secara ekonomi maka tidaklah rugi kita menggunakan probiotik pada kolam kita. Karena biaya yang dikeluarkan untuk membeli produk ini akan terganti dengan hasil panen yang akan kita dapat nantinya. Dan ikan peliharaan kita tentunya akan terhindar dari masalah-masalah penyakit yang biasa kita hadapi.

Minggu, 18 Oktober 2020

TEKNIK PEMBENIHAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii)

 

TEKNIK PEMBENIHAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii)



 Udang galah (Macrobrachium rosendergii, de Man) atau juga dikenal dengan Giant Tiger Prawn termasuk golongan krustase dari famili Palaemonidae, merupakan jenis yang terbesar ukurannya dibandingkan udang-udang air tawar lainnya. Udang yang diklaim merupakan udang asli oleh India dan Indonesia ini merupakan salah satu jenis udang yang semakin populer karena rasanya yang lezat, ukurannya cukup besar, dan mudah dibudidayakan. Menu dari udang ini umumnya dalam bentuk utuh (komplit dengan kepala atau head-on); berbeda dengan jenis udang lain yang sering disajikan dalam bentuk tanpa kepala (headless). Mengapa demikian, bukan tanpa alasan; rupanya pada bagian kepala itulah ada kandungan steroid, yang bermanfaat meningkatkna kebugaran tubuh kita. Kepopuleran di negeri kita diawali dengan dibukanya rumah makan khusus udang galah oleh Mang Engking di Sleman, Yogyakarta, di lahan budidaya udangnya. Dimulainya usaha rumah makan khusus udang galah itu pun berawal dari suatu hal yang unik terkait dengan wisata dan itu merupakan salah satu rahmat. Kini menu udang galah sudah berkembang di beberapa kota seperti Jakarta, Bali, Surabaya, dll.

 

KLASIFIKASI UDANG GALAH

Sebelum mempelajari teknik budidayanya, marilah kita mengenal lebih jauh perihal udang ini, baik pengenalan species, karakteristik maupun sifat-sifatnya.

Klasifikasi udang galah (Mudjiman, 1983)

Phyllum        : Arthropoda

Subphyllum   : Mandibulata

Kelas            : Crustacea

Subkelas       : Malacostraca

Ordo            : Decapoda

Famili           : Palamonidae

Subfamil       : Palamoniae

Genus                    : Macrobrachium

Species         : Macrobrachium rosenbergii, de Man

 

HABITAT/BIOLOGIS DAN SIFAT-SIFATNYA

Sedang karakteristik habitat/biologis udang galah adalah:

·      Memiliki dua habitat yaitu air payau salinitas 5-20 ppt (stadia larva-juvenil), dan air tawar (stadia juana-dewasa)

·        Matang kelamin umur 5 – 6 bulan (mendekati muara sungai untuk memijah lagi;

·       Mengalami beberapa kali ganti kulit (molting) yang diikuti dengan perubahan struktur morfologisnya, hingga akhirnya bermorfologis menjadi juvenil (juana);

 

Selain morfologi, untuk membudidayakan ikan/udang perlu diketahui sifat-sifatnya; beberapa sifat yang penting diketahui antara lain adalah :

·         Euryhalin, yaitu dpt hidup pada kisaran salinitas yg lebar (0-20 ppt);

·         Omnivora, yaitu pemakan segala (tumbuhan dan hewan);

·     Pada stadia larva, udang galah memakan plankton hewani (zooplankton), seperti rotifera, protozoa, cladocera, dan copepoda;

·      Stadia Post larva, juvenil, dan dewasa : memakan cacing, serangga air, udang renik, telur ikan, ganggang, potongan tumbuh – tumbuhan air, potongan hewan, jasad penempel, hancuran biji – bijian dan buah – buahan, siput, dan sebagainya, juga memakan jenisnya sendiri (kanibal, khususnya ketika molting);

·       Nokturnal, yaitu aktif makan malam hari. Jika lingkungan hidupnya dapat dibuat relatif gelap udang akan aktif makan walaupun siang hari;

·     Larva bersifat planktonis, aktif berenang, tertarik oleh cahaya tetapi menjauhi sinar matahari;

·         Pada stadium pertama (I), larva cenderung berkelompok dekat permukaan air dan semakin lanjut umurnya akan semakin menyebar dan individual serta suka mendekati dasar. Di alam larva hidup pada salinitas 5 – 10 0/00..

Perkembangan stadia udang galah secara garis besar disajikan pada Gambar berikut:



CIRI-CIRI UDANG GALAH JANTAN DAN BETINA

 

Perbedaan antara udang jantan dan udang betina adalah sebegai berikut:

Bentuk badang udang jantan dibagian perut lebih ramping dan ukuran pleuron lebih pendek, sedang pada betina bagian perut tumbuh melebar dan pleuron agak memanjang. Letak alat kelamin jantan pada pasangan kaki jalan ke lima, pada betina pada pasangan kaki jalan ke tiga.

 

Udang jantan:

·         Relatif lebih besar;

·    Pasangan kaki jalan yang kedua relatif lebih besar dan panjang (bahkan dapat mencapai 1,5 kali panjang total tubuhnya);

·         Bagian perut lebih ramping;

·         Ukuran pleuron lebih pendek;

·         Alat kelamin jantan terdapat pada di antara pasangan kaki jalan kelima.

 

Udang betina:

 

·     Tubuh lebih kecil, badan agak melebar, demikian pula kaki renangnya, membentuk ruang untuk mengerami telur (broodchamber);

·         Pleuron memanjang;

·    Pasangan kaki jalan kedua tetap tumbuh lebih besar, tetapi tidak sebesar dan sepanjang udang jantan;

·      Alat kelamin terletak pada pasangan kaki ke tiga, merupakan suatu lubang yang disebut thelicum.

 



 



 

Khusus untuk ukuran kaki jalan pada udang galah yang dikenal berukuran panjang/besar, telah dihasilkan varietas yang bercapit lebih kecil yaitu yang disebut Gi-Makro. Capit yang lebih kecil ini mempunyai keunggulan tersendiri.


TEKNIK PRODUKSI BENIH/TEKNIK PEMIJAHAN UDANG GALAH

1. PERSYARATAN INDUK

Induk yang baik menunjang dihasilkannya benih yang cukup banyak dan kualitasnya memenuhi syarat sebagai benih sebar..

Persyaratan kualitatif:

a)    Induk berasal dari hasil pembesaran benih sebar yang berasal dari induk kelas induk dasar;

b)   Warna kulit biru kehijau-hijauan, kadang ditemukan kulit agak kemerahan, warna kulit juga dipengaruhi oleh lingkungan.

c)    Kesehatan baik, yaitu :anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh tidak cacat dan tidak ada kelainan bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak), tubuh tidak ditempeli oleh jasad patogen, tidak bercak hitam, tidak berlumut, insang bersih.

d)   Gerakannya aktif.

 

Persyaratan kuantitatif

Kriteria kuantitatif sifat reproduksi disajikan pada Tabel berikut:

 

Parameter

Satuan

Kriteria

Jantan

Betina

1. Umur

Bulan

8-20

8-20

2. Bobot tubuh

G

>50

>40

3. Fekunditas

butir/gram bobot tubuh

-

30.000-75.000

4. Diameter telur

Mm

-

0,6-0,7

 

TAHAPAN PEMIJAHAN UDANG GALAH

Tahapan dalam pemijahan udang galah adalah sbb:



 

Seleksi Induk

 

Beberapa persyaratan induk :

 

·         Berat induk betina diatas 40 gram dan jantan di atas 50 gram

·         Kulit dan bagian badan bersih dari organisme yang bersifat parasit

·         Umur antara 8-20 bulan

·         Organ tubuh lengkap dan tidak cacat

·         Jumlah telur cukup banyak

·         Sudah matang telur untuk yang kedua kali atau lebih

·         Berasal dari udang yang mempunyai pertumbuhan lebih cepat

 

Pemeliharaan induk dapat dilakukan secara indoor di bak beton dengan kepadatan 5 ekor/m2. Pakan yang diberikan berupa pakan komersil (pellet) kandungan protein 30 % dan dikombinasikan dengan pakan segar seperti cumi-cumi atau ikan segar dengan frekuensi 2 kali sebanyak 3-5 % dari bobot tubuh. Pemeliharaan induk antara jantan dan betina sebaiknya dipisah dan ketinggian air optimal 80 cm.

Induk betina yang matang gonad ditandai dengan sebagian cephalothorax berwarna oranye Perbandingan jantan dan betina 1 : 3.. Sebelum memijah udang betina terlebih dahulu berganti kulit (premating moult). Pada saat berganti kulit ini kondisi udang lemah. Setelah pulih kembali terjadi pemijahan.

 

Penetasan Telur

Udang galah termasuk ke dalam hewan yang fertilisasinya di luar tubuh (external fertilization).  Fertilisasi terjadi segera setelah pemijahan dilakukan dan jantan memindahkan sperma ke kantong pengeraman udang betina (spermathecha).  Fertilisasi itu sendiri terjadi pada saat telur diovulasikan menuju kantong pengeraman udang betina pada pleopoda 1-4 (Hadie dan Hadie, 2001).

Telur -telur yang terdapat dalam kantong pengeraman (broodchamber) diikat oleh filamen-filamen yang terdapat pada kaki renang induk betina sehingga telur tidak mudah lepas saat bergerak. Selama masa pengeraman yaitu 19-21 hari, telur diberi oksigen oleh induknya yang dilakukan dengan cara mengerak-gerakkan kaki renangnya secara terus menerus.  Saat tersebut terjadi seleksi alami telur yang tidak terbuahi sempurna akan terlepas, sedangkan yang terbuahi akan tetap melekat sampai menetas.  Ukuran telur udang galah berkisar 0,6 -0,7 mm. (New dan Marlow, 2002).

Jika telur telah berwarna abu-abu muda, maka induk dipindahkan ke dalam bak penetasan Salinitas media penetasan telur yaitu 5 ppt berupa  conical tank atau bak fiber.  Sebelum dimasukkan ke dalam wadah penetasan, induk direndam dalam larutan formalin 15-20 ppm atau copper sulphate 0,2-0,5 selama 30 menit (New dan Marlow, 2002).

 

Pemeliharaan Larva

 

Bak pemeliharaan larva berupa fiber kapasitas 1-2 ton.  Air pemeliharaan larva dengan salinitas 5 ppt dan dinaikkan setiap hari hingga salinitas pemeliharaan antara 10 -15 ppt.  Larva yang telah dihitung dimasukkan ke dalam bak pemeliharaan dengan cara diadaptasikan perlahan-lahan.  Kepadatan larva dalam bak pemeliharaan yaitu  50-75 ekor/liter. 

Perkembangan larva terdiri dari 11 stadia sebelum bermetamorfosis menjadi post larva.  Sifat larva yang umum adalah planktonis, aktif berenang, dan tertarik oleh sinar tetapi menjauhi sinar matahari yang kuat.  Pada fase larva cenderung bersifat berkelompok, namun semakin lanjut umurnya akan semakin menyebar dan individual serta bersifat bentik.  Larva stadia I dengan panjang kurang dari 2 mm (dari ujung rostrum sampai ujung telson). Pada stadia XI mencapai panjang sekitar 7 mm (New dan Marlow, 2002).

           

Pemberian Pakan

Pakan merupakan faktor penting yang menunjang pertumbuhan udang galah.  Larva yang baru menetas belum memerlukan makanan tambahan karena masih mempunyai persediaan makanan dalam kuning telurnya.  Pakan tambahan diberikan setelah larva berumur 2-3 hari.

Jenis makanan yang cocok untuk larva yaitu naupli artemia.  Naupli artemia ditetaskan dalam wadah terpisah berupa wadah khusus dengan bentuk bulat kerucut. Media penetasan menggunakan air laut dengan salinitas 25-30 ppt dan selama penetasan diberi aerasi.  Lama penetasan antara 24-30 jam.

Pemanenan artemia dilakukan dengan cara mematikan aerasi dan didiamkan selama 30-60 menit, supaya naupli berkumpul di bawah.  Setelah naupli terkumpul di bawah, kran dibuka dan naupli ditampung dalam saringan 200 mikron.  Naupli yang telah dipanen dicuci dengan air tawar dan ditampung dalam wadah.

 

Selain naupli artemia, larva memerlukan pakan buatan (egg custard ) yang diberikan pada umur 8 hari sampai post larva (PL). Jumlah pakan buatan yang dibutuhkan untuk satu siklus pemeliharaan yaitu 7,5 kg dalam 5 ton bak pemeliharaan dengan padat tebar 50 ekor/liter (New dan Marlow, 2002). 

Pakan egg custard terbuat dari telur yang di campur dengan daging ikan segar, susu berkalsium, vitamin dan tepung.  Pakan ini dibuat dengan cara mencampur semua bahan dan dihaluskan.  Pengukusan dilakukan selama ± 30 menit.  Pakan yang telah masak disaring dengan ayakan mesh size 0,5 mm untuk larva berumur sampai 15 hari.  Larva yang berumur lebih dari 15 hari sampai post larva, mesh size saringan yaitu 1 mm. Penyiponan dilakukan setelah larva mulai diberi pakan buatan dan pergantian air sebanyak 25 % - 50 %.

 

 Pemanenan Juvenil/ Post Larva

            Larva berkembang menjadi post larva berkisar 30-45 hari. Panjang total post larva setelah bermetamorfosis berkisar 7-10 mm dengan berat 6-9 mg. Post larva bersifat bentik dan mempunyai toleransi pada perubahan salinitas. Pada fase juwana sampai dewasa udang galah mempunyai toleransi berkisar antara 0 -10 g/L (ppt). Tubuh post larva trasparan dengan warna hijau kebiru-biruan sampai coklat. Pemanenan juvenil/post larva bertujuan mengumpulkan benur untuk dijual atau didederkan lebih lanjut. Pemanenan dilakukan jika PL telah mencapai 80 %. Media pemeliharaan diturunkan salinitasnya secara bertahap yaitu 2 ppt/hari hingga mencapai 0 -5 ppt. Peralatan panen yang perlu disiapkan adalah seser PL, waskom, plastik packing dan tabung oksigen. Air diturunkan dengan mencabut pipa goyang. Juvenil diserok sedikit demi sedikit ketika air tersisa sedalam 10 cm. Juvenil yang sulit diserok atau tersisa sedikit dapat dipanen lewat lubang outlet dengan mencabut pipa outlet bagian dalam bak.

 

 

3.12 Melakukan persiapan wadah pemeliharaan larva komoditas perikanan di komoditas perikanan di bak, aquarium dan fiber glass

  Persiapan Wadah Bak, Aquarium dan Fiber Glass Pada kegiatan pembelajaran ini anda akan mempelajari sanitasi wadah pembe...